MISTERI KUNCEN. Kisah Perjalanan Menggapai Menara Gading [Chapter 4 Part 53]
MISTERI KUNCEN. Kisah Perjalanan Menggapai Menara Gading [Chapter 4 Part 53]
- Pada siri Chapter 4 Part 50 // Chapter 4 Part 51 // Chapter 4 Part 52 di kisahkan Mas Nursodik Gunarjo dan rakan-rakanya dibawa ke Malaysia dalam lawatan kerja dan sambil belajar.
- Pelbagai perkara dan peristiwa mereka saat di Malaysia, Ada kisah lucu, malah sampai ada kisah jatuh cinta para anggota kumpulan ini. Bagi Anda yang belum membacanya boleh klik saja di link disini ; Misteri Nusantara
WAITING FOR GAMA
LANJUTAN CERBUNG KUNCEN
WAITING FOR GAMA
LANJUTAN CERBUNG KUNCEN
LANJUTAN CERBUNG KUNCEN
[Chapter 4 Part 53]
HIJRAH
FORTUNA MEDIA - Kedatangan dua orang tetamu ke Dinas Infokom pagi itu tidak terdeteksi. Maklum baru jam 07.30. Masih "terlalu malam", sehingga karyawan yang biasa "ngaret" (ponteng/lambat masuk office) belum pada datang. Wkwkwk!Tidak pakai agenda, tidak pakai nota. Apalagi resi, ujug-ujug mak bedunduk dua perlente itu nongol begitu saja. Tahu-tahu sudah melewati lobi dan masuk ke newsroom.
"Luuk.. lapor sik, pak. Ojok mblunus ae!" kata Gondo, satu-satunya lelaki yang doktor, mondok-tinggal di kantor, mencoba mencegah. Tapi yang diingatkan hanya tersenyum sambil terus melangkah masuk.
Saat dua tamu tidak diundang itu menerobos monitoring room, Gani yang sedang piket cuek saja. Maklum, Dinas Infokom memang sering kedatangan wartawan mahupun tetamu lokal.
"Ini ruang apa, Mas?" tanya tetamu tak dikenal itu sambil melihat-lihat.
Gani cuma menjawab pendek tanpa menoleh, "Kan ada tulisannya!"
"Oh, iya, maaf."
"Ngomong-ngomong sampean dari mana dan ada perlu apa?" tanya Gani yang memang di lambenya ada cap jutek sejak lahir.
"Dari Jakarta. Ingin lihat-lihat dan mencontoh apa yang sudah dilakukan Infokom Jawa Timur," kata tetamu yang berkacamata.
Dasar Gani, dibilang mahu dicontoh, ya ndadi. Tanpa diminta, ia ngecuwis, pamer semua program dengan bangga. Dari A sampai Z, balik lagi ke A. Si tamu cuma manggut-manggut.
Saat sedang kuliah prodeo 4 SKS itu, tiba-tiba Pak Kadis masuk ruangan. Beliau terperanjat melihat siapa yang sedang diceramahi Gani. "Looh.. Pak Menteri!"
Tentu saja Cak Gani mumbul njedot plafon. Menteri? Waduh.. matek koen ya! Segera saja ia mencium tangan tetamu tadi sambil minta ampun tujuh kali.
"He he.. tadi sudah dijelaskan lengkap sama Mas brewok ini. Hebat staf sampean, Pak. Salut!" kata Pak Menteri sambil mengacungkan jempol ke Gani.
"Waakk.. koen iku, Gan! Iki lho Pak SM, Menteri Negara Komunikasi dan Informasi!" terang Pak Kadis.
Gani hanya garuk-garuk kepala sambil nyengir kuda. "Tidak faham je, pak! Mohon maaf lahir dan batin!"
"Tiada maaf bagimu!" gurau Pak Kadis.
Semua tergelak. Begitulah. Kalau sesama eks NIP 05 (Deppen-Departmen Penerangan) ketemu ya gitu itu. Tidak berjarak.
