Cerpen: "Petang di Pasar Setan-6"

<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="Cerpen: "Petang di Pasar Setan-6">

  Cerpen: "Petang di Pasar Setan-6"

   Siri 6: "Cermin Berdarah dan Gerbang Keluar"

  •   Pada Siri 5: "Jantung di Bawah Pasar" Dikisahkan, Dara menemukan buku tua yang tersembunyi di balik lantai pasar -- berisi peta rahasia menuju “ruang jantung”—sebuah tempat mistik di bawah tanah Pasar Setan -- tempat ritual pengikat jiwa dilakukan.

  • Ditemani suara-suara bisikan dan aroma darah kering -- ia turun sendirian. Di sana -- ia menemukan patung-patung batu dengan wajah orang-orang yang hilang dari pasar. Dan sebuah meja batu tempat jantung manusia pernah diletakkan sebagai “mahar cinta”.

  • Untuk membebaskan diri. Dara harus mengorbankan sesuatu—baik kalung... atau jantungnya sendiri.  Saat darah pertama menetes di meja, Senjana muncul -- kali ini menangis:

"Jangan lepaskan aku. Jika kau pergi -- aku akan lenyap... Tapi jika kau tetap disini -- kau takkan pernah hidup lagi."

  • Dengan tangan gemetar dan pisau berlumur dar4h. Dara harus memilih: "Cinta dalam kematian -- atau hidup dalam kehampaan".

    Cerpen ini lanjutan dari siri -1/2/3/4/5: 

FORTUNA MEDIA -- Sang Dara menggenggam pis4u itu kuat-kuat. Dar4h menetes dari telapak tangannya sendiri-- jatuh ke permukaan batu yang hangat seperti daging hidup. Senjana berdiri diam -- tubuhnya samar di antara cahaya lentera dan kegelapan gua.

  Di sekeliling -- dinding mulai berdetak—seperti jantung. Aroma anyir memenuhi udara. Cermin besar di ujung ruangan menyala merah. Memperlihatkan bukan pantulan. Tetapi kemungkinan masa depan: Dara duduk bersama Senjana dalam dunia bayangan -- tak tua, tak mati -- Tetapi terjebak.

  Namun di sisi lain, muncullah gerbang dari cahaya—berkelap-kelip seperti air di tengah gurun. Suara Ibunya terdengar dari arah gerbang:

"Nak, pulanglah. Kau masih bisa selamat..."

  Tetapi Senjana mendekat -- suaranya parau. Namun penuh kasih:

"Jika kau pergi, aku akan mati untuk kedua kalinya. Tetapi jika kau tetap tinggal --kita akan abadi -- meski dalam kelam."

  Cermin mulai retak. Dara menangis. Kalung-liontin batu merah delima di lehernya berdenyut cepat -- seolah punya detak jantung sendiri. Ia harus memilih…

  Lalu—ia menancapkan pis4u ke liontin itu. Bukan ke dirinya. Jeritan meledak -- cahaya memekakkan. Dan dunia di bawah pasar runtuh.

  Saat Dara membuka mata, ia sudah tergeletak di tengah pasar yang sepi. Kalung-Liontin itu hangus di tangannya. Tetapi saat ia melangkah pergi… di setiap cermin, ia melihat Senjana masih berdiri, tersenyum—menunggu.

***

   Siri 7: “Pasar yang Kembali Memanggil”

  Sudah tiga bulan berlalu sejak Dara meninggalkan pasar itu. Kalung-liontin merah delima yang dulu menggenggam jiwanya kini tersimpan dalam kotak kayu di altar rumah -- dibungkus daun sirih dan do'a-do'a pengusir syaitan. Dara, Ia mulai menjalani hidup seperti biasa. Meski kadang bayangan Senjana masih mengendap dalam sudut-sudut cermin.

  Namun pada malam Juma'at yang ke-13 bulan hitam --Pasar Setan kembali memanggil.

  Bukan lewat mimpi—tetapi lewat realiti.

  Seekor kucing hitam bertanduk muncul di depan pintu rumahnya. Membawa sepotong kain lapuk yang dulu pernah dikenakan Senjana. Aura angin dingin meniup perlahan -- membisikkan satu kalimat yang membuat darah Dara membeku:

"Ritual belum selesai, Dara... Kau hanya membelah bayangan. Aku masih tertinggal di dasar."

  Sejak malam itu -- jam rumah Dara selalu berhenti di pukul 00:13. Cermin-cermin tak memantulkan dirinya. Melainkan memperlihatkan pasar dalam keadaan porak-poranda. Api -- Mayat. Dan Senjana… terikat di tengah altar batu -- kulitnya membusuk perlahan.

  Dara tak tahan. Ia kembali ke pasar itu—kali ini tidak sebagai pengunjung. Tetapi sebagai pemilik kutukan.

  Ia melihat pasar yang dulu ramai -- kini hanya diisi oleh penjual-penjual yang tidak berkedip -- mulut mereka bagai terjahit. Dan mata mereka mengalirkan darah hitam. Tetapi satu lapak-gerai tetap menyala: lapak perhiasan kuno.

  Di sana -- duduk sang Nenek penjual kalung. Kini lebih renta namun matanya bersinar tajam.

"Kau kembali, cucu kutukan. Tapi kau tidak datang untuk menyelamatkan, kau datang untuk menyatu. Kalung itu tak pernah lepas. Ia hanya tidur."

Nenek itu lalu merobek baju belakangnya -- memperlihatkan punggungnya yang telah dipenuhi tato hitam dan akar-akar dari batu jantung bawah pasar.

"Jika kau ingin mengakhiri semuanya, kau harus turun kembali ke dasar pasar... dan kali ini -- bukan untuk menyelamatkan—tapi untuk menggantikan."

  Dara menatap ke dalam cermin besar yang tergantung di belakang lapak. Cermin itu kini bukan sekadar benda --tetapi pintu. Di baliknya --Senjana mengulurkan tangan-- namun tubuhnya setengah terurai.

  Dara melangkah mendekat -- lalu berhenti. Ia sadar --tidak ada lagi pilihan antara hidup dan mati.

  Kerana dalam dunia pasar setan—yang kembali memanggil—cinta dan kutukan adalah satu. Dan pintu itu… kini terbuka.  [HSZ]

 To be Continued.....

Disclaimer,

Cerpen ini karya penulis [romy mantovani] Jika ada penulis/blogger mahu menulis ulang atau mencetak/membukukan--Mohon izin sang penulis dahulu! Dan tidak akan merobah bait - kalimat cerpen dan menyertakan nama penulis dan website ini fortuna media

Follow me at;
twitter.com/romymantovani
facebook.com/helmyzainuddin
pinterest.com/hsyamz

   Untuk Anda yang belum baca siri ini yang sebelumnya.

Anda boleh baca disini : Misteri Nusantara


1 comment

FORTUNA MEDIA said...

Mantab bro, cerpen horornya. Lanjut terus ya.