MISTERI KUNCEN Kisah Perjalanan Menggapai Menara Gading [Chapter 4 Part 52]
MISTERI KUNCEN Kisah Perjalanan Menggapai Menara Gading [Chapter 4 Part 52]
Cerbung (Cerita Bersambung) Horor, Humor, Komedi, Lucu, untuk hiburan para Sahabat
WAITING FOR GAMA
LANJUTAN CERBUNG KUNCEN
Cerbung (Cerita Bersambung) Horor, Humor, Komedi, Lucu, untuk hiburan para Sahabat
WAITING FOR GAMA
LANJUTAN CERBUNG KUNCEN
WAITING FOR GAMA
LANJUTAN CERBUNG KUNCEN
[Chapter 4 Part 52]
MAKAN ANGIN...
FORTUNA MEDIA - Menjadi budak sudah. Pusing-pusing sudah. Berseronok pun sudah. Memenuhi kebutuhan, ha ha, yang ini tak nak! Yang belum adalah melaksanakan agenda utama yakni jalan-jalan!
"Lusa kite nak makan angin!" kata Firuz. Maksudnya: ngajak jalan-jalan.
"Padhakke ban sepeda ae, makan angin. Kembung lak-an!" celetuk Pungky geli.
"Aku gak ikut. Dah gendut, gak perlu dipompa lagi. Takut mbledhos!" seloroh Tambeng.
"Jia ha ha! Tapi kalau makan anginnya disambi kuliner mau kan?" ledek Samsul.
"Dengan sangat terpaksa, tetep emoh!"
"Emoh apa?"
"Emoh ditinggal!"
"Beeeh! Gak kacek itu namanya!" selak Samsul sambil ngakak.
"Kite nak city tour by bas. Mule tengok KL Tower, Petronas Tower, Petaling Jaya, Pasar Seni, akhirkan Cruise Boat Dinner di Putrajaya. Is it cool?" tanya Ana.
"Cool sak diesele!" jawab arek-arek.
"Apa saya bilang, jaran abidin itu banyak raun-raun dan kemek-kemeknya daripada kursusnya!" ujarku.
"Kan kemek-kemek termasuk kursus juga!" eyel Tambeng.
"Kok bisa?"
"Kursus kan singkatan dari ngukur usus. Makin banyak makan, makin panjang ususnya, makin sukses pula ngukurnya!"
"Dasar juragan ngemplok!" sungutku geli.
Tambeng cuma nyengor, pakai (o) karena besar!
"Jom lusa di lobi Citytel kena tepat masa. Pukol tujuh, tak boleh lebih sikit. Hanya dua minit masa loding pesenjer. Lebih satu saat je, bas nak putar balik ke parking lot!" pesan Firuz.
"Mbeng, awakmu mudeng-faham gak arahane Firuz?" tanya Damin yang merasa tulalit menerjemahkan bahasa si Cikgutik, Cikgu yang cantik.
"Halah.. bahasa Surabayanya ngene lho: Ojok telat, cuk! Koen telat, ya mlakua-jalan sampek sengkleh!" jelas Tambeng.
Bwa ha ha ha! Memang singkat, padat, dan akuratnya bahasa Surabaya seng ada lawan!
BACA JUGA
Misteri Nusantara
Novel Collection
Pada hari H, jam J, semua sudah siap di lobi hotel. Tapi namanya gondes, gak afdol kalau gak foto-foto. Njepretnya berkali-kali, dari lobi sampai kamar mandi! Yang lain nylingker rokokan, nggambleh, lihat taman, ke WC-Toilet, dan segudang kegiatan tak jelas lainnya.
Walhasil saat bus jemputan melintas di depan lobi, yang naik hanya separoh. Tapi aturan tetap aturan, waktu menaikkan penumpang terbatas. Dua menit kemudian bus beranjak pergi.
"Tunggu, piirr! Masih ada yang belum naik!" teriak ketua kelas panik.
