Cerpen: "Petang Di Pasar Setan-16"
SIRI:16-- "Kampung Tertinggal-- Lorong Pulang yang Tak Pernah Ada"
- Pada Siri 15 – Perut Tanah: Ibu Segala Kutukan Dikisahkan,
- Tiba-tiba, Senjana muncul—terjatuh dari lubang yang sama. Luka-lukanya makin parah.
- Tanpa ragu-- ia-Senjana meraih tangan Dara.
"Kalau darah Dara tak cukup… tambahkan darah sahabatnya!"
- Dan bersama -- mereka menancapkan kalung ke pusat/pusar sang Iblis.
- Ledakan cahaya. Teriakan tanpa suara. Dan pasar pun runtuh.
Cerpen ini lanjutan dari: Cerpen "Petang Di Pasar Setan-15"
FORTUNA MEDIA -- SIRI:16 - Kampung Tertinggal, Lorong Pulang yang Tak Pernah Ada
Sang Dara membuka matanya. Udara yang disedut bukan lagi aroma belerang 'Pasar Setan' -- Tetapi kering -- berdebu -- dan membisu. Langit senja berwarna kelabu kehitaman -- menggantung rendah seperti awan tak jadi hujan.
Di sekelilingnya—sawah yang tidak lagi menghijau -- rumah papan yang reput separuh. Dan jalan tanah merah penuh retakan—itulah kampungnya. Tetapi… bukan seperti yang pernah ia kenal.
“Mak…?” panggilnya perlahan -- suaranya serak—entah dari jerit ketakutan atau kerana waktu telah terhenti lama.
Tiada sahutan.
Tiada suara.
Hanya angin yang mendesirkan jendela-jendela tua seperti bisikan halus dari roh yang terlupa.
Dara berjalan menyusuri lorong sempit antara rumah-rumah tua. Setiap langkah menimbulkan gema yang tidak seharusnya ada. Lorong itu memanjang-- memutar. Dan seperti menelannya kembali ke dalam—tak ada ujung -- tak ada cahaya. Dan tak ada jalan pulang.
Di salah satu dinding rumah usang -- ia temui lukisan dirinya. Bukan foto. Lukisan tua -- terbingkai kayu. Dan wajahnya pucat—dengan mata kosong dan senyum yang terbalik. Di bawahnya tertulis:
"Yang pernah kembali, tak lagi dikenali."
"Yang pernah pergi, tak pernah pulang sepenuhnya."
Dara menoleh -- dan mendapati seluruh kampung kini berdiri tegak—bukan manusia-- tetapi bayang-bayang. Warga-warga kampung berdiri diam -- kepala miring -- mata membelalak-terbeliak mata.. Tubuh mereka hitam legam seperti arang—dan semua menatap Dara.
“Kenapa semua berubah…?”
Suara parau menyahut dari balik lorong:
“Bukan dunia yang berubah, Dara… kau yang tak pernah kembali.”
Dara lari. Tetapi lorong makin panjang. Setiap pintu yang cuba dibuka—terkunci.
Setiap teriakan—disambut gema dirinya sendiri.
Lorong itu terus memanjang, dan Dara menyedari satu hal:
"Lorong ini bukan jalan pulang. Tetapi liang kesesatan".
"Dan dia telah dipilih untuk menjadi penunggu berikutnya". [HSZ]
To be Continued.....
Disclaimer,
Cerpen ini karya penulis [romy mantovani] Jika ada penulis/blogger mahu menulis ulang atau mencetak/membukukan--Mohon izin sang penulis dahulu! Dan tidak akan merobah bait - kalimat cerpen dan menyertakan nama penulis dan website ini fortuna media
Follow me at;⭐
twitter.com/romymantovani
facebook.com/helmyzainuddin
pinterest.com/hsyamz
Untuk Anda yang belum baca siri ini yang sebelumnya.
Anda boleh baca disini : Misteri Nusantara
- Cerpen ini lanjutan dari siri :
- Cerpen: "Petang di Pasar Setan"
No comments:
Post a Comment