Cerpen: "Petang di Pasar Setan-11"
Cerpen: "Petang di Pasar Setan-11"
Siri 11: “Pasar dalam Dada Dara”
Pada Siri 9/10: “Takhta Keempat: Gadis Penantang Kutukan” Pasar terdiam. Dara perlahan berdiri -- tubuhnya mulai berubah—bukan menjadi manusia -- bukan pula makhluk kutukan—tapi penjaga keseimbangan yang baru. Dara, menatap Shafira -- lalu mengangguk:
"Kau mematahkan kitaran/cycle. Tetapi kau juga menciptakan yang baru. Kini… aku bukan lagi tawanan cinta. Aku adalah penjaga kebebasan."
- Pintu pasar terbuka untuk terakhir kalinya. Shafira dan Adiknya berjalan keluar—diiringi tangisan lembut angin dan bisikan: Terima kasih... Penantang Kutukan."
Cerpen ini lanjutan dari siri -1/2/3/4/5/6/7/8/9/10:
- Cerpen: "Petang di Pasar Setan"
- Cerpen: "Petang di Pasar Setan-2"
Cerpen: "Petang di Pasar Setan-3" - Cerpen: "Petang di Pasar Setan-6"
Cerpen: "Petang di Pasar Setan-8"
Cerpen: "Petang di Pasar Setan-9/10"
FORTUNA MEDIA -- Siri 11: “Pasar dalam Dada Dara”
Setelah pintu pasar tertutup dan suara manusia terakhir menghilang dari balik kabus dunia, Dara berdiri di ambang kehampaan. Tidak ada lagi kutukan-- tidak ada lagi pedagang roh. Tetapi ia tahu—pasar belum mati.
Pasar itu kini hidup di dalam dirinya.
Setiap malam -- saat manusia tertidur lelap dan mimpi mulai menggeliat, Dara menjelma menjadi bayangan samar di ujung mimpi mereka.
Dara -- Ia tidak lagi menjual --tidak lagi memikat. Ia menguji.
Ujian yang tidak semua jiwa sanggup menahan.
Orang-orang bermimpi berjalan ke pasar yang tidak berbentuk. Tidak ada pintu gerbang -- tidak ada jalan masuk. Tetapi begitu mereka tersesat dalam keraguan hidup—di situlah mereka bertemu Dara.
Dara -- Ia hadir sebagai penjual bunga yang layu -- anak kecil yang tertawa di atas kubur Ibunya -- atau suara di balik cermin.
Setiap pengunjung diuji dengan satu pertanyaan:
"Apa yang paling kau inginkan... dan apa yang sanggup kau korbankan untuknya?"
Manusia yang tamak -- bangun dari tidur dengan tubuh lemas dan hati kosong.
Manusia yang murni -- terbangun dengan mata basah -- seolah menyesali dosa-dosa yang belum dilakukan.
Namun-- manusia yang kuat -- yang mampu menjawab dengan jujur-- diberi hadiah: "sepotong kilas masa depan -- cukup untuk mengubah nasibnya".
Pasar ini tidak menjual barang. Tapi menjual kesadaran.
Dan Dara -- kini bukan ratu dari neraka,
Tetapi penghuni terdalam jiwa-jiwa manusia.
Suatu malam -- seorang pemimpi datang. Seorang lelaki tua yang pernah mengkhianati keluarganya demi kekuasaan. Ia tertunduk di depan Dara.
"Bisakah aku memperbaiki semuanya?"
Dara tersenyum. "Hanya jika kau sanggup menukar seluruh sisa hidupmu... demi satu pelukan anakmu."
Lelaki itu menangis. Dan saat ia bangun dari mimpi -- ia hanya punya satu hari hidup. Tetapi hari itu… ia gunakan untuk mencium dahi putrinya yang telah dewasa.
Dan itulah fungsi pasar yang baru.
Untuk mengembalikan manusia pada luka paling dalam mereka.
Lalu memberi pilihan: "Menyembuhkan... atau mengulang".