Tapi sopir berkulit kelam berwajah kejam itu tetap saja menjejak pedal gas. "Mane boleh tunggu. Kite nak beri laluan kerete lain. Kena pusing sekali, bahru dapat balik semule!" katanya sewot.
Sepuluh menit memutari Citytel, bus kembali tiba di lobi. Rombongan kedua naik, tapi Damin dan Herman tak tampak ujung hidungnya. Dipanggil-panggil pakai megafon gak kedengaran dengus nafasnya.
"Damput arek loro iki.. benar-benar mahasiswa telatan! Besok harus dapat hadiah piala bergilir, digepuki wong sak kampus nggae sapu gerang!" gerutu Pung.
Setelah bus putar sekali lagi, barulah dua sosok nan bajindul itu tampak melambaikan tangan di pick-up zone dengan wajah polos tak berdosa.
Alih-alih minta maaf, begitu kaki menginjak tangga bus, Damin malah plodrah, "Kawan-kawan yang budiman, coba cek dan ricek, apakah semua sudah terangkut? Tolong yang belum naik angkat tangan!"
Mendengar pidatonya, semua gondes kontan berebut ngruwes ABG (arek baru geblek) yang nggemesin inih!
"Untung gak ditinggal! Kalau sampek ditinggal, klakon jalan kaki sampek sengkleh temenan, koen!" semprot Pung.
Pak Gitadi, Firuz dan Ana hanya geleng-geleng kepala. Mau marah wagu, mau tertawa gak lucu. Yang jelas, gak disiplin membuat suasana disini gak kondusif terpilin-pilin!
Untunglah kejengkelan arek-arek segera dibuyarkan oleh tongkrongan Menara KL yang menjulang di kejauhan. "Dari atas bisa lihat apa-apa di kota KL. Indah sangat," promo Ana.
Tapi masalah terjadi saat mau naik. Sri ternyata fobia lift. Gara-gara dulu ia pernah terjebak lift macet di kantornya.
"Ada tangga gak?" tanya Sri polos ke penjaganya.
"Ada. Tapi tinggi tower ini 421 meter. Sila kalau mampu!" jawab penjaganya sambil senyum.
"Waduuh.. ya udah. Saya nunggu di kedai makan saja," ujar Sri.
Naah! Ini aslinya takut lift atau takut lapar? Dasar arek-arek MPPL!
Sebenarnya biasa saja sih, cuma bisa lihat helicopter view-nya KL dengan teropong. Jadi jika ada yang menarik, bisa langsung di-zoom in.
"Wah itu kedai, itu restoran Cina, itu fast food, Naah.. sebelahnya warung Padang! Yup, penjualnya cantik, rancakbana!" seru Samsul sambil mengintip teropong.
"Aha, saya tahu, mengapa di Surabaya gak dibikin wisata begini," kata Tambeng.
"Mengapa?" kejar Samsul kepo.
"Karena dikhawatirkan wisatawan akan meneropong Kalimas terus-terusan!"
"Ha ha ha.. lihat 'sumur' dan 'mekong!'" celetuk Samsul, tanpa mengurai lebih detil dua akronim yang ia sebutkan.
Yang menarik, di puncak menara ada restoran berputar Atmosphere. Sangat kece! Tapi saat melihat harga menunya, sruut... kontan arek-arek mengkeret seperti lintah kena garam.
Gimana tidak, menu paling murah Rp210.000. Itu tiga kali lipat nasi biryani porsi gergasi yang saya beli di airport. Dan menu termahal mencapai Rp770.000! OMG!
"Sila makan, dijamin lezat, nikmat, dan.. melarat!" bisik Giatno.
Dari Menara KL lanjut ke Menara Kembar Petronas-KLCC. Asyik sih tempatnya, tapi agak menyiksa juga tour di sini. Asyik kerana desain bangunannya memang asoy dan eye-catching. Menyiksa kerana menara kembar full pertokoan, sementara gondes MPPL pada gak gableg duit! He he..😂
"Gak enek sing tukune nggae kreweng tah!" keluh Damin.
