Cerpen "Petang Di Pasar Setan-13"
Cerpen "Petang Di Pasar Setan-13"
Siri 13 – Lelaki yang Pernah Membawa Kalung
- Pada Siri 12: “Para Pemimpi yang Terperangkap” Kisah ini dramatis -- menyeramkan, dan membuka rahasia terdalam 'Pasar Setan'…
- Ada yang menolak bangun. Seorang lelaki bernama Kang Mardan -- yang sepanjang hidupnya menipu dan menghancurkan orang lain demi keuntungan.
- Di pasar mimpi -- Kang Mardan masuk ke lorong kaca—tempat di mana setiap cermin memperlihatkan versi dirinya yang lebih jujur -- lebih buruk -- lebih menjijikkan.
- Kang Mardan berteriak -- mencoba memecahkan semua cermin. Tetapi tidak bisa. Kerana Kang Mardan tidak bisa menghancurkan dirinya sendiri.
- Akhirnya Kang Mardan duduk -- menangis -- dan tidur dalam mimpinya sendiri --Selamanya...
- Tubuh Kang Mardan di dunia nyata kini hanya kerangka hidup — berjalan -- bekerja --Tetapi tanpa jiwa. Orang-orang menyebutnya “gila”. Padahal -- ia hanya… belum bangun.
- Cerpen ini lanjutan dari siri -1/2/3/4/5/6/7/8/9/10/11/12:
FORTUNA MEDIA -- Siri 13: – Lelaki yang Pernah Membawa Kalung
'Pasar Setan' malam itu basah oleh kabut merah. Sang Dara berdiri di gerbang batu yang retak -- memegangi kalung-liontin tua yang sudah patah talinya. Matanya kosong -- tapi hatinya menjerit.
Sang Dara--Ia baru saja menyaksikan sesuatu yang tak bisa ia lupakan—sebuah ingatan -- dari masa yang tidak tercatat dalam sejarah manusia.
Semua bermula 70 tahun yang lalu -- saat pasar ini belum bernama dan belum tersumpah dan dikutuk.
Namanya Suryadi. Seorang lelaki kurus dengan mata seperti bara. Ia adalah pedagang/penjaja keliling -- menjual azimat (jimat-jimat) kuno yang dicuri dari kuil dan kubur para Raja. Tetapi satu barang tidak pernah ia jual—sebuah kalung-liontin berukir lambang mata iblis -- dikatakan milik Puteri Bunian yang dikubur hidup-hidup oleh orang kampung.
"Barang ini bukan untuk dijual," katanya, setiap kali ada yang menawar.
Tetapi kalung itu perlahan mengubah Suryadi. Ia mulai bermimpi darah. Mulutnya menggumam bahasa yang tidak dikenal. Tubuhnya kurus kering -- namun matanya semakin merah menyala. Hingga suatu malam-- ia membangun pasar ini. Sendiri.
Di tanah terlarang. Dengan satu tujuan—mendatangkan tuan dari dunia gaib bawah sadar.
Pasar itu hidup. Barang-barang gaib mulai muncul di atas meja-meja batu. Pengunjung pertama adalah makhluk-makhluk dari kabut. Dan dalam satu upacara penuh darah -- Suryadi mengutuk tempat itu—dengan kalung di tangannya.
"Siapa pun yang membawa kalung ini… akan menjadi pemilik pasar. Tapi juga korban pertamanya."
Dara kini sadar. Ia bukan korban kebetulan. Ia dipilih Suryadi—lelaki yang masih hidup -- terkurung di bawah tanah pasar setan menjaga rahasia-- menunggu pewaris baru.
Dan malam itu, Dara mendengar suara dari balik lantai batu retak:
"Kau telah memakainya, Dara. Maka kau harus menggantikanku."
Darahnya Dara beku. Kalung di tangannya menyala merah.
*******
Kita lanjut ke Siri: 14 — Saat Dara harus memilih antara melanjutkan kutukan… atau menghancurkan pasar itu selamanya.
Kabut makin pekat. Dara berdiri kaku di tengah pasar. Di tangannya -- kalung itu kini berdenyut seperti jantung. Batu-batu pasar bergetar. Suara Suryadi kembali terdengar—lembut, tapi dingin dan merayap ke dalam kepala:
"Lanjutkan sumpahku… atau biarkan dirimu hancur bersamanya."
Dara menatap sekeliling. Penjaja pasar sudah tidak lagi manusia. Wajah mereka membusu -- mata mereka tertutup benang hitam. Di gerai-gerai tua -- tumpukan tengkorak dijual seperti buah-buahan musim panen.
Langkah kaki terdengar. Seseorang mendekat.
Bukan makhluk -- bukan pengunjung. Tetapi seorang anak kecil—duduk di atas kereta roda satu -- matanya terbakar -- namun senyumnya polos. Ia membuka mulut -- namun suaranya adalah suara Suryadi.
"Pilih sekarang, Dara. Jadi Ratu Pasar… atau jadi bagian dari dagangannya."
Sang Dara menggenggam kalung itu erat-erat -- lalu membantingnya ke tanah. Tetapi kalung itu tak pecah. Justru tanah yang terbelah. Dari celahnya -- muncul tangan Suryadi—keriput -- penuh bekas darah kering.
"Akan ada darah... harus ada darah!"
Tiba-tiba dari arah gerbang batu, terdengar jeritan. Senjana—teman lama Dara yang selama ini dikira hilang di Siri 5: "Jantung di Bawah Pasar" — muncul dengan tubuh berlumuran luka. Ia berteriak,
"Jangan percaya dia, Dara! Suryadi tak bisa mati… kecuali dengan darah keturunannya sendiri!"
Dara terpaku. Ia tak tahu siapa Ibu-Bapanya. Ia yatim piatu- dibesarkan pada panti asuhan--rumah anak-anak yatim. Tetapi kalung itu menyimpan rahasia… dan darahnya mulai bereaksi.
Dara adalah keturunan Suryadi.
Pasar Setan mulai runtuh. Kabut menjadi lautan darah. Makhluk-makhluk pasar melolong -- satu per satu menghilang dalam angin. Dara memutuskan:
"Ia takkan jadi korban. Ia takkan jadi pewaris. Ia akan jadi penghancur".
Dengan kalung di tangan, Dara melompat ke dalam celah tanah—menuju dasar kutukan -- untuk membvnuh Suryadi sendiri. [HSZ]
To be Continued.....
Disclaimer,
Cerpen ini karya penulis [romy mantovani] Jika ada penulis/blogger mahu menulis ulang atau mencetak/membukukan--Mohon izin sang penulis dahulu! Dan tidak akan merobah bait - kalimat cerpen dan menyertakan nama penulis dan website ini fortuna media
Follow me at;⭐
twitter.com/romymantovani
facebook.com/helmyzainuddin
pinterest.com/hsyamz
Untuk Anda yang belum baca siri ini yang sebelumnya.
Anda boleh baca disini : Misteri Nusantara
No comments
Post a Comment