MISTERI KUNCEN Kisah Perjalanan Menggapai Menara Gading [Chapter 4 Part 50]

<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="MISTERI KUNCEN Kisah Perjalanan Menggapai Menara Gading [Chapter 4 Part 50]?">

MISTERI KUNCEN Kisah Perjalanan Menggapai Menara Gading [Chapter 4 Part 50]

Cerbung (Cerita Bersambung) Horor, Humor, Komedi, Lucu, untuk hiburan para Sahabat

WAITING FOR GAMA
LANJUTAN CERBUNG KUNCEN

[Chapter 4 Part 50]

JARAN ABIDIN KE MALAYSIA

FORTUNA MEDIA - Tiba-tiba Cak Ramli mengumumkan, MPPL akan mengadakan lawatan ke Malaysia. Wooow! Kontan lambene arek-arek membulat (halaaah.. kok sampean ikut-ikutan membulatkan lambe ki piye?). 

Jelas ini info bergizi yang bikin kaget sekaligus senang warga pedusunan. Ke luar negeri, weh.. mimpi saja takut kesasar owg! Lha ini kok dijak sungguhan, dengan biaya negara pula. Syuiip!

Bungkusannya sih Training of Innovation and Leadership in the New Millenium. Dari keren masih ke sana lagi lah pokoknya. Tapi saya 3/4 yakin, isinya pasti lebih banyak jalan-jalannya daripada trainingnya. Hehehe..😂

"Ini namanya Jaran Abidin, jalan-jalan ke Negeri Jiran atas biaya dinas," ujar Tambeng.

Jia ha ha ha..!

"Lebih kompletnya, Jaran Abidin Sunat," imbuh Giatno.

"Apa maneh-makna iku?" tanya Tambeng.

"Jalan-jalan ke Negeri Jiran atas biaya dinas, meski kesusu tapi nikmat."

"Bwahaha.. dasar juragan akronim koen, Gi!" celetuk Pungky.

"Eh, ngomong-ngomong, di skedul kuliah gak ada, kok tiba-tiba muncul acara ke Malaysia? Sampean semalam mimpi apa tah, Cak?" tanyaku ke Cak Ramli.

"Ya mimpi sunat itu tadi! Kesusu dapat amanat. Sudahlah, ojok kakehan cangkir, nanti malah gak jadi!" jawabnya.

Wooh.. dicangkir-cangkirke, rek! Gak papa wis, disebut organ vital munine. Yang penting besok bisa numpak montor muluk! 

"Gi, besok naik pesawat jangan lupa bawa kresek-beg plastik. Siapa tahu muntah!" ujar Kuntarti sambil melirik Giatno, si juragan mabuk.

"Waaak.. padhakke numpak bemo ae!" potong Giatno tersipu.

"Menurutku, mabuk di pesawat gak papa kok, Gi. Yang penting jangan minta turun di jalan. Jangan sampai pesawatnya baru take-off, kamu bilang... kiriii!" goda Tambeng.

Giatno mati langkah kena skak. Tapi saat dia balik mengabsen siapa yang sudah pernah naik pesawat, ternyata tak satupun arek MPPL angkat tangan. 

"Oalaahh.. ndesaaaa ndesaaaa!!" ujarnya, diikuti cekikik tawa seluruh jamaah MPPL. (
ndesaaaa-kampungan-udik gitu)

"Jangan buang waktu, besok semua ngurus paspory. Seminggu kudu kelar, karena Senin depan kita sudah harus terbang ke Kualalumpur," kata Cak Ramli.

"Koyok njamoni jaran ae, deplok-glogok, selesai? Lha bikin paspor kan pakai ngisi form, foto, wawancara, ngrumpi, ngupi, madhang segala macam," protes Tambeng.

"Kalau gak mau ribet, gak usah ikut," kata Cak Ramli dengan kalimat khasnya yang sakti mandraguna. Kontan Tambeng menyingkir sambil garuk-garuk kepala.

