Cerpen: "Petang di Pasar Setan-9"
Cerpen: "Petang di Pasar Setan-9"
Siri 9: “Pasar Baru, Darah Lama”
- Pada Siri 8: “Tubuh Ketiga dan Takhta Kegelapan” Dikisahkan: Dan Dara…perlahan berbalik. Air matanya jatuh. Bukan kerana takut. Tetapi kerana ia tahu—sejak awal. Tidak ada jalan pulang bagi yang jatuh cinta di pasar setan. Dengan langkah perlahan… ia duduk.
- Takhta ketiga menyatu dengan tubuhnya. Rambutnya memanjang -- matanya menjadi hitam kelam. Dan dari dada Dara tumbuh akar bercahaya merah.
- Senjana tersenyum. Dan seluruh pasar kembali hidup—dengan Dara sebagai penguasa baru.
Cerpen ini lanjutan dari siri -1/2/3/4/5/6/7/8:
- Cerpen: "Petang di Pasar Setan"
- Cerpen: "Petang di Pasar Setan-2"
Cerpen: "Petang di Pasar Setan-3" - Cerpen: "Petang di Pasar Setan-6"
Cerpen: "Petang di Pasar Setan-8"
FORTUNA MEDIA - Siri 9: “Pasar Baru, Darah Lama”
Pasar itu kembali ramai. Namun tak lagi sama. Dulu para pedagang adalah roh-roh terkutuk, kini mereka adalah pecahan-pecahan memori Dara. Wajah-wajah dari masa lalunya—guru Tadika -- mantan kekasih --Ayah yang telah meninggal—Semua menyambut pengunjung dengan senyum… Dan bisikan-bisikan yang menusuk jiwamu.
Dara duduk di takhtanya -- di tengah pasar -- tersembunyi dalam tirai merah darah. Tidak ada yang mengenalinya -- kecuali mereka yang tertarik ke pasar oleh perasaan paling berbahaya: 'kerinduan'.
Pada malam ke-9 bulan kelima -- pengunjung baru datang. Seorang gadis muda -- bernama Shafira, mencari Adiknya yang hilang. Jejaknya membawa ke pasar yang tidak terdaftar di peta. Muncul hanya saat fajar dan senja bertukar tempat.
Shafira tertarik ke lapak perhiasan tua—dan di sana, kalung yang dulu pernah dipakai Dara -- kini bersinar kembali.
Namun penjualnya adalah Dara sendiri… dengan wajah yang tidak tua -- tidak muda -- Tetapi tak lagi manusia.
"Kalung ini akan membawamu pada Adikmu. Tetapi setiap petunjuk -- dibayar dengan darah."
Shafira menggenggam kalung itu—dan seketika, dunia di sekelilingnya berputar. Ia melihat adiknya di cermin -- terkurung, matanya kosong.
Di belakangnya -- berdiri Dara. Tetapi bukan Dara seperti sebelumnya. Kini ia adalah Ibu dari pasar ini -- penjaga cinta. Sekaligus pemangsa harapan.
Shafira berusaha lari -- namun seluruh pasar menutup jalan keluar. Dara mendekat -- menyentuh bahunya -- dan berbisik:
"Kau tak datang hanya untuk menyelamatkan. Kau datang untuk menggantikan. Pasar ini haus… dan waktuku sudah hampir habis."
Shafira menjerit -- tapi suara itu ditelan tawa para pedagang/peniaga.
Kalung di lehernya mulai berdetak. Persis seperti yang dulu terjadi pada Dara.
Pasar ini bukan tempat menjual barang. Pasar ini menjual jiwa.
Dan darah lama… selalu perlu darah baru.
***
Siri 10: “Takhta Keempat: Gadis Penantang Kutukan”
"Kau fikir bisa mengalahkanku -- Shafira?"
"Aku tak ingin mengalahkanmu -- Dara. Aku ingin menyadarkanmu."
"Kak, tolong jemput aku. Aku takut."
"Kau menentang keseimbangan -- Shafira. Takhta harus tetap empat. Jika Dara pergi -- kau harus menggantikan."
"Kak Shafira!"
bukan pula makhluk kutukan—tapi penjaga keseimbangan yang baru.
"Kau mematahkan kitaran/cycle. Tetapi kau juga menciptakan yang baru. Kini… aku bukan lagi tawanan cinta. Aku adalah penjaga kebebasan."
To be Continued.....
Disclaimer,
Cerpen ini karya penulis [romy mantovani] Jika ada penulis/blogger mahu menulis ulang atau mencetak/membukukan--Mohon izin sang penulis dahulu! Dan tidak akan merobah bait - kalimat cerpen dan menyertakan nama penulis dan website ini fortuna media
Follow me at;⭐
twitter.com/romymantovani
facebook.com/helmyzainuddin
pinterest.com/hsyamz
Untuk Anda yang belum baca siri ini yang sebelumnya.
Anda boleh baca disini : Misteri Nusantara
No comments
Post a Comment