Novel - Menantu Dari Desa Part 10

<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="Novel - Menantu Dari Desa Part 10">

Novel - Menantu Dari Desa 

Part 10-Bang Parlin is Back

 FORTUNA MEDIA - Masih belum hilang keterkejutanku, Doli menceraikan Naomi? Padahal mereka baru bernikah tiga hari. Sementara Doli terus kirim pesan WhatsApp, hanya kubaca tak tahu bagaimana harus membalasnya. 

(Naomi menipuku, dia tidak jujur, aku sangat sakit hati...) pesan dari Doli lagi. 

(Kembalilah padaku, Ayu, aku sayang padamu, entah kenapa belakangan ini, kurasa Naomi memeletku, tanpa ada sebab berarti, tiba-tiba saja aku benci padamu dulu, setelah aku tahu Naomi tak perawan, rasa benci yang dulu kini berubah cinta,"...)

   BACA JUGA
Novel -  Menantu Dari Desa Part 7
Novel - Menantu Dari Desa Part 8
Novel - Menantu Dari Desa Part 9

Dalam hati Aku tertawa, tapi tawa sedih, sedih memikirkan nasib Naomi, dia sudah diceraikan, dituduh pula memelet Doli, padahal ini perbuatan Bang Torkis. Entah bagaimana perasaanku, dulu Aku sangat terpukul ditinggal nikah sama Doli, sekarang Aku justru bersyukur. 

Apakah Aku marah pada Bang Torkis? Seharusnya jika difikir-fikir Aku harusnya marah, dia telah membuat Doli meninggalkanku, akan tetapi entah kenapa hati ini aku justru senang bisa lepas dari Doli. Tidak bisa kubayangkan Aku jadi Istri Doli, tidak punya pekerjaan, hanya mengandalkan harta orang tua. 

(Ayu, Naomi itu teman yang makan teman, sudah lama dia rayu aku, dia jelek-jelekin kau, dia bilang kau sudah tak perawan, ternyata dia yang tak perawan...)  pesan dari Doli lagi. 

(Aku sadar kini, berikan aku kesempatan kedua...) 

Aku mulai bimbang, jauh di lubuk hatiku yang terdalam, masih ada rasa untuk Doli, seandainya dia bilang ini seminggu yang lalu mungkin aku akan senang sekali. Akan tetapi kini sudah ada Bang Torkis, duh, Doli atau Torkis?

(Aku mau bertemu...) pesannya lagi

(Oh, no...) balasku dengan cepat. 

(Aku tidak akan biarkan kau nikah sama orang udik itu, tidak rela aku...) 

(Terserah, satu chat lagi ku block...) kalimat itu senjataku untuk meredam pesan lelaki selama ini, tidak pernah berhasil memang, hanya Bang Torkis yang berhasil, untuk Doli itu tidak pernah berhasil, yang ada dia justru makin banyak kirim pesan, akhirnya ku block juga.

Keesokan harinya Aku dapat telefon dari Bang Torkis, katanya orang tua angkatnya sudah datang, dan mereka akan datang membicarakan lamaran. Segera kuberita pada Ayah dan Ibu, juga pada saudaraku. 

Aku tidak sabar menunggu, masih penasaran dengan wajah Pak Parlin ini, seperti apa dia kira-kira?  

"Berapa diminta maharmu, Ayu?"  tanya Ayah ketika kami menunggu kedatangan Bang Torkis dan keluarganya. 

"Terserah Ayah?"  jawabku. 

"Apakah kalian sudah ada kesepakatan?"

"Sudah, Ayah, seratus juta dan emas dua puluh gram,"

"Berarti segitu, ya,"

"Tapi rumah dan mobil, bukankah kau minta itu juga?" tanya Kak Yanti. 

"Yang itu batal, Kak,"

"Lho, kenapa?"

"Kesannya matre, Kak,"

"Itu bukan matre (material), Ayu, itu cara kita menghargai diri kita sendiri, mumpung ada yang tajir, minta saja banyak,"  kata Kak Yanti lagi.

"Tidak, Kak, Aku tidak sampai hati,"

"Untuk jaga-jaga, Yu, kayak si Naomi, dia minta emas yang banyak sebagai mas kawin, dicerai si Doli, dia senang, tidak sedih, dapat emas banyak dia,'  kata Kak Yanti lagi. 

Apa iya Naomi senang cerai dengan Doli. Apa mungkin dia sengaja biar dicerai. Ah, rasanya tak mungkin dia rusak dirinya sendiri demi wang. 

Mobil Pajero silver masuk pekarangan rumah, Bang Torkis dan keluarganya datang. Ada anak lelaki dan anak perempuan, lalu seorang wanita yang agak gemuk tapi kelihatan anggun. Dan Pak Parlin yang mana orangnya, semua sudah turun, tinggal sopir yang mahu pinggirkan mobil. 