***
Siri 12: “Para Pemimpi yang Terperangkap”
Tidak semua yang masuk ke dalam pasar mimpi Dara bisa keluar.
Beberapa terlalu lemah. Terlalu patah. Terlalu ingin lari dari kenyataan.
Mereka adalah pemimpi/dreamer yang tersesat -- terjebak di antara dunia nyata dan alam bawah sadar.
Tubuh mereka masih hidup—bernafas -- makan -- bicara seperti biasa—Tetapi jiwa mereka… tinggal di pasar Dara.
Pasar itu kini luas dan tak berbatas -- meniru bentuk trauma terdalam manusia.
Ada satu lorong yang terus berputar -- terbuat dari kata-kata yang tak pernah diucapkan.
Ada pasar gelap -- di mana orang-orang menjual kenangan indah hanya untuk bisa melupakan rasa bersalah.
Dara mengawasi semuanya. Ia tidak lagi menjerat-- tetapi menanti.
Menanti apakah para pemimpi memilih bangkit… atau tinggal selamanya -- menjadi bagian dari arsitektur pasar mimpi.
Malam itu, seorang gadis kecil bermimpi.
Namanya Ratnasari. Umurnya delapan tahun. Ibunya meninggal di depan matanya— ditembak tanpa sebab. Ayahnya kini hanya 'kaki botol dan amarah'.
Di pasar mimpi -- Ratnasari berjalan tanpa alas kaki. Tangannya menggenggam boneka kain bernama Lila.
Ratnasari sampai di sebuah kios/gerai yang kosong. Di situ -- Dara menunggu.
"Ratnasari… apa yang kau inginkan?"
"Aku mau... Ibu pulang."
"Apa kau bersedia menyerahkan semua kenangan indah tentang Ibu untuk itu?"
Ratnasari diam. Lama. Lalu ia menggeleng.
"Kalau aku lupa Ibu... aku cuma akan punya kesedihan."
Dara tersenyum. Bunga-bunga putih tumbuh di sekeliling pasar.
Itulah tanda: 'Seorang pemimpi telah memilih jalan pulang'.
Ratnasari bangun dari tidurnya -- menangis… dan untuk pertama kalinya --
memeluk Ayahnya dengan pelukan yang tulus.
Tetapi tidak semua seperti Ratnasari.
Ada yang menolak bangun.
Seorang lelaki bernama Kang Mardan -- yang sepanjang hidupnya menipu dan menghancurkan orang lain demi keuntungan.
Di pasar mimpi -- Kang Mardan masuk ke lorong kaca—tempat di mana setiap cermin memperlihatkan versi dirinya yang lebih jujur -- lebih buruk -- lebih menjijikkan.
Kang Mardan berteriak -- mencoba memecahkan semua cermin. Tetapi tidak bisa. Kerana Kang Mardan tidak bisa menghancurkan dirinya sendiri.
Akhirnya Kang Mardan duduk -- menangis -- dan tidur dalam mimpinya sendiri --Selamanya...
Tubuh Kang Mardan di dunia nyata kini hanya kerangka hidup — berjalan -- bekerja -- Tetapi tanpa jiwa.
Orang-orang menyebutnya “gila”. Padahal -- ia hanya… belum bangun.
***
Pasar dalam dada Dara bukanlah pasar dosa.
Dara -- Ia adalah tempat penghakiman tanpa hakim.
Tempat jiwa manusia memilih takdirnya sendiri.
Dan Dara… hanya saksi.
Bisu. Tapi penuh makna. [HSZ]
To be Continued.....
Disclaimer,
Cerpen ini karya penulis [romy mantovani] Jika ada penulis/blogger mahu menulis ulang atau mencetak/membukukan--Mohon izin sang penulis dahulu! Dan tidak akan merobah bait - kalimat cerpen dan menyertakan nama penulis dan website ini fortuna media
Follow me at;⭐
twitter.com/romymantovani
facebook.com/helmyzainuddin
pinterest.com/hsyamz
Untuk Anda yang belum baca siri ini yang sebelumnya.
Anda boleh baca disini : Misteri Nusantara
No comments
Post a Comment