Novel - Menantu Dari Desa Part 8
Novel - Menantu Dari Desa
Part 8- Hadir Ke Pesta Mantan
FORTUNA MEDIA - Aku masih tidak bisa berfikir jernih. Masih shock dengan pengakuan jujur Bang Torkis, dia mengakui langitkan do'a di sepertiga malam, supaya Aku dan Doli putus. Kenapa ada orang sejujur Bang Torkis?
Bang Torkis pergi setelah Ibuku siuman, katanya dia ke rumah orang tua angkatnya mahu bersihkan rumah tersebut. Dia sudah janji hari minggu akan menemaniku ke pesta Doli. Akan tetapi mulai timbul keraguan dalam hatiku.
BACA JUGA
Novel - Menantu Dari Desa Part 5
Novel - Menantu Dari Desa Part 6
Novel - Menantu Dari Desa Part 7
Malam itu keluargaku berkumpul di meja makan, Ayah mengundang dua saudaraku bersama Istri masing-masing. Agenda malam ini adalah membahas diriku yang akan dilamar Torkis.
"Bagaimana menurut kalian si Torkis ini?" tanya Ayah memulai pembicaraan.
"Pendapatku tetap seperti itu, si Torkis ini orang gila yang baru jual warisan, tidak akan kubiarkan Adikku nikah sama orang gila," kata Bang Wisnu.
"Tapi Emak merasa Torkis ini orang baik," kata ibuku.
"Bagaimana bisa Emak bilang baik, kenal saja baru dua hari?" protes Bang Bayu.
"Dia sudah berikan wang setengah milyar sama Ayu," kata ibu.
Aku pegang Kak Lana yang duduk di sampingku, Aku takut dia pingsan, Kakak Iparku yang satu ini suka pingsan jika mendengar wang yang banyak. Syukurlah, Kak Lana tidak pingsan, akan tetapi biji matanya seperti keluar melihatku.
"Benarkah, Yu?" kata Kak Lana.
"Benar, Kak,"
"Wah, ini real Sultan, terima saja sudah," kata Kak Yanti.
"Iya, siapa yang bisa menolak Sultan begini, biar udik tapi banyak duit," kata Kak Lana lagi.
"Aku berubah fikiran, kurasa akan kutolak lamarannya," kataku lesu.
"Lho, kenapa?" tanya Ibu.
"Dia berbahaya, Mak,"
"Berbahaya apanya? Apa dia ter0ris atau mafia?"
"Tidak, Mak,"
"Jadi?"
"Dia bisa buat orang berpisah?" kataku.
Semua mata melihat ke arahku. Apa Aku salah ngomong lagi, Aku bicara sebenarnya.
"Bisa buat pisah bagaimana?" tanya Bang Wisnu.
"Dia guna-gunai Bang Doli supaya memutuskan Aku," kataku kemudian.
Ketawa Bang Bayu pecah, diikuti ketawa saudara yang lain, ibuku ikut tertawa, lhah, padahal Aku jujur apa adanya.
"Percuma kau berpendidikan tinggi, Ayu, masih percaya tahyul begitu," kata Bang Wisnu.
"Benar, Bang, Bang Torkis mengaku sendiri,"
"Hahaha, mana ada maling yang mengaku,"
"Benar, kalian tidak percaya ya, kalian tahu kenapa dia berani kasih panjar duluan?"
"Kerana dia tajir melintir, wang segitu baginya kecil," kata Kak Yanti.
"Bukan, kerana dia yakin Aku orang jujur, gara-gara Aku dapat kalung emas yang dulu itu, Aku umumkan di Facebook,"
"Apa hubungannya sama kalung itu?" tanya Bang Wisnu.
"Yang tidak jelas pemiliknya saja Aku kembalikan, apalagi yang jelas, dia berani kasih panjar kerana dia yakin Aku tidak akan mahu makan wangnya, kerana itu juga dia berani simpan wangnya di ATM-ku, dia tidak selugu yang kelihatan".
"Oh, jadi kenapa kau bilang dia berbahaya?"
"Dia bisa pisahkan orang, berarti dia juga bisa satukan orang, bisa Kakak bayangkan misalnya kami bertengkar, dia gunakan ilmunya, Aku klepek terus,"
"Tunggu dulu, bagaimana dia bisa pisahkan orang?" tanya Bang Bayu.
"Katanya gini, dia jatuh cinta padaku, dia ikuti Facebook-ku, dia tahu Aku sudah punya pacar, jadi dia buat supaya Doli putuskan Aku, dia berhasil,"
"Bagaimana caranya?" tanya Ayahku, dari tadi Ayah diam saja menyimak.
"Katanya dia diajari gurunya, dia baca do'a khusus, langitkan doa di sepertiga malam, terbukti, Doli putuskan Aku tanpa sebab," kataku kemudian.
Semua diam, tidak ada lagi ketawa mengejek, mungkin mereka sudah percaya.
"Jadi kau tolak lamaran ini?" tanya Ayah.
"Belum pasti, Ayah,"
"Kok belum pasti?"
"Aku mulai suka Bang Torkis, dia sangat menghargai wanita, dan dia tajir,"
"Ah, tidak jelas kau, Ayu,"
Pembicaraan kami berakhir tanpa keputusan, Aku juga ikut bimbang, antara terima atau tidak, jujur saja, Aku takut dengan pengakuan Bang Torkis bisa buat orang pisah, berarti dia juga mungkin bisa guna-gunai orang, atau jangan-jangan wang yang banyak itu hasil pesugihan? Akan tetapi Aku mulai suka Bang Torkis, dia manis dan yang pasti dia cinta padaku. Sudah terbukti.
