20250601

Semangat Mempertahankan Pālësṭīne Bukan Emosi Kosong#2

<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="Semangat Mempertahankan Pālësṭīne Bukan Emosi Kosong#2">

Semangat Mempertahankan Pālësṭīne
Bukan Emosi Kosong#2

FORTUNA MEDIA Berhentilah Menyeret Pālësṭīne Ke Dalam Naratif Usang

  • Siaran Pers/Akhbar Gerakan Perlawanan Islam - Hā∆mā§: Setelah melakukan serangkaian konsultasi nasional. Dan berdasarkan tanggung jawab mendalam kami terhadap rakyat kami dan penderitaan mereka, Gerakan Perlawanan Islam, Hā∆mā§, hari ini menyampaikan tanggapannya terhadap proposal terbaru utusan Amerika Syarikat, Steve Witkoff kepada saudara-saudara pengantara/mediator. Usulan/Proposal ini bertujuan untuk mencapai gencatan senjata permanen (permanent ceasefire) -- penarikan menyeluruh dari Semenanjung Gāzā. Dan memastikan aliran bantuan kepada rakyat kami dan penduduk di Semenanjung Gāzā.

  • Berdasarkan perjanjian ini -- sepuluh tahanan Isrāhell yang masih hidup yang ditahan oleh kelompok perlawanan/mujahidin akan dibebaskan -- sebagai tambahan terhadap penyerahan delapan belas jenazah -- sebagai imbalan atas sejumlah tahanan Pālësṭīne yang disepakati. (Sabtu : 04 Dzulhijjah 1446 H// 31 Mei 2025)

<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="Semangat Mempertahankan Pālësṭīne Bukan Emosi Kosong#2">

  • Sumber untuk Al-Ghad: Hā∆mā§ telah menyampaikan tanggapannya terhadap Proposal utusan Amerika Syarikat, Steve Witkoff kepada mediator Mesir dan Qatar. Tanggapannya termasuk jadwal penyerahan tahanan Isrāhell dalam tiga kelompok: empat pada hari pertama, dua pada hari ketiga puluh, dan empat pada hari keenam puluh.

  • Adapun jenazah Isrāhell juga akan diserahkan dalam tiga gelombang: gelombang pertama pada hari kesepuluh, gelombang kedua pada hari ketiga puluh, dan gelombang ketiga pada hari kelima puluh.

  • Tanggapan tersebut juga mencakupi tuntutan terkait diizinkannya penduduk Gāzā untuk bepergian dan kembali melalui penyeberangan Rafah, bersama dengan tuntutan lain termasuk penarikan tentara Isrāhell dan dimulainya negosiasi yang bertujuan mencapai kesepakatan gencatan senjata permanen (permanent ceasefire).

<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="Semangat Mempertahankan Pālësṭīne Bukan Emosi Kosong#2">

Artikel Ini lanjutan dari artikel sebelumnya;

Semangat Mempertahankan Pālësṭīne Bukan Emosi Kosong#1

<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="Semangat Mempertahankan Pālësṭīne Bukan Emosi Kosong#2">

Berhentilah Menyeret Pālësṭīne Ke Dalam Naratif Usang

Maka berhentilah kita—yang berada jauh dari Gāzā— Memaksa rakyat Pālësṭīne untuk berjuang seperti para pejuang Nusantara di masa lalu. Konteksnya beza. Lawannya beza. Sistemnya pun berbeza.

Yang dihadapi Pālësṭīne hari ini bukan sekadar penjajahan. Tetapi projek peradaban kolonial global yang dikemas dalam wajah negara bernama Isrāhell.

Hā∆mā§ – Fatah Dan Solusi Dua Negara

Walaupun sebelum ini saya menekankan bahawa terdapat perbezaan asas antara kolonialisme tradisional dan neo-kolonialisme Barat di Pālësṭīne, terdapat satu corak yang sentiasa berulang dalam sejarah penentangan bangsa terjajah: Senantiasa ada dua paksi utama dalam perjuangan—dua strategi utama yang kelihatan berbeza, tetapi mempunyai satu matlamat: 'Kemerdekaan'.

Di Indonesia dulu, kita punya Presiden Soekarno yang memimpin jalur diplomasi, dan Jenderal Soedirman yang setia di garis perlawanan bersenjata. Nah, dalam konteks Pālësṭīne hari ini, “versi” itu hadir dalam bentuk Hā∆mā§ dan Fatah.

