20250531

Semangat Mempertahankan Pālësṭīne Bukan Emosi Kosong#1

 <img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="Semangat Mempertahankan Pālësṭīne Bukan Emosi Kosong#1">

Semangat Mempertahankan Pālësṭīne
Bukan Emosi Kosong#1

FORTUNA MEDIA Prabowo, solusi dua negara dan ujung perjuangan Pālësṭīne

  • Kita kembali ramai memperdebatkan wacana pemerintah Indonesia kini disuarakan oleh Presiden Prabowo Subianto untuk mengakui/ikhtiraf Isrāhell — dengan syarat: "Berikan Pālësṭīne Kemerdekaannya."

  • Tetapi pertanyaannya: kenapa banyak dari kita baru kaget sekarang -- seolah ini perkara baru? Bukankah sejak dulu, sejak era para pendiri bangsa -- Indonesia memang menganut two-state solution dengan syarat utama: Kemerdekaan penuh bagi Pālësṭīne?

  • Para juru bicara presiden dan para menteri luar negeri pun secara konsisten menyampaikan bahwa Indonesia mendorong solusi dua negara -- Bukan sebagai bentuk kompromi dengan penjajah. Tetapi sebagai bentuk diplomasi strategik demi membuka ruang kemerdekaan bagi Pālësṭīne.

  • Namun, apa sebenarnya makna "kemerdekaan Pālësṭīne"?

  • Apakah itu berarti 10 juta pemukim haram Yahudi harus angkat kaki dari tanah jajahan itu? 
    Apakah itu realistik?  
    Bagaimana sikap warga Pālësṭīne
     sendiri terhadap realiti ini?

  • Dan sebagai rakyat Indonesia yang punya sejarah panjang dijajah. Bagaimana seharusnya kita menyikapi naratif ini dengan jernih/jelas dan strategik?

  • Dalam konten kali ini, saya (penulis-red) akan membahas semuanya — lengkap, tajam, dengan sudut pandang geopolitik dan pengalaman pribadi saya hidup di jantung penjajahan: Bumi Gāzā.
<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="Semangat Mempertahankan Pālësṭīne Bukan Emosi Kosong#1">

<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="Semangat Mempertahankan Pālësṭīne Bukan Emosi Kosong#1">

Aku (penulis-red) hijrah ke Bumi Gāzā bukan kerana ikut-ikutan. Bukan kerana bujukan media.

Tetapi kerana prinsip hidup—yang sejak kecil ditanamkan oleh keluargaku dan guru-guru di pondok pesantren: Setiap manusia, terutama Muslim, wajib membela/ mempertahankan Pālësṭīne. Wajib memperjuangkan kemerdekaannya.  
Total. Seutuhnya. Tanpa kompromi.

Siapa pun yang berfikir jernih akan sepakat: Penjajahan itu mutlak salah. Tidak bisa dinegosiasikan (Ia tidak boleh dirunding).

Tidak ada sejengkal pun tanah yang boleh diambil paksa dan dianggap halal hanya kerana peta atau kekuatan. Israel menjajah tanah Pālësṭīne, dan kita semua tahu itu.

Sebagai bangsa yang pernah dijajah Belanda selama ratusan tahun -- Kita tentu lebih dari siapa pun memahami: Kemerdekaan itu harus utuh, tidak setengah-setengah (Kemerdekaan mesti lengkap, bukan separuh hati).

<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="Semangat Mempertahankan Pālësṭīne Bukan Emosi Kosong#1">

Jangan Samakan Penjajahan Isrāhell Dengan Penjajahan Lama

Tetapi masalah muncul ketika ada yang berkata,
“Bukankah penjajahan  Isrāhell atas Pālësṭīne sama saja dengan penjajahan Belanda atas Indonesia?”

Jawabannya: Tidak. Sama sekali tidak. Dan jika Anda menyamakannya, di situlah kekeliruan besarnya.

