Cerpen: "Petang di Pasar Setan-2"
Cerpen: "Petang di Pasar Setan-2"
- Pada siri-1 "Petang di Pasar Setan" Di kisahkan sang Vlogger misteri muda bernama Dara, datang ke Desa Kalinongko dengan kamera dan rasa penasaran. Ia dengar desas-desus tentang pasar ini dari Neneknya yang pernah hilang tiga hari tiga malam. Lalu pulang membawa sebuah gelang perak yang tak bisa dilepas seumur hidup.
- “Kalau kau masuk ke pasar itu,” kata Pak Lebai, juru kunci Desa, “Jangan beli apa pun. Jangan jawab sapaan-teguran. Dan yang paling penting—jangan sekali-kali menawar.”
FORTUNA MEDIA -- Siri 2: Pedagang Tanpa Bayangan
Sang Vlogger Dara mengikuti lelaki bermata kelabu itu tanpa sadar. Kakinya melangkah sendiri -- seperti ditarik oleh tali halus tak kasatmata. Pasar itu ramai -- tapi sunyi dan senyap. Suara orang-orang bercakap seperti dari dunia lain—tidak satu pun wajah mereka jelas. Seakan semua terselimuti kabut yang bergerak bersama nafas malam.
Mereka berhenti di lapak (gerai/stall) kosong. Hanya sebuah bangku kayu lapuk. Lelaki itu duduk perlahan. Menatap Dara seakan mengenang masa yang jauh.
“Namaku… Azzar,” ucapnya, perlahan. “Dan aku adalah pedagang yang sudah tak punya bayangan.”
Dara menatap ke tanah—benar. Di bawah cahaya lentera gantung. Tidak ada bayangan tubuh lelaki itu.
“Kenapa aku?” tanya Dara akhirnya, suaranya gemetar. “Kenapa kau tahu namaku?”
Azzar tersenyum—pilu, dan seolah penuh rindu.
“Kau datang lagi, seperti dulu. Tetapi saat itu kau bernama Ratna, dan kita tak sempat menyelesaikan takdir.”
Dara mundur selangkah. Jantungnya berdetak liar.
“Kau orang gila… atau hantu?”
“Bukan. Aku sumpah kutukan. Aku penjaga takdir yang lupa pulang.”
Tiba-tiba suara gamelan lirih terdengar dari sudut pasar. Dara menoleh, dan saat kembali memandang Azzar—ia sudah berdiri, di tangannya sebuah kalung dengan liontin batu akik merah darah.
“Kalau kau ambil ini… kau tak akan bisa kembali sebagai manusia utuh. Tetapi aku akan bisa mencintaimu lagi.”
Dara ragu. Tapi jemarinya mulai terulur -- dan ketika menyentuh kalung itu. Sebuah jeritan mengguncang pasar. Semua pedagang berhenti bergerak. Kabut makin tebal. Dan darah menetes dari mata patung kayu di tengah pasar. [HSZ]
To be Continued.....
Disclaimer,
Cerpen ini karya penulis [romy mantovani] Jika ada penulis/blogger mahu menulis ulang atau mencetak/membukukan--Mohon izin sang penulis dahulu! Dan tidak akan merobah bait - kalimat cerpen dan menyertakan nama penulis dan website ini fortuna media
Follow me at;⭐
twitter.com/romymantovani
facebook.com/helmyzainuddin
pinterest.com/hsyamz
Untuk Anda yang belum baca siri ini yang sebelumnya.
Anda boleh baca disini : Misteri Nusantara
No comments
Post a Comment