Ini mungkin Pak Parlin itu, seorang lelaki bertubuh kekar, rambutnya seperti aktor film tahun delapan puluhan, gondrong di belakang. Lelaki itu turun dari mobil, lalu mereka bersama-sama masuk rumah, menyalami kami satu persatu. 

" Ini orang tua angkat saya, Pak Parlindungan dan Bu Nia,"  kata Bang Torkis, ternyata ini Pak Parlin itu, jauh dari perkiraanku, tadinya kufikir Pak Parlin itu lelaki gemuk berpenampilan "perlente" (elegant). Ternyata penampilannya lebih parah dari Torkis, melihat rambutnya saja Aku sudah mahu tertawa, masih ada orang di zaman sekarang ini yang rambutnya seperti itu. 

"Kami datang mahu bicarakan lamaran, kata si Bangin, Bapak Ibu sudah setuju, jadi ...." 

"Sebentar, siapa si Bangun, Pak?"  Aku memotong pembicaraan mereka. 

"Oh, maaf, ini si Torkis, kami biasa memanggilnya Bangin, tadinya Bayo Angin, lama-lama jadi Bangin,"

"Oh, maaf,"

"Jadi begini, Pak, Bu, kami mahu menanyakan soal mahar, berapa kira-kira yang Bapak-Ibu mahu?"  kata Pak Parlin lagi. 

"Sesuai kesepakatan mereka seratus juta dan dua puluh gram emas,"  kata Ayahku. 

"Oh, baik, kami setuju, jadi kapan kami antar maharnya, kapan rencana pernikahannya?"  tanya Pak Parlin lagi. 

"Kami mufakat dulu, kebetulan Bapak di sini, ada yang ingin kami tanyakan tentang si Torkis ini,"  kata Ibuku. 

"Baik, silakan, Bu,"

"Apa kerjanya? Bagaimana dia bisa banyak wang?"

"Oh, ini petani berdasi, Bu, sekarang dia punya puluhan hektar ladang kelapa sawit, sapi sudah dia jual semua,"  Bu Nia yang menjawab. 

"Oooo," 

Tiba-tiba ada motor besar parkir di depan rumah, itu motor Doli, Duhh, mahu mengapa dia ke mari, merusaknya suasana saja. 

"Jangan terima lamaran itu, Ayu, mereka itu keluarga dukun, aku kenal lelaki ini, dia mafia tanah, jangan mahu, mereka yang buat kita berpisah,"  teriak Doli sesaat setelah dia masuk. 

"Mafia?"  tanya Ayahku. 

"Iya, Pak, dia mafia tanah, ada kasusnya sampai sekarang, aku kenal dia, ayahku salah satu korbannya," kata Doli lagi. 

Wah! 

"Maaf, Anda siapa?" tanya Pak Parlin. 

"Aku Doli, Ayahku jual tanah dulu sama kau, tapi kau tuntut Ayahku, kau mafia,'  kata Doli, jarinya menunjuk ke arah Pak Parlin. 

"Aku sudah tahu semua bobrok mereka, ini lelaki udik (kampungan) ini guna-gunai aku,"  kata Doli seraya menunjuk Bang Torkis. 

Waduh, dari mana Doli bisa tahu? Aku tidak ada cerita padanya. 

Semua jadi kacau, Doli terus meracau, anehnya Pak Parlin tetap tenang, dia tidak melayani ocehan Doli. 

"Ayo, Ayu, kau tidak pantas untuk dia, dia itu keturunan tidak jelas, orang tuanya tidak ada, Ayo, ikut bersamaku,"  kata Doli seraya memegang tanganku. 

"Hei, lepaskan itu!"  bentak Bang Torkis. 

"Jangan ikuti campur kau,"  kata Doli seraya coba menarik tanganku. 

"Lepaskan!"  Bang Torkis berteriak. 

"Tidak kulepaskan kau mahu apa? Heehh, pukul aku, biar kutuntut kau?"  kata Doli. 

"Pluk, puk, brak!"

Wajah Doli dipukul Bang Torkis, bersamaan dengan itu pegangan tangannya lepas. Pak Parlin berdiri dan memegangi Bang Torkis, sementara Doli terus meracau, bibirnya berdarah. Ya, Allah, acara lamaran jadi kacau. Lhah! 😨 Next ...[HSZ] 

To be Continued...

Ilustrasi Image; Doc, Romy Mantovani 

Untuk Anda yang belum baca siri Novel yang sebelumnya,

Anda boleh baca disini ; Novel - Menantu Dari Desa

#indonesia, #Novel, #NovelKomedi, #CeritaBersambung, #Cerbung,  #MenantuDariDesa 


No comments