Singkat kata, Pak Menteri minta program yang ada di Jawa Timur (Jatim) diusung dan diterapkan di Jakarta. "Pak Kadis siap-siap saja." titahnya.
Kami melongo. Siap-siap? Koyok arep mudik ae Pak Menteri iki...
Eh, tidak sampai dua bulan, ternyata Pak Kadis diangkat sebagai Kepala Badan Informasi Publik di Kementrian Negara Kominfo. Eselon satu, ndes!
"Woalah, nyatanya tidak cuma programnya yang diminta, wonge juga diangkut," kata Gani, ya sedih, ya gembira.
Saya ikut sedih, tapi bangga juga. Hambok gitu, sekali-sekali orang Daerah diangkat ke pusat. Banyak lho orang-orang di Daerah yang potensial, meski banyak pula yang potensialan.. he he!😂
Malam itu saya sedang menyelesaikan revisi tesis di Ketandan, ketika HandPhone Siem*ns C-25-ku berbunyi. Pak Kadis telepon, minta agar saya ikut pindah ke Jakarta. "Tolong bantu saya, Mas. Jangan pakai nolak," harapnya.
Kontan saya dheleg-dheleg kayak patung dholog. Bingung, kaget, khawatir, campur jadi satu. Bagaimana tak galau. Tesis belum clear. Padahal syarat beasiswa kan minimal dua tahun mengabdi di Institusi pemberi dana. Lagian bojo/istri saya sedang dalam proses pindah ke Surabaya. Bagaimana ceritanya kalau saya tinggal hijrah ke Ibukota Jakarta?
"Nanti saya bantu agar prosesnya mudah. Yang penting, Mas mahu bantu saya," tegas Pak Kadis menutup telepon. Saya hanya bisa bilang "nggih" meski di otak belum kepanggih..
"Apa-a koen, kok koyok mari klelegen kebo?" tanya Silikon.
"Tidak kebo maneh, Kin. Ini soal pilihan hidup. Aku diajak pindah ke Jakarta dan tidak boleh nolak," ujarku datar.
"Itu bukan pilihan namanya, tapi perintah. Ya, sudah jalani saja. Nasibmu kan sudah tergambar di garis tangan. Sama dengan aku yang tersurat jadi tukang gosok Rugos," dorong Silikon cengengesan. Tapi saya lihat ada bersit sedih di matanya.
"Terus lah apa awakmu kok ketok/kelihatan sedih ngono-gitu?"
"Bukan perpisahan yang kutangisi, tapi pertemuanlah yang aku sesali."
"Prekethek, dul! Iku ngono syair lagu!" potongku geli.
"Setidaknya ada tiga hal yang bikin Aku sedih. Pertama, tidak enek/ada sing/yang main gitar. Kedua, kalau awakmu pergi, kepada siapa aku akan nyaur /bayar hutang?"
"Lho, kan bisa bayar sekarang!"
"Naah, itu kesedihanku ketiga, duitnya belum ada."
"Bwa ha ha ha! Sudahlah, kalau begitu saya anggap lunas saja hutangmu."
"Woah.. tengkyu. Kalau begitu, silahkan ke Jakarta sekarang!"
"Ha ha ha! Jancukanipun!" semprotku geli.
Silikon cuma ngakak-ketawa😁 berkepanjangan.
RELATED POST
Novel Collection
KISAH SUFI, SANG KYAI
Setelah melalui berbagai pertimbangan, keputusanku akhirnya bulat: Ikut hijrah ke Jakarta. Tapi sumprit, pamitan ke kawan-kawan sungguh berat. Apalagi komplotan PS yang sudah methel guyonan selama 13 tahun.
Siang itu ada kesempatan saat maksi di Warsal, tapi mahu ngomong mandheg-mangu. Abot-alot, kayak makan jenang dodol lupa tidak dibuka bungkusnya.