Nyatanya, ngurus pasport memang gak semudah ndheplok jaran, eh jamu. Saya sudah dua kali ke Imigrasi, tapi syaratnya masih ada saja yang kurang. Datang kali ketiga dibilang, "Maaf, yang akan mewawancarai sedang takziah!"
Loalah.. mbok matinya suruh besok saja, pas waktunya longgar gitu..


Eh, ternyata kawan-kawan mengalami hal yang sama. Hingga H-2, belum ada yang kelar pasportnya. Buuh.. takkira cuma saya, ternyata yang apes sak majelis MPPL-iyah!

Untunglah di saat yang kritis itu ada pejabat tinggi yang menghubungi Imigrasi. Gak tahu bagaimana prosesnya, tahu-tahu esoknya seluruh paspor arek MPPL kelar. Pasport dinas sih, yang bajunya biru. Tapi anyway, sakti juga ya pak pejabat itu! Pakanane apa ya?

   BACA JUGA
Novel @Horror, Mystery, Ghost, Fantasy & Romance
The Story of The Prophet Muhammad SAW

Saat check-in di Airport Juanda, Kota Surabaya, kendesaan arek-arek mulai tampak (kekampungan teman2) Ternyata tiga orang nyasar ke gerbang domestik. Dipanggil-panggil sampai last call, Damin, Samsul, Herman, baru muncul sambil terengah-engah.

"Kok bisa lho, keliru ke gate domestik?" semprot Pung.

"Aku tertarik ada depot pecal di gerbang tadi. Ya belok aja. Nyarap (sarapan). Habis sarapan udut-udut dulu, eh ternyata salah gerbang," jelas Damin.

Kontan saja semua meng-huuuu Damin dkk. Tapi yang disoraki cuma mesam-mesem, karena hanya mereka yang sudah sarapan wareg-kenyang. Lainnya mengandalkan jatah dari maskapai flight yang entah apa menunya.

Benar saja, saat pramugari MAS membagikan sarapan, menunya ternyata western cuisine. Roti sak uprit. Tentu saja bagi yang biasa cikuna-cikuni di trotoar Surabaya, ya gak ngganjel blas!

"Tahu gitu, aku ikut nyasar tadi!" sesal Pungky.

Damin cuma mrenges penuh gaya sambil ngece kawan-kawan yang sedang sibuk menjejalkan keju ke belahan roti. "Kualat sega, koen!" serunya.

"Wah bisa dempet nih usus. Padahal penerbangan masih 2 jam lagi!"
keluh Tambeng yang berbadan tambun.

Tanpa ragu ia memencet tombol bergambar pramugari di atas kepalanya.

Seorang mbak cantik berparas oriental mendekat tergopoh-gopoh. "Ada yang boleh saya bantu?" tanyanya dengan logat Melayu.

Tambeng berbisik ke si pramugari. Si mbak tersenyum, manggut, lalu pergi. Tak lama kemudian datang lagi membawa... satu nampan makanan tambahan!

Kontan semua tepok jidat sambil tertawa ngakak. Busyet.. mungkin baru kali ini di pesawat ada penumpang minta imbuh makan! Anehnya, kok ya dikasih?

"Kalian semua aslinya masih lapar kan? Tapi gak berani minta!" celetuk Tambeng ngglewes sambil mengunyah roti keras itu.

Iya sih, tapi gak segitunya kalee!

Mendarat di Airport KL langsung dijemput bus dari Kolej Damansara Utama (KDU). Sebenarnya sudah disediakan makan di lembaga kursus itu, tapi kerana perjalanan ke KDU perlu waktu dua jam, arek-arek usul supaya makan dulu.

"Kan perut gak bisa nunggu. Sudah mlintir, nih. Beri kami waktu setengah jam untuk ngemil dulu," usul Hartono sang ketua kelas.

