Novel - Menantu Dari Desa Part 5
Novel - Menantu Dari Desa
Part 5-Beli Pajero
FORTUNA MEDIA - Naomi mungkin ada benarnya, Aku tidak akan sanggup menghadiri pesta pernikahan Sahabat sendiri. Sahabat yang menikungku, yang menyakitkan dia bilang Aku yang tidak bisa membuat Doli nyaman/bahagiai. Dia juga bilang Doli menyatakan cintanya pada Naomi setelah kami putus. Padahal kami putus tanpa sebab berarti. Dan sebulan setelah kami putus dia sudah tunangan. Dua bulan kemudian sudah mahu pesta pernikahan.
Aku lalu teringat hutang Naomi padaku, dia pernah pinjam wangku tiga ratus ribu, sudah tiga tahun tidak dia bayar. Entah kenapa Aku jadi ingin menagih. Kuambil handphone langsung ke aplikasi whatsapp.
BACA JUGA
Novel - Menantu Dari Desa Part 1
Novel - Menantu Dari Desa Part 2
Novel - Menantu Dari Desa Part 3
Novel - Menantu Dari Desa Part 4
(Naomi, Aku minta kau bayar hutangmu?...) pesanku langsung saja.
(Hutang apa?...)
(Lupa kau ya, kau pinjam tiga ratus ribu repair handphone-mu yang pecah layarnya...)
(Oh, iya, ya, nanti setelah aku jadi nyonya Doli kubayar berikut bunganya...)
(Aku tak mahu nanti, bayar sekarang!...)
(Galak amat, sih...)
(BAYARRRR...!)
Lama baru datang balasannya lagi, ternyata dia mengetik panjang sekali.
(Ayu, jodoh itu takdir Tuhan, jangan benci padaku kerana takdir. Jika Aku ditakdirkan jadi Istri Bang Doli, aku bisa apa? Aku hanya menjalani garis hidup, ingat kata Ustaz, manusia itu diciptakan berpasang-pasangan. Jadi hanya kebetulan pasanganku mantanmu, kau pun kudengar sudah dapat pasangan, tolong kalau mahu protes, silakan protes ke Tuhan saja, salah apa aku dapat pasangan orang kaya, kau dapat orang udik, jangan salahkan aku, salahkan Tuhan yang mengatur jodoh umat manusia...) begitu isi pesan Naomi.
(Hei, tak usah ceramah kau, pagar makan tanaman, telunjukmu lurus, tapi kelingking berkait, kau menggunting dalam lipatan,..)
(Hahaha, kurasa Bang Doli benar, kau memang sudah tidak waras)
Aku justru semakin ingin menunjukkan pada Naomi, kalau saja Aku bisa dapatkan yang lebih baik dari Doli. Rasa sakit hati ini terus menggeroti, mana pula semua teman seakan meledekku. Aku memang bukan wanita yang super baik. Mungkin ada juga benarnya Doli tidak nyaman bersamaku. Akan tetapi yang tak bisa Aku terima itu, kenapa harus Naomi?
Siang itu Bang Torkis datang, dia datang masih naik becak, sebel juga, padahal Aku berharap dia datang bawa mobil Pajero, kerana hari minggu tinggal dua hari lagi.
"Maaf, Ayu, aku datang mau permisi, mahu pulang ke Desa saja," kata Bang Torkis.
"Kenapa, Bang, kan lamaran belum diterima?" jawabku kemudian, Aku sedih jika harus batal, tidak ada lagi yang mahu kupamerkan pada Doli. Ah, hatiku memang sudah rusak, yang kuharapkan justru bisa pamer.
"Maaf, Ayu, Ayah angkatku tidak setuju, katanya wanita yang belum nikah saja sudah minta mobil itu bukan wanita yang baik, maafkan aku, Ayu, aku sedih padahal aku mengagumimu sejak lama, kenapa kau harus minta mobil? kan jadi batal," kata Bang Torkis.
