Cerpen: "Petang Di Pasar Setan-20"
Cerpen: "Petang Di Pasar Setan-20"
SIRI:20-"Tumbal Terakhir: Ketika Darah Menolak Takdir"
Cerpen ini lanjutan dari SIRI:19 -"Perjanjian Ibu: Dara atau Dunia?"
FORTUNA MEDIA -- Langit terbakar jingga darah. Tanah mendesis seolah nyawa dunia meronta. Di tengah pusaran gerbang "Pasar Setan'. Dara berdiri di atas lingkaran ritual-- diapit dua dunia—nyata dan nista.
Mak Dara diikat oleh akar-akar hitam, tubuhnya separuh kabut-- separuh daging.
"Ibu Tanah" mengulurkan belatinya yang terbuat dari tulang manusia pertama yang dikutuk.
“Satu harus mati… agar dunia selamat.”
Namun malam ini. Dara menolak semua pilihan yang diberi.
Ia meludah ke tanah dan berteriak:
“Kalian semua hidup dari ketakutan! Dari tumbal yang tak pernah cukup! Tetapi aku—anak darah -- anak tanah—aku membawa satu hal yang kalian tak punya…”
"Ibu Tanah" mencibir.
“Apa itu? Cinta?”
Dara tertawa getir.
“Tidak. Keputusan.”
Lalu ia merobek dadanya sendiri—bukan untuk menyerah. Tetapi untuk melepaskan darah kutukan yang selama ini menyegel gerbang.
Darah itu bukan segel (meterai) melainkan kunci kebebasan.
Ia menulis ulang simbol di tanah—dengan darahnya sendiri.
Ritual dibalikkan. Dunia bergetar.
Makhluk pasar menjerit—mereka tahu: "Ini bukan penyegelan. Ini PEMBUBARAN!"
"Pasar Setan" mulai runtuh.
Gerbang berubah bentuk -- lalu mulai membakar dirinya sendiri.
"Ibu Tanah" menjerit:
“Kau membvnuh kami semua!”
Dara menjawab:
“Bukan aku… kalian yang menggali kutukan ini.”
Di akhir segalanya, Dara memeluk Ibunya—dan mengucapkan kata terakhir:
“Aku maafkan kau, Mak. Tapi kau harus ikut mereka.”
"Mak Dara" ditelan tanah bersama makhluk lain.
"Ibu Tanah" hancur bersama gerbang.
"Pasar Setan" musnah.
Dan Dara… hilang. Tetapi tidak mati.
Ia terlahir ulang (reborn) -- di tubuh seorang bayi kecil yang ditemukan warga di tepi kampung. Tidak ada yang tahu siapa namanya. Tetapi di telapak tangannya --terpahat simbol akar merah.
Kisah pun tamat.
"Pasar Setan" kini tinggal legenda.
Tetapi setiap petang yang sunyi…kadang tanah masih berbisik:
“Darah itu… belum benar-benar diam.
TAMAT.😘🙏💥📚 [HSZ]
Disclaimer,
Cerpen ini karya penulis [romy mantovani] Jika ada penulis/blogger mahu menulis ulang atau mencetak/membukukan--Mohon izin sang penulis dahulu! Dan tidak akan merobah bait - kalimat cerpen dan menyertakan nama penulis dan website ini fortuna media
Follow me at;⭐
twitter.com/romymantovani
facebook.com/helmyzainuddin
pinterest.com/hsyamz
Untuk Anda yang belum baca siri ini yang sebelumnya.
Anda boleh baca disini : Misteri Nusantara
- Cerpen ini lanjutan dari siri :
- Cerpen: "Petang di Pasar Setan"
- Cerpen: "Petang di Pasar Setan-8
- Cerpen: "Petang di Pasar Setan-9/10
- Cerpen: "Petang di Pasar Setan-11/12"
- Cerpen "Petang Di Pasar Setan-13/14"
- Cerpen "Petang Di Pasar Setan-15"
- Cerpen: "Petang Di Pasar Setan-16"
Cerpen: "Petang Di Pasar Setan-17/18"
Cerpen: "Petang Di Pasar Setan-19"
No comments
Post a Comment