Hā∆mā§ , Gerakan Perlawanan Islam Pālësṭīne—dari namanya saja sudah jelas: ini adalah poros/paksi perlawanan. Sedangkan Fatah adalah parti politik yang memilih jalur perundingan

Mari kita hentikan kebiasaan melihat dua faksi ini hanya dari sisi konflik internal. Kerana seperti sejarah Indonesia, mereka justru mewakili dua sayap perjuangan yang saling melengkapi.

Sejak kecil, dari berbagai bacaan, Aku menyimpulkan bahwa: Hā∆mā§ menolak solusi dua negara, Fatah ngotot/berkeras mendukungnya.

Tetapi setelah lebih dari satu dekade hidup di Gāzā, mendengarkan langsung dari para politisi, ulama, dan warga-rakyat biasa—keyakinanku itu keliru.

Faktanya, baik Hā∆mā§ maupun Fatah sama-sama menerima idea solusi dua negara. Jangan kaget. Ini bukan rahasia. Ini realiti politik.

Ada banyak rakaman pernyataan dari para petinggi Hā∆mā§—seperti Ismail Haniyah, Khalid Misyal, Musa Abu Marzuk—yang menyatakan hal itu secara terbuka.

Bahkan Dr. Ahmad Abdul Hady, juru bicara Hā∆mā§ di Lebanon, dalam wawancaranya di TV tahun lalu (2014) mengatakan bahwa Syaikh Ahmad Yasin—pendiri Hā∆mā§—pun tidak menolak idea solusi dua negara.

Sudah tentu, dengan satu syarat penting: penyelesaian dua negara mesti merangkumi wilayah Pālësṭīne sebelum 1967, dan yang paling penting—
Al-Quds (Jerusalem) mesti kekal sebagai ibu kota Pālësṭīne.

Itu batas minimum. Garis merah. Tanpa Al-Quds sebagai pusat kedaulatan Pālësṭīne. Maka semua solusi hanyalah tipuan (sandiwara)

Apakah itu berarti mereka mengkhianati tanah air mereka? Tidak mahu merdeka sepenuhnya? Pertanyaan itu tidak perlu dijawab. Retorik.

Mereka adalah orang-orang cerdas, realistik, dan paling memahami medan konflik. Mereka tahu: Ada perbezaan besar antara target idealistik dan realistik.

Bagi Ahmad Yasin -- selama solusi dua negara itu mencakupi wilayah Pālësṭīne pra-1967, dengan Al-Quds sebagai ibukota, maka it's fine. Tetapi mereka juga tahu—sekalipun seluruh rakyat Pālësṭīne sepakat dengan itu, Isrāhell Laknatullahi "Alaihim tidak akan pernah setuju.

Kerana Isrāhell bukan sedang mencari solusi dua negara. Isrāhell sejak awal adalah pengusung/penyokong Projek One-State Solution. Menerima solusi dua negara bagi mereka adalah kekalahan mutlak.

Dan ini bukan dugaan.

Bahkan perdana menteri Isrāhell sendiri, Benyamin Netanyahu, mengatakannya secara terang-terangan. Awal tahun 2024, dalam sebuah pernyataan publik, ia menyindir:

Hā∆mā§ dan Fatah itu sama saja. Mereka sama-sama ingin melenyapkan Isrāhell . Bezanya, Fatah ingin melenyapkan kami nanti — sementara Hā∆mā§ ingin melenyapkan kami sekarang juga.

Kalimat itu keluar dari mulut seorang penjajah, bukan untuk pujian—tetapi sebagai peringatan. Dan dalam kepanikan itu, ia justru mengungkapkan sebuah kebenaran: bahwa bagi rakyat Pālësṭīne, kemerdekaan penuh tetaplah tujuan akhir.[HSZ]


Kuala Lumpur, Ahad, 01 June -2025 M //
                                    05 - Zulhijjah 1446 H

Author: Muhammad Hussein Gāzā
Editor:  Helmy El-Syamza


Follow me at;
twitter.com/romymantovani
facebook.com/helmyzainuddin
pinterest.com/hsyamz

   RELATED POST



No comments:

Post a Comment