Pentalogi Cerpen: "Tutup Botol Cinta-5"
Pentalogi Cerpen: "Tutup Botol Cinta-5"
Mantra Dalam Botol (Bagian 5 - "Kecurigaan Di Balik Pintu Kamar")
Cerpen bersiri lima bagian
Tokoh utama: Rania Mardhiyah
Suami: Bayu Raditya
Sepupu: Mira Salsabila
Dukun mistik: Ki Samin Dumadi
Cerpen ini lanjutan dari bagian -1/ 2 / 3/4 Anda bisa baca disini:
- Pentalogi Cerpen: "Tutup Botol Cinta-2"
- Pentalogi Cerpen: "Tutup Botol Cinta-3"
- Pentalogi Cerpen: "Tutup Botol Cinta-4"
FORTUNA MEDIA - Mantra Dalam Botol (Bagian 5 - "Kecurigaan Di Balik Pintu Kamar")
Rumah Dukun mistik, Ki Samin Dumadi terbakar semalam. Tetapi anehnya -- hanya satu ruangan yang hangus: 'kamar ritualnya'. Sementara bahagian lain rumah nyaris tak tersentuh api. Dan yang lebih mengejutkan: di tengah puing-puing bara, polis menemukan sebuah botol kecil berisi cairan merah pekat. Dan di bawah botol itu tertulis nama lengkapku dengan tinta hitam gosong — Rania Mardhiyah binti Mus Mardhian.
Aku langsung gemetar.😨
“Ini pasti bukan kebetulan,” gumamku sambil mengepal tangan.
Sesampainya di lokasi-- Aku melihat banyak orang berkerumun. Tapi Ki Samin Dumadi…raib -- hilang. Tidak ada yang tahu apakah dia kabur… atau hangus bersama ritual yang gagal.
“Dia sempat bilang ke saya,” ujar salah satu tetangganya,
“Kalau seminggu terakhir, banyak botol ‘pengikat suami’ milik pelanggan yang pecah dengan sendirinya… Seperti ada kekuatan yang melepaskan semua ikatan secara paksa.”
Aku mendadak pening.😰
Kalau botol-botol itu pecah -- berarti… semua mantra terlepas?
Dan kalau Bayu Raditya, Suamiku pernah juga memakai mantra yang sama, seperti pengakuannya tempo hari… lalu ikatan apa sebenarnya yang sedang terlepas?
Malam itu -- ketika aku masuk kamar -- Aku mendapati Suamiku berdiri di depan cermin. Tatapannya kosong. Di tangannya ada botol kecil—bukan milikku.
Tetapi mirip. Isinya cairan berwarna hitam keunguan.
“Rania,” suaranya dalam dan perlahan. “Sebenarnya bukan cuma kamu yang takut kehilangan. Aku juga. Itulah kenapa aku dulu pergi ketempat Ki Samin Dumadi... kerana kamu berubah. Dingin. Sibuk. Lupa aku ada.”
Aku tertegun.😨
“Aku pakai mantra itu… bukan untuk menundukkanmu. Tetapi supaya kamu tak bisa pergi dari aku. Tapi sekarang, semuanya kacau.”
Tangannya menggenggam botol itu erat.
“Semalam, dalam mimpi… aku melihat Ki Samin Dumadi terbakar dalam lingkaran api. Dia bilang: ‘Mantra yang digunakan untuk ego, akan dimakan oleh apinya sendiri.’”
Aku menangis.😭 Botol di tangannya mulai bergetar.
Tiba-tiba anakku masuk, “Umi, almari kita terbakar!”
Kami berlari ke kamar. Dan benar, almari tempat botol mantraku dulu kusimpan kini hangus terbakar dari dalam. Tak ada sisa apa-apa… kecuali abu dan serpihan photo Bang Bayu Raditya, Suamiku yang sudah menghitam separuh wajahnya.
Malam itu kami duduk bersama. Tak banyak bicara. Hanya saling menatap.
“Cinta itu bukan soal siapa yang bisa mengikat, tapi siapa yang rela melepaskan,” ujarku lirih.
Ia menunduk. Lalu membuka botol di tangannya, dan menumpahkannya ke tanah di luar rumah.
Kami berdua memejamkan mata.😴
Dan malam itu, entah kenapa-- aura angin terasa lebih ringan. Seperti ada beban yang diangkat dari langit rumah kami. Tidak ada lagi suara bisik-bisik dari almari. Tak ada lagi mimpi buruk.
Hanya doa… agar cinta kami -- selepas semua luka, bisa kembali tumbuh… tanpa mantra.InsyaAllah. Aamiin, Allhumma Aamiin. (TAMAT) [HSZ]
Disclaimer, Cerpen ini karya penulis @romy mantovani Jika ada penulis/blogger mahu menulis ulang atau mencetak/membukukan--Mohon izin sang penulis dahulu! Dan tidak akan merobah bait - kalimat cerpen dan menyertakan nama penulis dan website ini fortuna media
Follow me at;⭐
twitter.com/romymantovani
facebook.com/helmyzainuddin
pinterest.com/hsyamz
No comments
Post a Comment