KISAH SUFI, SANG KYAI [30]
KISAH SUFI, SANG KYAI [30]
- Pada siri ke-29 dalam perjalanan hidup kesehariannya Sang Kyai telah dilantik oleh masyarakat setempat untuk menjadi Imam Sholat di Masjid berhampiran tempat tinggalnya.
- Namun, disebabkan beliau semakin popular. Ada saja para Kyai atau Ustaz yang iri hati pada beliau khususnya seorang yang bernama Kyai Askan.
FORTUNA MEDIA - Ketika Aku pulang dua minggu sekali ke rumah
dari tempat usahaku, Kyai Askan datang ke
rumah.
“Ada apa Kang?” tanyaku.
“Lha sampean ini bagaimana, masak waktu aku
menjadi imam sampean tidak ikut menjadi
makmumku.” katanya dengan nada marah.
“Lho, saya kan seringnya ada di tempat kerja
saya toh Kang, jadi jarang pulang, bagaimana saya
bisa ikut?” jelasku.
“Ya, harus tetap ikut, ya disempat-sempatkan
ikut.” katanya memaksa.
“Lha, tempatnya kan jauh toh Kang, kalau saya
wira-wiri. Apa tidak menghabiskan bensin banyak?” kataku, Aku mulai tidak sabar juga. Kalau ada
orang yang diberi hati malah minta jantung.
“Lalu apa kata orang, itu si Kyai Askan jadi Imam, Kyai Iyan tak pernah mahu menjadi makmum, pasti
kerana bacaan Kyai Askan tidak fasih.” katanya.
“Lha, sampean ini kok ya aneh, apa ada orang
bilang begitu?”
“Ya belum ada, tapi nanti kan juga ada.” Aku geleng-geleng kepala,
“Sesuatu yang belum ada kok sampean ada-adakan. Itu namanya su’udzon, sampean ini Kyai…” kataku.
“Juga apa urusannya bacaan fatihah sampean
sama kehadiran saya, lha, kalau saya itu lidah
sampean. Misal saya tidak hadir otomatik sampean jadi cedal, hu-ha-hu-hu kayak orang
bisu, lha saya kan orang lain, mahu saya hadir atau
tidak kan tidak pengaruh sama sholat jama’ah, lha, sampean ini ikhlas apa tidak toh sebenarnya? Kok
selalu ngajak ribut dan meributkan saya. Saya
kan juga punya keluarga, perlu mencari ma’isah,
perlu makan, mencari wang, sampean itu sudah tak
kasih, minta semua, lha kok masih kurang,
sebenarnya mahunya apa?”
Dia berdiri, dan pergi begitu saja tanpa pamit. Aku hanya menatapnya dengan hairan, kok ada
orang kayak gitu, mahu mengatakan tidak, ada
juga, kenyataannya sudah dihadapi, mahu
bagaimana.
Sebuah diagnosa akan menentukan penyakit, lalu akan ditemukan penyakitnya dan obat yang tepat, sakit gigi, obatnya pasti obat untuk meredakan sakit gigi. Jangan mahu dikasih salep/krim ambeien, dioleskan di lubang gigi. Begitu juga sakit yang mengenai hati. Maka didiagnosa. Apa penyakitnya, yang jelas manusia yang mengidap penyakit harus menyadari kalau dirinya sakit, kalau tak mahu menyadari ya, makin susah untuk diobati.
Dan obat itu selalu bertentangan dengan penyakit. Jika punya rasa sombong, ya, bersikaplah tawadhu’. Kalau perlu bayar orang suruh meludahi kita di tengah pasar, biar sombongnya hilang. Sebab namanya juga penyakit, dirasa atau tidak dirasa itu akan mengganggu. Khususnya mengganggu dalam pendekatan diri pada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, dan amal ibadahnya tak akan diterima, dengan kata lain, seumur-umur orang yang berpenyakit hati itu ibadah. Maka tak akan mengecapi manisnya ibadah, dan nikmatnya terijabahnya do’a.
Ternyata Kyai Askan masih tetap menjelek-jelekkanku di setiap pengajiannya. Aku dibilang tak bertanggung jawab diberi amanat di Masjid, nifak, dan lain-lain. Tetapi ku biarkan saja. HItung-hitung mengurangi dosaku. Aku tetap santai menjalankan aktivitiku tiap hari. Sampai pada suatu hari. Aku mendengar anak dari Kyai Askan yang sudah bisa jalan tiba-tiba lumpuh, dan kakinya mengecil. Setiap malam selalu menangis sampai pagi. Sudah dibawa ke doktor. Tetapi tak ada perubahan sama sekali. Anaknya tetap dalam keadaan lumpuh.