Terpaksa Firuz dan Ana, dua cewek punggawa KDU, menunjuk lokasi food court di lantai empat KLIA sambil tertawa.

'Sila ke atas. Ada aneka Indonesian food di sana," kata Firus.

Sampai di atas kami kecewa kerana warung makan Padangnya belum buka. Yang buka baru nasi Biryani, penjualnya orang Pakistan. Ya wis lah gapapa. Pokoknya nasi!

"How many portion?" kata penjualnya dengan bahasa Inggris grothal-grathul. Same same with me bro!

Kerana kami berempat, maka saya bilang, "Four!"


"Are you sure?"

"Yes. Four!" jawabku.

Begitu pesanan datang, kami terperanjat, karena piringnya super buesaar. Nasinya munjung seperti gunung Semeru. Lauknya tiga potong daging kambing yang masing-masing sebesar telapak tangan Mike Tyson. Masih ada lagi aneka lauk lain entah apa yang disusun mengelilingi nasi.

Untuk ukuran perut Indonesua, satu piring dimakan bertiga saja gak habis. Lha ini ada empat piring! Dyar tenan!

Samsul tertegun sambil memegang sendok dan garpu. Ia kemudian mengintip dari tepi piring sebelah bawah. "Iki.. mulai nggempure seka endi?"

Aku cuma angkat bahu. Sumpah, melihat porsinya saja sudah kenyang duluan. Terpaksa kami berembug dan memutuskan untuk dibungkus saja.

"We have no enough time, so wrap the cuisine please!" ujarku, mbuh bener mbuh gak.

Penjualnya mecucu, lalu memasukkan nasi itu ke empat kotak dan dimasukkan lagi ke kantong kresek merah.

"How much?"
tanya Pungky.

"All, RM68!" jawab penjualnya pendek.

Lhadalah, dengan kurs 1 RM saat itu Rp4.500, berarti per-porsi harganya sekitar Rp76.500! Cik luarange! (luarange-mahalnya)

"Iki gae tuku lontong balap nang Surabaya dapat sak pikulane!" bisik Tambeng.


"Wis iklaskan saja," jawabku lirih.

Keluar dari kedai nasi Biryani, lhooo.. arek-arek ternyata sedang duduk-duduk di lantai food court.

"Kok gak makan?" tanyaku.

"Gak. Mahal. Mending makan di KDU saja nanti," jawab Kuntarti.

"Namanya saja harga airport, ya tikel teluk! Mosok arek ganteng dan cantik pada takut sama harga!" tempelak Samsul.

Semua nyengir.

"Eh, ngomong-ngomong mbungkus apa itu?"

"Ya itu tadi, habis kenduri di sebelah. Harga berkatnya RM68 per bungkus!"
jawab Tambeng sambil menuding kresek.

"Wuaah.. sega toh iki. Reek... gratiiss ikiii!!" teriak Kuntarti promosi.

Dalam sekejap, nasi empat porsi itu pun dijarah massa. Gak sampai sepuluh menit sudah licin tandas ke perut gondes-gondes yang kelaparan.

"Loalaah.. kita yang beli aja belum makan!" keluh Pungky.

"Ya inilah Jaran Abidin Tepar. Jalan-jalan ke Negeri Jiran atas biaya dinas matek-mati kelaparan!" maki Samsul.

Ha ha ha... Aku tak ngguyu-ketawa wae lah! 
[hsz] 

To be Continued...

Untuk Anda yang belum baca siri cerbung yang sebelumnya,
Anda boleh lihat disini linknya;
  Misteri Nusantara  

Courtesy and Adaptation of Novels by, Nursodik Gunarjo
Ilustrasi Image; Doc, Romy Mantovani 

#indonesia, #kuncen, #misteri, #misteri,

VIDEO; 

#ViralNow KRONOLOGY RUNTUHNYA KERAJAAN-KERAJAAN MELAYU DI NUSANTARA

No comments