Cerpen: "Petang di Pasar Setan"


<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="Cerpen: "Petang di Pasar Setan">

    Cerpen: "Petang di Pasar Setan"

    Siri 1: Kabut yang Membuka Pintu

     Pembuka Cerpen:

  • Pengenalan Desa Kalinongko, Vlogger Dara dan misinya -- awal kemunculan pasar
  • Setiap malam Juma'at Kliwon (Tarikh Etnik jawa), pasar itu muncul dari kabut—di tengah hutan tua yang katanya tak pernah disentuh cahaya matahari. Mereka menyebutnya Pasar Setan. Tetapi anehnya, para pedagangnya justru berpenampilan manusia biasa: berdaster batik, memakai peci/songkok-- bahkan ada yang menjajakan kopi dan kue donat.

  • Dara -- seorang Vlogger misteri muda, datang ke Desa Kalinongko dengan kamera dan rasa penasaran. Ia dengar desas-desus tentang pasar ini dari Neneknya yang pernah hilang tiga hari tiga malam. Lalu pulang membawa sebuah gelang perak yang tak bisa dilepas seumur hidup.

  • “Kalau kau masuk ke pasar itu,” kata Pak Lebai, juru kunci Desa, “Jangan beli apa pun. Jangan jawab sapaan-teguran. Dan yang paling penting—jangan sekali-kali menawar.”

  • Dara tersenyum -- tidak terlalu percaya. Tetapi malam itu, kamera kecilnya mulai merekam/record -- tepat ketika kabut tipis turun. Dan suara lonceng kecil terdengar dari balik pepohonan.


<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="Cerpen: "Petang di Pasar Setan">

FORTUNA MEDIA -- Siri 1: Kabut yang Membuka Pintu

   Kamera sang Vlogger, Dara terus merekam/record, bahkan ketika kabut semakin pekat dan suara-suara tak wajar mulai terdengar—seperti tertawanya anak kecil yang jauh, tapi menggema di telinga. Lampu senter/flashlight di handphonenya bergetar -- sinarnya seperti ditelan kabut.

   Tiba-tiba, ia melihatnya—gerbang pasar. Terbuat dari kayu tua dengan ukiran tengkorak dan bunga melati -- berdiri tegak di antara dua pohon jati. Dan di seberangnya, berderet lapak-lapak aneh: Ada yang menjual boneka dari rambut manusia -- kaca bengkok yang memantulkan masa depan. Dan kendi berisi suara-suara tangisan.

   Namun satu yang membuat Dara berhenti: Seorang lelaki berkulit pucat -- berdiri di pojok pasar. Ia tak menjajakan apa pun. Hanya berdiri, menatap Dara -- seolah sudah menantinya sejak lama.

“Namamu Dara, kan?” katanya.
 Suaranya perlahan -- tapi masuk langsung ke telinga batin.

 Dara terdiam. Entah kenapa -- lelaki itu membuat jantungnya berdebar bukan kerana takut—tapi kerana sesuatu yang asing dan dalam. Ia mengenal mata itu. Tetapi dari mana?

   Sementara itu, dari balik lapak kain kafan -- seseorang berbisik--

 “Dia menunggumu sejak tujuh keturunan. Jangan jatuh cinta padanya... kalau kau masih ingin pulang.”  

  [HSZ]  To be Continued.....

Disclaimer, Cerpen ini karya penulis [romy mantovani] Jika ada penulis/blogger mahu menulis ulang atau mencetak/membukukan--Mohon izin sang penulis dahulu! Dan tidak akan merobah bait - kalimat cerpen dan menyertakan nama penulis dan website ini fortuna media

Follow me at;
twitter.com/romymantovani
facebook.com/helmyzainuddin
pinterest.com/hsyamz

   Untuk Anda yang belum baca siri ini yang sebelumnya.

Anda boleh baca disini : Misteri Nusantara


No comments