5 Sahabat Nabi SAW dengan Pemahaman "Geopolitik" yang Hebat. Siapa Saja Mereka?

<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="5 Sahabat Nabi SAW dengan Pemahaman "Geopolitik" yang Hebat. Siapa Saja Mereka?>

5 Sahabat Nabi SAW dengan Pemahaman "Geopolitik" yang Hebat. Siapa Saja Mereka?

<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="5 Sahabat Nabi SAW dengan Pemahaman "Geopolitik" yang Hebat. Siapa Saja Mereka?>

  FORTUNA MEDIA - Akhir-akhir era ini-- istilah "geopolitik" sering sekali kita dengar. Terlebih-- saat kita membahas perang Iran--Isrāhell. Tidak hanya jadi diskusi anak-anak muda genzet, bahkan aktivis Masjid ikut mendiskusikannya-- teman-teman ojek online pun membicarakannya-- sampai bapak-bapak security yang nongkrong di pos ronda. Semuanya bicara sesuai dengan ilmu yang dimiliki-- yang akhirnya memunculkan kesimpulan yang bisa jadi berbeza.
Ada yang benar. Ada yang salah kaprah (salah faham/misconception)
.
Anda juga ikut membahasnya?

<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="5 Sahabat Nabi SAW dengan Pemahaman "Geopolitik" yang Hebat. Siapa Saja Mereka?>

Ustaz Anis Matta, Wakil/Timbalan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia ke-9 dahulu pernah menyampaikan bahwa Al-Qur'an "mengajak" umat Islam untuk sadar pada wawasan ilmu geopolitik.

Ilmu, yang mempelajari hubungan antara geografi (letak-- sumber daya-- topografi-- demografi) dan politik kekuasaan di tingkat regional (serantau) mahupun global.

Sebagai Khalifah di bumi, tidak mungkin ilmu ini terpisah dari seorang Muslim. Memahami kekuatan dunia, adalah bahagian dari memenangkan dakwah. Salah satunya dalam Al-Qur'an Surah Ar-Rum-- ayat-ayat pertamanya mengungkapkan lanskap geopolitik yang terjadi saat itu: Perang Romawi-Persia (Rom-Parsi)!

<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="5 Sahabat Nabi SAW dengan Pemahaman "Geopolitik" yang Hebat. Siapa Saja Mereka?>

Realiti Geopolitik dalam Al-Qur'an-Surah Ar-Rum

Al-Qur'an Surah Ar-Rum, Allah Subhanahu Wa Ta'ala wahyukan pada Rasulullah ﷺ saat Kaum Muslimin masih baru saja "lahir" dan sedang mengalami tekanan di Makkah.

Meski begitu, Allah Ta'ala gambarkan sebuah "realiti geopolitik" bagi Kaum Muslimin lewat firman-Nya, "Alif Lam Mim. Bangsa Romawi (Rom) telah dikalahkan, di Negeri yang terdekat dan mereka setelah kekalahannya itu akan menang, dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan setelah (mereka menang). Dan pada hari (kemenangan bangsa Rom) itu bergembiralah orang-orang yang beriman..." (Al-Qur'an-Surah, Ar-Rum 1-4)

<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="5 Sahabat Nabi SAW dengan Pemahaman "Geopolitik" yang Hebat. Siapa Saja Mereka?>

Kesadaran itu kemudian hadir dalam mentaliti Kaum Muslimin. Umat yang mengawali peradabannya dengan "Iqra'" ini akhirnya benar-benar belajar untuk membaca zaman, membaca situasi, membawa manusia dan membaca peradaban.

Sahabat-sahabat Rasulullah ﷺ akhirnya menjadi generasi yang genius itu-- mulai dari Saidina Abu Bakr Radhiallahu 'Anhu yang menggunakan potensi ilmu silsilah keluarga Arab--atau Umar bin Khattab 
Radhiallahu 'Anhu yang sejak dulu memang terkenal sebagai diplomat. Nah, siapa saja-kah Sahabat-Sahabat Rasul ﷺ yang terkenal dengan pemahaman geopolitik yang matang?

<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="5 Sahabat Nabi SAW dengan Pemahaman "Geopolitik" yang Hebat. Siapa Saja Mereka?>

1. Amr bin Al-Ash: Membaca Peta Makanan (the Food Map) dan Jalur Afrika

Kalau hari ini Anda mendengar berita tentang Negeri Mesir-- mungkin Anda akan langsung teringat dengan Terusan Suez atau Delta Sungai Nil yang subur. Tetapi jauh sebelum itu, Amr bin Al-Ash, Sahabat Nabi ﷺ sekaligus jenderal brilian, sudah faham betul pentingnya Negeri para Firaun ini.

Beliau membujuk Khalifah Umar bin Khattab 
Radhiallahu 'Anhu untuk membebaskan Negeri Mesir bukan hanya kerana Kerajaan Rom menguasainya. Tetapi kerana Mesir adalah "lumbung makanan" dunia kala itu. Ia tahu, menguasai Mesir berarti memotong suplai logistik ke-Kaisaran Byzantium, sekaligus membuka jalur ke Afrika. Dengan pendekatan cerdas dan perjanjian damai bersama penduduk tempatan, Amr bin Al-Ash Radhiallahu 'Anhu, membuktikan bahwa pemahaman geopolitik bisa menjadi alat dakwah dan pembebasan yang damai sekaligus strategik.

