Cerpen: "Petang di Pasar Setan-9"

 <img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="Cerpen: "Petang di Pasar Setan-9"">

   Cerpen: "Petang di Pasar Setan-9"

     Siri 9: “Pasar Baru, Darah Lama”

  • Pada Siri 8: “Tubuh Ketiga dan Takhta Kegelapan” Dikisahkan: Dan Dara…perlahan berbalik.  Air matanya jatuh. Bukan kerana takut. Tetapi kerana ia tahu—sejak awal. Tidak ada jalan pulang bagi yang jatuh cinta di pasar setan. Dengan langkah perlahan… ia duduk.

  • Takhta ketiga menyatu dengan tubuhnya. Rambutnya memanjang -- matanya menjadi hitam kelam. Dan dari dada Dara tumbuh akar bercahaya merah.

  • Senjana tersenyum. Dan seluruh pasar kembali hidup—dengan Dara sebagai penguasa baru. 

    Cerpen ini lanjutan dari siri -1/2/3/4/5/6/7/8: 

FORTUNA MEDIA Siri 9: “Pasar Baru, Darah Lama”

   Pasar itu kembali ramai. Namun tak lagi sama. Dulu para pedagang adalah roh-roh terkutuk, kini mereka adalah pecahan-pecahan memori Dara. Wajah-wajah dari masa lalunya—guru Tadika -- mantan kekasih --Ayah yang telah meninggal—Semua menyambut pengunjung dengan senyum… Dan bisikan-bisikan yang menusuk jiwamu.

  Dara duduk di takhtanya -- di tengah pasar -- tersembunyi dalam tirai merah darah. Tidak ada yang mengenalinya -- kecuali mereka yang tertarik ke pasar oleh perasaan paling berbahaya: 'kerinduan'.

  Pada malam ke-9 bulan kelima -- pengunjung baru datang. Seorang gadis muda -- bernama Shafira, mencari Adiknya yang hilang. Jejaknya membawa ke pasar yang tidak terdaftar di peta. Muncul hanya saat fajar dan senja bertukar tempat.

  Shafira tertarik ke lapak perhiasan tua—dan di sana, kalung yang dulu pernah dipakai Dara -- kini bersinar kembali.

   Namun penjualnya adalah Dara sendiri… dengan wajah yang tidak tua -- tidak muda -- Tetapi tak lagi manusia.

"Kalung ini akan membawamu pada Adikmu. Tetapi setiap petunjuk -- dibayar dengan darah."

   Shafira menggenggam kalung itu—dan seketika, dunia di sekelilingnya berputar. Ia melihat adiknya di cermin -- terkurung, matanya kosong.

  Di belakangnya -- berdiri Dara. Tetapi bukan Dara seperti sebelumnya. Kini ia adalah Ibu dari pasar ini -- penjaga cinta. Sekaligus pemangsa harapan.

   Shafira berusaha lari -- namun seluruh pasar menutup jalan keluar. Dara mendekat -- menyentuh bahunya -- dan berbisik:

"Kau tak datang hanya untuk menyelamatkan. Kau datang untuk menggantikan. Pasar ini haus… dan waktuku sudah hampir habis."

   Shafira menjerit -- tapi suara itu ditelan tawa para pedagang/peniaga.

  Kalung di lehernya mulai berdetak. Persis seperti yang dulu terjadi pada Dara.

  Pasar ini bukan tempat menjual barang. Pasar ini menjual jiwa.

  Dan darah lama… selalu perlu darah baru.

***
  Siri 10: “Takhta Keempat: Gadis Penantang Kutukan”

   Shafira tak menyerah. Meski kalung-liontin itu mulai menanam akar ke kulit lehernya -- ia menggigit bibir hingga berdarah. Menolak bayangan Dara yang berbisik di setiap sudut pikirannya.

  Di tengah pasar yang kini berputar seperti pusaran neraka,  Shafira berlari menuju altar utama—tempat Dara duduk di Takhta Ketiga. Suasana mencekam. Para pedagang menatap dengan mata gelap -- namun mereka tak menyerang.

  Dara berdiri dari takhtanya. Rambutnya menjulur hingga lantai -- matanya menyala merah gelap. Tetapi di balik wajahnya --ada sisa-sisa Dara yang dulu—yang dulu juga melawan kutukan.
"Kau fikir bisa mengalahkanku -- Shafira?"
"Aku tak ingin mengalahkanmu -- Dara. Aku ingin menyadarkanmu."
   Shafira mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya—sepotong surat lusuh dari adiknya -- yang hilang sejak masuk ke pasar.

   Surat itu ditulis dengan tangan anak kecil:
"Kak, tolong jemput aku. Aku takut."
   Air mata Dara jatuh. Seketika -- api di sekeliling pasar padam. Langit menjadi hitam pekat. Para pedagang mulai menjerit—takut. Kerana emosi manusia sejati… adalah musuh utama kutukan pasar ini.

  Namun... dari kegelapan altar -- muncul sosok baru—Pemilik Takhta Keempat -- yang selama ini tersembunyi.

  Makhluk tinggi berselubung kain putih tulang -- wajahnya tanpa mata -- tanpa mulut. Ia berbicara langsung ke dalam fikiran:
"Kau menentang keseimbangan -- Shafira. Takhta harus tetap empat. Jika Dara pergi -- kau harus menggantikan."
   Tiba-tiba -- tubuh Shafira terangkat. Kalungnya bersinar merah muda -- lalu hitam.
Dara menjerit -- menubruk altar -- mencoba memutuskan ritual. Tetapi tubuhnya membeku di tengah jalan.

   Dan saat itu terjadi—suara kecil terdengar dari celah pintu pasar:
"Kak Shafira!"
  Adiknya muncul—tubuh lemah. Tetapi matanya hidup. Ia bebas… kerana Shafira telah membuat pilihan.

   Pilihan untuk mengorbankan diri demi cinta sejati: 'Keluarga'.

  Namun sesuatu yang tak terduga terjadi—cahaya putih menyelimuti tubuh Shafira,    lalu meledak seperti bintang pecah. Takhta Keempat… hancur.
  Tidak ada yang menggantikan. Tetapi tak ada yang mati.

   Pasar terdiam.
  Dara perlahan berdiri -- tubuhnya mulai berubah—bukan menjadi manusia --
  bukan  pula makhluk kutukan—tapi penjaga keseimbangan yang baru.

    Ia menatap Shafira -- lalu mengangguk:
"Kau mematahkan kitaran/cycle. Tetapi kau juga menciptakan yang baru. Kini… aku bukan lagi tawanan cinta. Aku adalah penjaga kebebasan."
   Pintu pasar terbuka untuk terakhir kalinya. Shafira dan Adiknya berjalan keluar—diiringi tangisan lembut angin dan bisikan:
"Terima kasih... Penantang Kutukan."   [HSZ]

 To be Continued.....

Disclaimer,

Cerpen ini karya penulis [romy mantovani] Jika ada penulis/blogger mahu menulis ulang atau mencetak/membukukan--Mohon izin sang penulis dahulu! Dan tidak akan merobah bait - kalimat cerpen dan menyertakan nama penulis dan website ini fortuna media

Follow me at;
twitter.com/romymantovani
facebook.com/helmyzainuddin
pinterest.com/hsyamz

   Untuk Anda yang belum baca siri ini yang sebelumnya.

Anda boleh baca disini : Misteri Nusantara





No comments