Cerpen: "Petang Di Pasar Setan-17"

<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="Cerpen: "Petang Di Pasar Setan-17">

Cerpen: "Petang Di Pasar Setan-17"

Siri:17-"Bayang-Bayang yang Merindu Daging"

  •  Dara lari. Tetapi lorong makin panjang. Setiap pintu yang cuba dibuka—terkunci. Setiap teriakan—disambut gema dirinya sendiri.

  •   Lorong itu terus memanjang, dan Dara menyedari satu hal: "Lorong ini bukan jalan pulang. Tetapi liang kesesatan". "Dan dia telah dipilih untuk menjadi penunggu berikutnya"

 FORTUNA MEDIA -- Siri: 17 "Bayang-Bayang yang Merindu Daging"

  Lorong itu tidak pernah berakhir—hanya berubah bentuk. Kini sang Dara berdiri di sebuah halaman lapang. Tanahnya hitam -- basah--seperti baru disirami darah basi. Di tengahnya: "Tiang gantungan tua dari kayu jati-- yang telah digerogoti waktu-- tapi masih kokoh menanti tumbal (pengorbanan/sacrifice).

  Di sekeliling -- bayang-bayang kampung makin mendekat. Tetapi kini mereka membawa sesuatu—kulit manusia.

 Tergantung di tangan mereka -- seperti pakaian yang hendak disarung.

“Dara, kau kosong… biarkan kami meminjam tubuhmu…”

“Kami rindukan hangatnya daging…”

  Dara menjerit -- tetapi suaranya tak keluar.

  Dia cuba lari -- namun tubuhnya seolah tertambat.

 Bayang-bayang itu makin dekat—dan mereka mulai berganti rupa -- satu demi satu mengenakan kulit manusia. Dan berubah menjadi makhluk-makhluk yang menyerupai orang-orang yang pernah ia kenal…

 'Mak'.

 'Bapak'.

 'Pak Imam'.

 'Kawan sekolah'.

 Tetapi ada yang ganjil—mata mereka tetap gelap. Dan senyum mereka terlalu lebar-- menampakkan gigi hitam patah-patah.

  Mereka berkata serentak:

“Kau bukan pulang, Dara…

Kau sedang dikuliti kenyataan…”

 Petir menyambar.  Tanah retak.

 Tiang gantungan itu hidup—melilit Dara dengan tali yang menjulur seperti ular hidup.

  Namun tepat saat Dara hampir kehilangan kesadaran…

  Seseorang menjerit dari kejauhan:

 "JANGAN SENTUH ANAKKU!!"

  Dari balik kabus, muncul sesosok perempuan tua -- matanya merah menyala-- berambut panjang hingga tanah—Ibu Tanah—dia datang. Membawa kutukan dan dendam.

“Ini anakku! Kalian belum layak memakan jiwanya!”

  Bayang-bayang itu mundur. Tetapi tidak sepenuhnya pergi. Mereka membisikkan satu kalimat terakhir:

“Kami akan kembali… saat bayangan Dara cukup dalam untuk kami tempati…”

 Dan senja pun luruh—berganti malam tanpa bintang.

                                    *******

 SIRI:18  Ibu Tanah: Darah yang Membuka Gerbang

  Dara terbangun di pelukan sosok itu—perempuan tua berwajah separuh manusia-- separuh tanah kering berlumut. Rambutnya bukan rambut. Tetapi akar-akar halus yang masih basah oleh tanah. Matanya menyala merah-- Tetapi di balik kilat itu --ada rasa: marah -- takut… dan cinta.

“Ibu…?”... Suaranya goyah.

  Sosok itu tidak menjawab. Ia memeluk Dara erat -- lalu mulai berbicara… bukan lewat mulut. Tetapi lewat bayangan yang berputar di sekeliling.

  Dara melihat masa lalu.

  Seorang bayi dibuang ke tepi hutan -- dibalut kain putih berlumur darah. Di malam hujan -- bayi itu menangis… Dan tanah membelah diri—menelannya -- melindunginya. Bayi itu… adalah Dara.

“Kaulah yang terlahir dari tanah yang luka…”

“Darahmu bukan darah manusia biasa…”

“Kau anak antara dunia…”

  "Ibu Tanah" menunjuk ke dada Dara—terdapat bekas luka halus -- menyerupai akar menjalar. Luka itu berdenyut. Dan dari situlah gerbang ke dunia 'Pasar Setan' terbuka. Selama ini -- pintu bukan terletak di tanah……melainkan di dalam darah Dara sendiri.

  Dara menggigil.

“Kenapa aku…?”

“Kenapa bukan mereka…?”

  "Ibu Tanah" menjawab dengan suara retak:

“Kerana mereka membuangmu. Dan tanah menerimamu. Darahmu kini menebus kutukan kami—dagingmu membuka jalan. Dan jiwamu adalah umpan.”

  Malam itu, Dara melihat lebih jauh:

 "Pasar Setan bukan tempat…"

 "Ia adalah ‘sistem barter kutukan".

 "Manusia membayar dosa dengan daging".

 "Ibu Tanah menjaga pintunya".

 "Dan Dara adalah kuncinya".💀🌒  [HSZ]

 To be Continued.....

Disclaimer,

Cerpen ini karya penulis [romy mantovani] Jika ada penulis/blogger mahu menulis ulang atau mencetak/membukukan--Mohon izin sang penulis dahulu! Dan tidak akan merobah bait - kalimat cerpen dan menyertakan nama penulis dan website ini fortuna media

Follow me at;
twitter.com/romymantovani
facebook.com/helmyzainuddin
pinterest.com/hsyamz

   Untuk Anda yang belum baca siri ini yang sebelumnya.

Anda boleh baca disini : Misteri Nusantara




No comments