Di saat saya sedang bingung, tiba-tiba Pak Jeglek nyeletuk dengan dialek Madunesia-nya. "Cak, katanya sampean mau kepindahan ke Jakarta. Wah, kalau kesungguhan, PS jadi ketinggalan, dong."
Tentu saya njenggirat tak terkira. "Loohh, kok sampean tahu?" tanyaku heran.
"Saya ketahuan kerana ditahukan sama orang yang tahu," jelas Pak Jeglek yang justru makin membuat tidak jelas.
"Dikasih tahu siapa?
"Pak Kadis."
"Woooh! Sampean kenal sama Pak Kadis?"
"Pak Kadisnya yang kenal saya!" potongnya.
Wadooh... Telanjur dibasahi Pak Jeglek, ya sudah mandi sekalian. Saya sampaikan apa adanya ke Warsal grup bahwa tak lama lagi saya mahu pamit mundur dari PS.
Mendengar kata-kata saya, kontan suasana jadi senyap. Semenit lebih tidak ada yang bicara, cuma asap rokok menguar bergulung ke mana-mana.
"Dukacita iki, rek," cetus Cak Bambang memecah kesunyian.
"Awan kelabu," komentar Fadil.
"Kiamat sugro," ujar Sugeng.
"Roda traktor," imbuh Iryan.
"Kok roda traktor?" tanyaku heran.
"Nglokro tak ada traktiran di kantor!"
Hehehe... wasyem ik.. tidak jadi sedih kalau begini! Akhirnya semua malah ha ha hi hi.😂 Dasar arek PS!
Cuma mahu mengadap manajemen PS kok hati ini rasanya belum mantap. Besok saja lah, Tunggu proses kepindahan dari dinas selesai.
"Ditundakan saja dulu. Iya kalau kejadian, kalau kegagalan kan sampean kemaluan!" pesan Pak Jeglek. Saya manthuk-manthuk kayak manuk engkuk.
Toh SK kepindahan saya ke Badan Informasi Publik Jakarta keluar juga. Mengejutkan, kerana saya dipromosikan sebagai kepala Sub bidang, setara Eselon IV! Gek mimpi apa iki, reekk...
September 2006, sehabis acara ulang tahun PS, saya resmi pamit mundur jadi jajaran redaksi. Sehari berikutnya, saya pamitan ke Dinas Infokom. Tidak ada yang heboh, tidak ada tangis. Meski di hati saya terdalam ada kehilangan yang sulit diurai dengan kata-kata.
Yang heboh malah kawan-kawan MPPL. Semua kaget dan mempertanyakan kepindahan saya.
"Kok bisa, kan kuliahmu belum selesai? Hangus dong S2-mu?" tanya Pungky.
"Pindah orangnya saja kok. Secara administratif saya tetap PNS Dinas Infokom Jatim, tapi diperbantukan di Pusat. Gajiku tetap di sini," jelasku.
"Wooh.. bisa ya begitu? Aku ingin diperbantukan juga. Cuma belum ada tempat yang mahu terima."
"Ada kok, asal kamu mahu," potong Giatno.
"Ke mana?"
"Ke pangkuan Ilahi, Daerah Istimewa Alam Baka!"
"Yak apa lek awakmu dhisik, Gi! Gae contoh tata-kelola kewafatan yang baik!"
Bwa ha ha ha! 😂Bubar wiisss...! [HSZ]
To be Continued...
Untuk Anda yang belum baca siri cerbung yang sebelumnya,
Anda boleh lihat disini linknya; Misteri Nusantara
Courtesy and Adaptation of Novels by, Nursodik Gunarjo
Editor; Romy Mantovani
Ilustrasi Image; Doc, Romy Mantovani #indonesia, #kuncen, #misterinusantara, #misterikuncen,
VIDEO : Cerita Menyentuh Hati - Almarhum KH. Zainuddin MZ.
No comments
Post a Comment