Pentalogi Cerpen: "Tutup Botol Cinta-4"

<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="Pentalogi Cerpen: "Tutup Botol Cinta-4"">              

Pentalogi Cerpen: "Tutup Botol Cinta-4"

 Mantra Dalam Botol (Bagian 4 - "Pecahnya Rahasia")

  Cerpen bersiri lima bagian 

  Tokoh utama: Rania Mardhiyah

  Suami: Bayu Raditya

  Sepupu: Mira Salsabila

  Dukun mistik: Ki Samin Dumadi

      Cerpen ini lanjutan dari bagian -1- 2 & 3 Anda bisa baca disini:

   FORTUNA MEDIA - Mantra Dalam Botol (Bagian 4 - Pecahnya Rahasia)

  Sejak aku pulang dari tempat Ki Samin Dumadi hari itu, fikiranku terus berkecamuk. Botol itu tak jadi kupakai. Masih tersimpan dalam kotak kecil--tersembunyi dalam almari rias (dressing cupboard) di balik tumpukan kain batik pusaka Bunda. Tetapi setiap kali Aku membuka almari itu -- seperti ada aura-hawa dingin menyelusup ke kulitku. Seperti ada mata yang mengintai dari balik botol kecil beraroma mawar kering itu.

   Malam-malam terasa semakin aneh. Bayu Raditya Suamiku, mulai berubah. Bukan jadi lebih mesra. Tetapi jadi lebih sering termenung. Lebih cepat marah. Kadang ia bicara sendiri dalam tidurnya.

“Aku tak bisa… kenapa begini… siapa yang kunci aku?”

  Keringat dingin membanjiri dahinya. Aku tak pernah cerita bahwa aku sempat ke tempat Ki Samin Dumadi. Apalagi soal botol itu. Tapi kenapa Suamiku tiba-tiba bicara soal "dikunci"?

   Aku merasa bersalah. Tapi rasa bersalah itu berubah jadi takut. Ketika malam ketujuh setelah kunjunganku ke tempat Ki Samin Dumadi, Anakku yang bungsu menjerit dari dalam kamar.

   "Umi! Ada yang bisik-bisik di almari!"

  Aku berlari ke kamarnya. Tak ada siapa-siapa. Tapi almari itu... terbuka sendiri. Botol kecil itu tergeletak di lantai -- tutupnya longgar. Padahal Aku yakin sebelumnya mengikatnya dengan kain kafan kecil sesuai instruksi Ki Samin Dumadi. Aku langsung mengambilnya dan menutup lagi rapat-rapat.

  Namun sejak malam itu, mimpi-mimpi buruk mulai datang. Dalam mimpiku, kulihat perempuan-perempuan berpakaian serba putih--menari di sekeliling Suamiku yang telanjang dada--sambil menyanyikan mantra dalam bahasa yang tak kufahami. Di tengah lingkaran itu -- Bang Bayu Raditya berteriak-teriak, memegangi tubuhnya sendiri seperti kesakitan. Dari matanya keluar asap hitam.

  Aku terbangun dengan tubuh basah keringat dan jantung berdetak seperti genderang perang. Air mataku menetes. Aku peluk tubuh anakku sambil berdoa dalam hati.

  Keesokan paginya--Aku berniat membuang botol itu. Tetapi saat membuka almari, botol itu sudah tak ada.

   Aku panik. Kutanya Suamiku—dia hanya menatapku datar dan menjawab,

 “Aku tahu Rania menyimpan sesuatu.”

  “Abang bicara apa?”

  “Aku sudah tahu semuanya, Rania Mardhiyah. Rania kira bisa menundukkan aku dengan botol itu?”

   Tubuhku lemas--melemah😪

    “Bang… kamu tahu dari mana?”

   Dia tersenyum dingin.😒

 “Aku juga pernah ke Ki Samin Dumadi. Bertahun lalu. Tapi untuk urusan yang berbeza.”

Jantungku seperti berhenti berdetak. Suamiku... punya rahasia sendiri?

Sebelum Aku sempat bicara lagi, tiba-tiba handphoneku berdering. Dari Mira Salsabila sepupuku.

Rania, tolong cepat ke rumah Ki Samin Dumadi. Ada yang aneh. Semalam rumahnya terbakar… dan mereka temukan sesuatu di kamar ritualnya.”

"Apa?"

"Sebuah botol kecil… dengan nama kamu tertulis di bawahnya."  [HSZ] 

 To be Continued.....

Disclaimer, Cerpen ini karya penulis @romy mantovani Jika ada penulis/blogger mahu menulis ulang atau mencetak/membukukan--Mohon izin sang penulis dahulu! Dan tidak akan merobah bait - kalimat cerpen dan menyertakan nama penulis dan website ini fortuna media

Follow me at;
twitter.com/romymantovani
facebook.com/helmyzainuddin
pinterest.com/hsyamz

No comments