Duh, Aku jadi terenyuh, ya, benar yang dia katakan, belum apa-apa sudah minta mobil, Pajero pula, wanita seperti apa aku ini? Akan tetapi Aku mulai suka dengan Bang Torkis ini, sepertinya dia Suami idaman yang tidak banyak neko-neko. Tidak banyak gaya tapi kaya, Aku yakin dia sanggup beli Pajero, dia tidak mahu beli kerana nasehat Ayah angkatnya, Ah, anak yang baik kau Bang Torkis, penurut sama orang tua.
"Bang, Aku minta mobil bukan kerana Aku matre (material), Bang, Tetapi kerana ingin menunjukkan pada Doli kalau Aku bisa dapat yang lebih segalanya dari dia, Aku sakit hati terus dihina, dia bilang Abang orang udik, tidak sampai setengah dari dia," kataku kemudian, Aku akhirnya jujur.
"Wah, sok kali orang itu, Ayahku bilang sama orang sombong kita boleh sombong," kata Bang Torkis.
Aku akhirnya menemukan kelemahan Bang Torkis, sepertinya dia benci orang sombong, Ah, Aku jadi dapat idea.
"Lihat ini chat si Doli itu, dia bilang reputasinya tercoreng jika mantannya dapat orang udik seperti Abang. Makanya Aku ingin Abang lebih bergaya sedikit, toh, Aku minta Pajero bukan untukku, tapi untuk Abang kenderai," kataku seraya menunjukkan isi chat Doli.
"Sombong sekali, biar aku gini-gini kalau cuma Pajero bisa ku beli tiga ya, kontan tidak pakai ngutang," kata Bang Torkis.
"Makanya itu, Bang, jangan bilang Aku matre,"
"Iya, Dek, untuk sekali ini demi harga diri, demi cintaku padamu, akan kuturuti," katanya kemudian.
Yes, dalam hati Aku bersorak, entah kenapa Aku jadi suka sama Bang Torkis ini. Akan tetapi Aku jadi penasaran dengan Ayah angkatnya yang dia sebut guru. Begitu berpengaruhnya kah dia, sampai apa-apa minta nasehatnya.
"Temani dulu Abang beli Pajero, Dek," katanya lagi.
"Sekarang?"
"Iya, Dek, sekarang,"
"Aku bersiap dulu, ya, Bang,"
Ketika Aku bersiap, Aku mendengar Bang Torkis menelefon. Mungkin dia menelefon Ayah angkatnya. Sayup-sayup kudengar suara Bang Torkis menelefon, entah kenapa mereka ini tak bisa bicara perlahan.
"Maaf, Pak, untuk pertama kali aku tak bisa menurutinya nasehat Bapak, ini demi harga diri, demi cinta," katanya.
Entah bagaimana perasaanku saat ini, di satu sisi, Aku senang, akan tetapi di sisi lain, Aku sedih, jahatnya Aku sampai membuat lelaki ini kehilangan prinsip hidupnya yang sederhana.
"Mak, Aku pergi dulu ya, Mak," teriakku kemudian, mahu pamit pada Ibuku yang lagi di dapur.
"Mahu ke mana," tanya Ibuku seraya datang tergopoh-gopoh dari dapur.
"Mahu belanja, Mak," jawabku seraya merapikan jilbab.
"Hati-hati di jalan ya, Nak Torkis, kalian naik apa?"
"Naik becak, Bu,"
"Oh, memang mahu belanja apa, Nak Torkis,"
"Mahu belanja mobil, Bu,"
"Hahh, belanja mobil,"
"Iya, Bu, mobil Pajero, si Ayu minta mobil Pajero mahu dibawa kondangan minggu besok," kata Bang Torkis lagi.
Lhah, Bang Torkis ini terlalu jujur. Ibuku ini mudah terkejut. Betul sekali, Ibuku tiba-tiba lemas, Aku segera membopongnya, ibuku pingsan lagi. Duh!. Next ...[HSZ]
To be Continued...Ilustrasi Image; Doc, Romy Mantovani
#indonesia, #Novel, #NovelKomedi, #CeritaBersambung, #Cerbung, #MenantuDariDesa
No comments
Post a Comment