<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="5 Sahabat Nabi SAW dengan Pemahaman "Geopolitik" yang Hebat. Siapa Saja Mereka?>

2. Khalid bin Al-Walid: Menang dengan Membaca Medan

Khalid bin Al-Walid Radhiallahu 'Anhu, sang "Pedang Allah yang Terhunus" ini adalah ahli strategi yang memahami geopolitik lebih dari sekadar taktik perang.

Dalam Perang Yarmuk, beliau membawa para Mujahid melewati jalur gurun yang tidak terduga untuk memukul pasukan tentara Rom dari arah yang lemah. Ia tahu betul kekuatan Rom terletak pada kota-kota besar dan jalur air.

Maka, menghindari bentrok langsung dan menyerang dari arah tidak terduga adalah kunci kemenangan. 
Khalid bin Al-Walid Radhiallahu 'Anhu membaca lanskap Wilayah Syam dan perbatasan dengan kepintaran luar biasa—membuktikan bahwa medan bukan cuma tempat bertempur. Tetapi juga bagian dari strategi kekuasaan.

<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="5 Sahabat Nabi SAW dengan Pemahaman "Geopolitik" yang Hebat. Siapa Saja Mereka?>

3. Abu Ubaidah bin Al-Jarrah: Stabiliti adalah Kemenangan

Saat Kota Baitul Maqdis hendak diserahkan -- penduduk Kristian meminta satu hal: agar kunci kota diserahkan langsung pada Khalifah Umar bin Khattab Radhiallahu 'Anhu. Tetapi tahukah Anda siapa jenderal yang memimpin pasukan hingga ke sana?

Beliau adalah, Abu Ubaidah bin Al-Jarrah Radhiallahu 'Anhu.

Ia bukan hanya seorang panglima. Tetapi juga negarawan tenang yang faham bahwa stabiliti setelah futuhat adalah bahagian penting dari geopolitik. Ia menjaga keamanan tempat-tempat suci, memberikan jaminan keselamatan pada penduduk tempatan dan tak merusak simbol-simbol agama lain. 

<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="5 Sahabat Nabi SAW dengan Pemahaman "Geopolitik" yang Hebat. Siapa Saja Mereka?>

4. Umar bin Khattab: Arkitek Wilayah dan Ketahanan Umat

Salah satu Khalifah paling visioner ini bukan hanya pemimpin spiritual. Tetapi juga negarawan geopolitik yang handal. Umar bin Khattab Radhiallahu 'Anhu-- membagi wilayah Umat Islam ke dalam distrik-distrik administratif seperti Kufah -- Basrah-- dan Fusthat.

Beliau menolak terlalu jauh gelombang futuhat wilayah Rom Timur, kerana lebih mengutamakan stabiliti internal (kestabilan dalaman) sebelum ekspansi (pengembangan/expansion). Beliau pun memahami pentingnya distribusi pasukan, pendapatan negara, dan pengelolaan wilayah perbatasan.

Bahkan keputusan kecilnya—seperti memilih tidak masuk ke wilayah wabah—menunjukkan naluri kepemimpinan berbasis/berasaskan strategi. Bagi Khalifah 
Umar bin Khattab Radhiallahu 'Anhu-- kekuasaan bukan hanya soal luas wilayah- Tetapi soal kokohnya fondasi umat (asas rakyat/foundation of the people).

<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="5 Sahabat Nabi SAW dengan Pemahaman "Geopolitik" yang Hebat. Siapa Saja Mereka?>

5. Muawiyah bin Abi Sufyan: Dari Daratan ke Samudera Kepemimpinan 

Jika Anda mengira geopolitik hanya soal daratan dan perang darat, Muawiyah bin Abi Sufyan Radhiallahu 'Anhu akan membuktikan sebaliknya.

Beliau adalah Gabenor Negeri Syam yang kemudian menjadi Khalifah dan menginisiasi/memulakan kekuatan laut Islam pertama. Ia sadar bahwa Laut Tengah bukan hanya jalur perdagangan. Tetapi juga arena pengaruh antara Islam dan Byzantium. Maka, dibentuklah armada laut yang kuat—dan dimulailah ekspedisi Islam ke Cyprus hingga mendekati Constantinople-Kini bandar di Tukiye.

Muawiyah bin Abi Sufyan Radhiallahu 'Anhu bukan hanya memikirkan wilayah di darat. Tetapi juga mengontrol perairan yang jadi jalur vital Intarnasional. Di tangannya--geopolitik Islam berkembang dari padang pasir ke Samudera luas.

<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="5 Sahabat Nabi SAW dengan Pemahaman "Geopolitik" yang Hebat. Siapa Saja Mereka?>

Kalau para Sahabat Nabi ﷺ saja punya wawasan geopolitik yang begitu tajam di zamannya. Kenapa kita hari ini tidak belajar dari mereka?

Kerana memenangkan dunia--bukan sekadar soal jumlah. Tetapi, soal wawasan.

Syaikh Rasyid Ridha mengatakan dalam Tafsir Al Manar-- bahwa akhir yang baik, akan dimiliki oleh orang-orang yang bertaqwa. Dan taqwa yang dimaksud; selain kerana taqwa yang hakiki, juga kerana taqwa dalam mengilmui/mempelajari bumi, memahami cara kerjanya, dan menguasai teknologinya.
[HSZ]

Source: GenSaladinChannel 

Editor:  Helmy El-Syamza

Follow me at;
twitter.com/romymantovani
facebook.com/helmyzainuddin

 TAGS : Kisah Rasulullah Jazirah Arab  Makkah Al-Mukarramah BAITUL MAQDIS  Pālësṭīne  Gāzā  

   RELATED POST


No comments