Dan setiap mulai waktu Maghrib menangis sampai suaranya habis, kerana sebelum ada azan Subuh, anaknya itu tak mahu berhenti menangis. Sehingga Kyai Askan dan Istrinya dibuat pusing, kerana setiap malam harus begadang menjaga anaknya yang menangis terus.
Setiap hari dicarikan obat kesana kemari, tetapi semua tak sanggup mengobati, sampai dibawa ke Kyai Sepuh. Di katakan oleh Kyai Sepuh itu kalau anaknya itu digandoli dua Jin lumpuh. Dan bahkan Kyai Sepuh itu tak sanggup mengambil. Dan yang sanggup mengambil hanya seorang pemuda berkaca mata, rumahnya depannya ada pohon mangganya, dekat Balai Desa Bligo, itu ku dengar setelah Istrinya bercerita padaku.
Sudah sebulan anak Kyai Askan seperti itu, mahu dibawa ke rumahku, jelas gengsi, Mencoba dibawa ke paranormal, atau kyai, dukun, semua tetap hasilnya nihil. Sampai mungkin sudah tak ada jalan keluar. Maka, Istrinya jam 2 malam disuruh ke rumahku membawa anaknya yang lumpuh dan digendong, dalam keadaan menangis, mengetuk rumahku.
“Siapa…?” tanyaku yang waktu itu masih berzikir.
“Saya Dik.. Istrinya Askan..” jawab Istrinya Askan. Aku keluar membuka pintu, dan kulihat anaknya digendong dalam keadaan menangis.
“Mari silahkan masuk.” kataku mempersilahkan. Anehnya ketika melangkah ke pintuku. Maka anaknya langsung diam, tidak menangis. Memang di luar ku lihat dua Jin lumpuh, tengah bersembunyi dari tatapan mataku
“Ada apa Mbak?” tanyaku.
“Ini Anakku, lumpuh dan rewel terus.” jelasnya.
“Lha, tidak rewel gitu kok mbak, anteng saja,” kataku menunjuk anaknya yang tidur dalam gendongannya.
“Iya ya…, tapi tadi rewel.” katanya.
“Kalau gitu saya mohon diri.” tambahnya.
“Ya silahkan…” ku antar sampai pintu, dan pintu ku tutup. Tetapi baru berjalan sampai 50 meteran, anaknya nangis lagi. Aku juga mendengar, dan ku tunggu ternyata dia datang lagi, ku bukakan pintu.
“Siapa Mas…?” tanya Husna yang bangun.
“Ini Istrinya Pak Askan.” jawabku. Dan lagi-lagi ketika anaknya dibawa masuk ke rumahku, maka tangisnya pun terhenti.
“Ini bagaimana …, kok kalau masuk rumah anakku jadi tidak nangis?” katanya. Tak ku katakan kalau ada dua Jin lumpuh yang mengikuti dan dua Jin itu tak berani masuk rumahku, takutnya malah membuat Istri Pak Askan takut.
“Wah, Aku tidak tahu Mbak, wong saya ini orang bodoh.” jawabku.
“Sudah tidur di sini saja Mbak, wong anaknya juga sudah anteng gitu tidurnya, sana bawa tidur di kamarku.” kata Husna. Dan Husna pindah ke luar tidur di lantai.
Paginya Kyai Askan datang dan mengajak pulang Istrinya. Hanya Husna yang menemui. Siangnya Istrinya datang lagi, juga ditemui Husna. Dia cerita soal Aku yang dikatakan orang yang bisa mengobati anaknya, lalu Husna memanggilku.
“Ada apa Mbak?” tanyaku,
“Ini soal lumpuhnya anakku, kata orang pintar, sampean yang bisa mengobati.” katanya.
“Wah, orang pintarnya itu mengada-ada Mbak, wong saya tidak bisa apa-apa.” jelasku.
“Ya, mbok sampean kasih air atau apa, biar lumpuh anakku ini sembuh.”
“Dik, tolong ambilkan aqua,” kataku pada Husna.
Lalu air ku bacakan basmalah, dan ku tiupkan ke
air,
“Ini nanti airnya dipakai memandikan si kecil ya Mbak.., semoga Allah memberikan kesembuhan.” kataku.
Lalu Istrinya Kyai Askan mohon diri. Aku hanya
berharap semoga semua menjadikan kebaikan ke
depan. Walau, Aku tak banyak berharap.
Dan memang besoknya anaknya Kyai Askan
benar-benar sembuh.
Tapi kemudian malah dalam pengajiannya Aku
disiarkan di speaker bahwa Aku telah mengerjai
anaknya. Yah, biarlah, Aku juga tak berharap
pekerjaanku dinilai dengan penghargaan, kok
kemudian malah membuatku kerana menolong
orang lain. Aku makin dijelek-jelekkan. Mungkin
akan membuatku makin meningkat derajatku di
sisi Allah Azza Wa Jalla.