"What is kreweng?" tanya Firuz
"Mmm.. something made from great-burned clay. It is very important for your life, because it will protect you from sunbites, rainfalls, and illness!" jawab Damin ngawur sengawur-ngawurnya.
"I love kreweng," ujar Firuz.
"I love too," sambung Damin.
Tiba-tiba Hartono melintas sambil bilang, "Preeeet!!"
Damin ngikik sambil menyingkir jauh-jauh dari Firuz. Takut didheplok Pak Ketua!
Di Petaling Jaya dan Pasar Seni, yang bisa dinikmati ya, cuma keramaiannya. Soal komoditi yang dijual, ah.. Surabaya sejatinya gak kalah kelas!
"Bahkan Pasar Atom lebih komplet dari ini!" komentar Kuntarti.
"Masak se?" potong Pung.
"Iya. Soale di sini gak ada lontong balap yang huenaak!"
"Waak.. panganan thok yang disebut. Jadi mengingatkan kalau makmalnya masih lama," keluh Pungky sambil pegang-pegang perut.
Dus, acara dinner sambil berperahu di danau Putrajaya memang sangat dinanti arek-arek. Bayangannya, bisa menutup hari dengan makan gratis, sekenyang-kenyangnya, sepuas-puasnya!
Tapi penantian itu sungguh panjang. Pukul 20.00, gondes MPPL baru naik ke perahu. Eh, ternyata gak langsung makan. Ada sambutan perpisahan dulu dari chief KDU dan Pak Gitadi. Ndilalahnya, sambutannya puanjaaang dan laamaa.. Hhhh...😅
Setelah itu baru pengumuman dari pemilik cruise bahwa makan malam akan disajikan ala Western Cuisine, minus wine, kerana di Malaysia dilarang.
"Mau Barat, mau Timur, mau Tenggara, yang penting mengenyangkan!" harap Pungky, yang lantas diaminkan secara khidmat oleh semua. Ngeleh je, ndes!
Setelah menunggu setengah jam, keluarlah air putih dan sup. Jangan bayangkan sup kondangan yang semangkuk penuh itu. Ini wadahnya seperti sendok bebek agak besar dikit. Isinya cuma air, seledri dan udang sebiji!
Sepuluh menit kemudian keluar salad. Isinya selembar daun selada air, dengan irisan mentimun satu sendok dan tomat satu sendok dipotong dadu yang dituangi pasta di atasnya. Sudah.
"Sik talah.. ini makanan apa souvenir?" tanya Samsul retoris.
Kami cuma meringis.
Mudah-mudahan main course-nya agak nendang. Tapi nyatanya saat keluar hanya sepotong beef steak yang dimasak medium. Dagingnya masih merah dan rasanya.. tidak ada!
Setelah itu keluar dessert, kue cekung yang diisi potongan anggur dan apel. Selesailah sudah.
"Wis rampung tah iki? Lha segane endi?" bisik Hartono.
(segane endi-nasinya mana)
Saya cuma angkat bahu. Kawan-kawan angkat dagu. Masih menunggu. Tapi sega yang ditunggu tak kunjung muncul. Ya memang dah kelar beneran!
Waktu seprempat jam menunggu perahu merapat pun ramai dengan suara perut yang saling berkukuruyuk.
"Dampuut.. makan malam cuma dapat malamnya doang. Makannya zonk. Ini sih makan angin beneran!" cerocos Tambeng.
Turun dari boat kami langsung menyerbu kedai makan yang ada di pinggir dermaga. Semua pesan nasi biryani porsi besar! Balas dendam kiye!
Ngeleh tenan owg, ndessss!!! [hsz]
To be Continued...
Untuk Anda yang belum baca siri cerbung yang sebelumnya,
Anda boleh lihat disini linknya; Misteri Nusantara
Courtesy and Adaptation of Novels by, Nursodik Gunarjo
Editor; Romy Mantovani
Ilustrasi Image; Doc, Romy Mantovani #indonesia, #kuncen, #misterinusantara, #misterikuncen,
VIDEO;
No comments
Post a Comment