"Tidak jadi pulang ke Desa, Bang?" tanyaku pada Bang Torkis, saat itu dia datang berkunjung di malam minggu.
"Tidak jadi, Dek, tapi kita mahu nikah , macam mananya?"
"Apa sudah yakin, Bang, Aku orangnya ceplas-ceplos lho, Bang,"
"Yakinlah, Dek,"
"Bang, kalau umpamanya jadi kita mau tinggal di mana?"
"Di Medan, Dek, rumahnya sudah ada, sudah kubersihkan kemarin,"
"Abang mau kerja apa?"
"Sudah kubilang, Dek, tidak kerja, bulan madu setahun,"
"Oh, besok temani Aku ke pesta itu, ya, Bang,"
"Boleh, boleh, jam berapa?"
"Jam satu, pas makan siang,"
"Oke, Dek, Abang pulang dulu, ya, besok kita pergi," kata Bang Torkis.
Keesokan harinya, Aku sudah bersiap, tepat jam satu Bang Torkis sudah datang, dia naik Pajero dan bawa sopir pribadinya, Wah, bukankah wangnya ada di rekeningku?
"Ini mobil siapa, Bang?"
"Mobil kita, Dek, biarpun tidak bisa bawa mobil, kan bisa pakai driver,"
"Waw," padahal Aku minta Pajero kerana mobil orang tua Doli adalah Fortuner, kudengar harga pajero lebih mahal, makanya Aku minta Pajero. Tidak kusangka Bang Torkis jadi belinya.
"Kapan Abang beli?"
"Pas kemarin itu, Aku telepon Pak Parlin, katanya beli mobil itu yang bekas saja,"
"Oh, wang Abang kan di akaunku,"
"Iya, Dek, tapi kan wang Abang bukan cuma segitu,"
Kami berangkat, Aku sengaja memilih waktu jam satu, kerana biasanya pesta itu ramainya sore hari, Aku mahu menghindari keramaian. Hanya ingin menunjukkan pada Naomi kalau saja Aku bisa datang.
ordang sambilan, kesenian khas Mandailing.
"Kusalami mantan calon Ibu dan Ayah mertua, Ibu Doli malah memelukku sambil menangis.
"Sabar ya, Yu," kata Ibu Doli.
Kami ambil makanan dan memilih duduk di dekat alat musik tersebut. Tiba-tiba terdengar suara penyanyi Daerah tersebut minta maaf, suaranya serak, tidak bisa lagi melanjutkan acara. Hebohlah pesta, sementara acara Adat belum berakhir. Penyanyi Daerah itu sulit dicari gantinya. Doli sempat marah-marah, dia tuduh kelompok musik gordang sambilan tidak profesional.
"Boleh aku nyanyi, Ayu," kata Bang Torkis.
"Ini masih Acara Adat, Bang, nanti baru ada keyboardnya." kataku.
"Bukan, aku mau gantikan paronang-onang itu," kata Bang Torkis seraya menunjuk lelaki berpeci yang sudah kehabisan suara.
"Memang abang bisa?"
"Bisalah, itu kesenian Daerah kami,"
"Abang pandai?" tanyaku memastikan, takut juga Bang Torkis malu-maluin.
"Pandai, itu lagu wajib bila menggembalakan ternak,"
"Oh, silakan, Bang,"
Bang Torkis lalu mendekati lelaki berpeci tersebut, mereka tampak berbisik, lalu Bang Torkis mengambil mikrofon. Jadilah Bang Torkis menyanyi onang-onang. Suaranya merdu, para pengunjung jadi terdiam.
"Ois,onang, baya, onang," Begitu lirik lagu Daerah yang dinyanyikan Bang Torkis. Sementara Bang Torkis menyanyi Aku naik ke pelaminan, mendekati kedua pengantin, Aku merasa bangga pada diriku, ternyata Aku bisa menahan emosi.
"Kau dapat di mana itu laki?" tanya Naomi ketika Aku menyalami mereka.
"Lihat itu Pajero silver, itu punya Abang Torkis, calon Suamiku," kataku seraya menunjuk mobil kami.
"Mimpi kau, Ayu," kata Doli.
"Ya, mimpi yang jadi nyata, kau hanya seujung kukunya," kataku kemudian.
"Hmm, seujung kuku!"
"Ya, jelas, apa coba yang kau beli dari hasil keringatmu?" kataku lagi.
Entah kenapa ada rasa puas tersendiri, Bang Torkis lebih tampan dari Doli, lebih kaya lagi. Bahkan bisa menyanyi.
"Naomi hanya suka wangmu, rasakan itu, Aku harus berterima kasih padamu Naomi, kau telah bisa menampung mantanku," kataku lagi, lah, jahatnya diri ini. Next ...[HSZ]
To be Continued...Ilustrasi Image; Doc, Romy Mantovani
Untuk Anda yang belum baca siri Novel yang sebelumnya,
Anda boleh baca disini ; Novel - Menantu Dari Desa
#indonesia, #Novel, #NovelKomedi, #CeritaBersambung, #Cerbung, #MenantuDariDesa
No comments
Post a Comment