Dan saat cerita ini ku tulis. Sekarang malah
bukan Kyai Askan saja yang memusuhiku. Tetapi
juga Istrinya. Sampai berusaha dengan daya
upaya. Dan membakar ke sana-sini untuk
menjatuhkan namaku.
Coba saja kalau satu saja itu merupakan perbuatan kita. Contoh saja waktu. Jika kita merasa itu waktu kita. Maka coba hentikan waktu, berarti kita harus menghentikan semua. Menghentikan waktu yang berjalan. Seluruh manusia di seluruh dunia yang bergerak. Seluruh jantung makhluk, dari semut, sampai hiu, manusia dan Jin yang berdetak, angin yang berhembus, dari denyut nadi sampai pergerakan matahari. Cuma mahu menghentikan waktu saja begitu beragam dan majemuknya yang harus kita hentikan bersama penghentian waktu. Dan jangankan menghentikan seluruh dunia, bahkan menghentikan diri sendiri, aliran darah, degup jantung, kita tidak bisa menghentikan. Apalagi harus menghentikan seekor hiu yang berenang. Bukankah kita akan mati sendiri. Berarti kalau kita munafik. Maka waktu itu bukan milik kita, juga kesempatan, sampai detilnya semua kejadian. Hanya Zat Yang Maha Sempurna dan tanpa cela juga kekuranganlah yang mampu mengatur.
Jadi hanya Allah yang berbuat baik, kita hanya menjadi tempat Allah melakukan perbuatan baik, kerana hanya menjadi tempat perbuatan baiknya Allah. Maka tak patut kita mengharap suatu balasan dari perbuatan baik yang tak pernah kita lakukan. Jika kita masih mengaku-Aku. Maka perbuatan baik kita itu tak ada nilai dan timbangannya. Fadhalallahu ba’dakum, Allah memberi keutamaan.
Jadi bila keutamaan itu kita sadari dan kita yakini adalah PEMBERIAN, bukan dari daya upaya, atau kelebihan kita menjalankan prilaku tertentu. Maka kita baru dikatakan bersyukur, kalau menggunakan keutamaan atau kebisaan yang kita miliki untuk dipakai sesuai dengan guna kelebihan yang kita miliki. Maka kita baru dikatakan orang yang bersyukur. Dan jika kita bersyukur. Maka Allah akan menambahi fadhilat atau kelebihan lain yang Allah anugerahkan. Bukan sebagai suatu alasan tertentu, tapi sebagai kewajaran kejadian, sebab sudah Sunatullah, peraturan dari Allah, bahwa kejadian atau sesuatu yang terjadi itu akan menjalar pada kejadian yang lain. Makanya dikatakan, "Lain sakartum la azidannakum", Apabila kamu bersyukur maka kami akan menambahi untuk kalian, sebab sesuatu yang terjadi itu akan menimbulkan kejadian baru. Dan kejadian baru itu memberlukan kelengkapan waktu, ruang, materi pendukung terjadinya.
Contoh sepele/mudah saja, kita mahu makan. Jika kita pergi ke warung nasi. Jika tempatnya jauh kita perlu jalan. Dan jalan harus ada yang membangun. Jika jalan raya, maka harus ada kerikil, aspal/tar, kontraktor, krikil itu harus ada yang mengangkut. Ada kejadian sampai terjadinya berbentuk kerikil, dll.
Jika sampai di warung. Maka warung itu berdiri, harus ada yang mendirikan, dibangun dari kayu. Maka harus ada kayunya, penebang kayunya, yang mengangkut, tukang kayu, dan kelengkapannya. Contoh, kita ambil, jika ada tukang kayu. Maka tukang kayunya harus dalam keadaan sehat, hidup, kuat, bisa bertukang, punya peralatan lengkap dari ukur sampai gergaji, lalu kita ambil lagi tentang gergaji, harus ada besi, ada pembuat gergaji, ada kikir dan sebagainya.
Itu belum sampai ke nasinya, baru dalam
perjalanan ke warung nasi. Begitu banyak dan
sambung menyambung suatu kejadian, dengan
kejadian lain.
Jadi kata simpelnya, Jika kita melakukan sesuatu
sesuai dengan cara dan teori yang benar. Maka
Allah akan memudahkan terjadinya pendukung
lain dari yang menyangkut yang berhubungan
dengan perbuatan yang kita lakukan dengan
benar.
Semua dijadikan mudah, mahu kemana, jalannya
mulus, prosesnya lancar, tak ada macet, antara
kejadian yang satu dengan yang lain sepenuhnya
saling mendukung. Sebab semua seratus persen
dalam kendali Allah. Jika kita menjalankan
sesuatu tidak sesuai aturan Allah, katakanlah
menyalahi aturan yang benar. Maka, "Laingkafartum inna adzabi lasadid", Jika kamu
ingkar maka azab Allah itu teramat pedih, itu
juga suatu kejadian wajar.