Belanda vs Indonesia adalah pertarungan dua pemerintahan. 
Isrāhell vs Pālësṭīne bukan begitu. Bukan G to G. Ini bukan konflik dua negara.

Ini bukan penjajahan tradisional seperti yang kita pelajari di buku sejarah.

Isrāhell: Bukan Negara, Tetapi Projek Penjajahan Global 

Prof. Dr. Abdul Fattah Al-Uwaisi—pakar Pālësṭīne dan profesor hubungan Internasional di University of Essex, England—menjelaskan dengan sangat
gamblang (sangat jelas) dalam bukunya

  لتخطيط االستراتيجي للتحرير القادم للمسجد"
"األقصى المبارك


   (Rencana/Plan Strategik Pembebasan Masjid Al-Aqsha Akan Datang)

Ia menegaskan: Isrāhell bukanlah negara. Israel adalah:

  " المشروع الصليبي االستعماري االستراتيجي 
  الغربي"

   (Projek Penjajahan Tentera Salib/Salibis Strategik Barat)

Apa maksudnya?
Isrāhell hanya puncak dari gunung ais besar. Yang menopangnya/menyokongnya adalah seluruh kekuatan dunia Barat, yang bersatu dalam satu projek: Menghalangi kebangkitan umat Islam.

Pālësṭīne hari ini tidak hanya menghadapi 10 juta warga Isrāhell. Tetapi menghadapi 940 juta warga dunia Barat—yang meskipun tidak semuanya sadar—telah digiring/dipimpin oleh pemerintah dan media mereka untuk terus mendukung Isrāhell sejak lama.

<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="Semangat Mempertahankan Pālësṭīne Bukan Emosi Kosong#1">

Penjajahan Isrāhell Adalah Penjajahan KEKAL- ABADI

Konsep penjajahan lama seperti Belanda di Indonesia tujuannya 3G:
  • Gold (kekayaan/emas)
  • Glory (kejayaan politik)
  • Gospel (misi dakyah agama)
Setelah semua itu tercapai. Mereka pulang ke tanah airnya. Penjajahan mereka bersifat sementara.

Tetapi Isrāhell?
Mereka tidak akan pernah berniat pulang. Kerana memang tidak punya tanah air yang ditinggalkan.

Tanah yang mereka rampas itulah yang mereka jadikan rumah—dengan dukungan total /sokongan penuh dunia Barat. 

BUKAN SEKADAR WILAYAH: INI SOAL EKSISTENSI (KEWUJUDAN)

Paling tidak, itulah yang disampaikan oleh syahid Ismail Haniyah dalam
pertemuan terakhir kami di Istanbul,Turkiye:

"Ini bukan masalah perebutan wilayah, ini adalah masalah eksistensi/kewujudan".

 Isrāhell tidak sekadar ingin menguasai tanah-bumi Pālësṭīne. Mereka ingin melenyapkan seluruh eksistensi rakyat Pālësṭīne. Dari yang paling tua, hingga yang masih berupa janin dalam kandungan. Mereka ingin bumi ini bersih dari suara, wajah, nama, dan keberadaan Pālësṭīne.

Maka **“solusi dua negara” itu—pada dasarnya— tidak pernah benar-benar menjadi opsi / pilihan dalam kamus (perbendaharaan kata) Isrāhell itu sendiri.
Bagi mereka, yang ada hanya satu negara:
Milik mereka. Tanpa sisa. Tanpa rakyat lain. [HSZ]



Kuala Lumpur, Sabtu, 31 Mei -2025 M //
                                    4 -Zulhijjah 1446 H

Author: Muhammad Hussein Gāzā
Editor:  Helmy El-Syamza


Follow me at;
twitter.com/romymantovani
facebook.com/helmyzainuddin
pinterest.com/hsyamz

 TAGS :  BAITUL MAQDIS  Pālësṭīne  Gāzā  

    RELATED POST



 VIDEO:



No comments:

Post a Comment