Jika kesalahan satu
akan menimbulkan kesalahan yang lain.
Contoh, pembangunan jalan raya, wang
pembangunannya dikorupsi. Jalan dibangun
dengan mengurangi bahan ini-itu. Jalan jadi berkualiti rendah. Maka jalan menjadi cepat rusak,
berlubang, lalu banyak terjadi kecelakaan,
macet, kerusakan mobil, pemborosan bahan
bakar, unjuk rasa, anarki, pengrusakan, dan
terus menyambung pada kejadian-demi kejadian.
———————
Waktu Maghrib baru saja berlalu. Selesai berzikir waktu
sholat, seperti biasa Aku duduk santai menikmati
secangkir kopi dan rokok.
Kang Din menghampiriku dengan seorang
pemuda. Tetapi ku lihat pemuda itu wajahnya
berwarna hitam.
“Ada apa Kang?” tanyaku.
“Ini Yan, ada orang mahu minta tolong..” kata Kang
Din tetangga rumahku.
“Minta tolong kenapa Kang?”
“Ini teman kerja di kantorku, dia itu sakit kok
aneh,”
“Anehnya di mana kang?” tanyaku hairan.
“Anehnya, ini kalau Istrinya melihat dia, itu
melihatnya seperti kera, jadi istrinya takut, lalu kalau mahu berangkat kerja, kaki dan tangannya
tak bisa digerakkan, jadi kayak lengket di
ranjang.” jelas Kang Din.
“Wah, aneh juga kalau begitu.”
“Apa menurutmu sakitnya diguna-guna? atau
dikerjai orang?” tanya Kang Din.
“Wah, kalau itu Aku tidak tahu Kang,”
“Soalnya kemaren sudah diobati pakai telur, jadi
telur dijalankan digelundungkan di atas
tubuhnya, dan setelah itu telurnya dipecah, dan
ternyata di dalam telur ada jarumnya.” jelas
Kang Din.
“Terus kemaren juga dibawa ke orang
paranormal, katanya dari tubuhnya dikeluarkan
ada paku, jarum, gumpalan tanah.” jelas Kang Din
lagi.
“Wah, aneh juga…, tapi Aku gak bisa mengobati Kang..”
“Tolonglah diapakan gitu, kasihan dia, wong ini
juga sudah dibawa kemana-mana tapi hasilnya
nihil.”
“Lha, apa waktu dikeluarkan pakunya tidak
sembuh?” tanyaku.
“Yah, begitulah tidak sembuh.”
Sebenarnya seminggu silam, Aku telah diberi tahu
tentang orang ini yang dibawa Kang Din. Bagaimana cara mengobatinya, maka Aku tinggal
mengobatinya, dengan petunjuk yang ku peroleh.
“Bagaimana Ian…?” tanya Kang Din.
Sementara lelaki yang dibawa sama sekali tidak
berbicara, hanya mendengarkan pembicaraan
kami.
Jadi Aku hanya perlu mengucapkan petunjuk
yang ku terima lewat mimpi.
“Masnya ini namanya siapa?” tanyaku kepada
orangnya yang sakit itu.
“Saya bernama Muhajir, Mas..” jawabnya singkat.
“Bin nya siapa?”
“Bin Abdul Munir, Mas..” jawabnya lagi.
“Yakin tidak sampean jika Aku yang mengobati?” tanyaku lagi.
“Yakin mas.”
“Mahu menjalankan syarat yang akan ku berikan?”
“Siap Mas, asal saya bisa sembuh, syaratnya apa Mas?” tanyanya.
“Syaratnya sampean harus mengambil kelapa
hijau, tapi jangan sampai kelapanya jatuh ke
tanah, soal caranya itu terserah sampean
bagaimana agar kelapanya tak jatuh ke tanah,
entah memakai tambang atau bagaimana,
sanggup?”
“Sanggup Mas.”
“Nah, besok kalau sudah mendapat kelapa itu
sampean bawa kemari kelapanya.” jelasku.
“Ya, Mas.. kalau begitu saya mohon diri.”
“Ya silahkan.”
Memang terkadang secara logik, kadang
pengobatan itu secara tak logik. Tetapi sesuatu terjadi itu
tak menunggu akal kita menerima baru terjadi. Tetapi segala sesuatu itu terjadi kerana Allah Subahanahu Wa Ta'ala mengizinkan untuk terjadi, bahkan syaitan saja tahu
itu. Makanya ketika dulu Iblis mahu menyesatkan,
anak-cucu Nabi Adam Alaihis Salam, dia meminta izin dulu pada
Allah, agar diberi izin menggoda anak-cucu keturunan Nabi Adam Alaihis Salam, sebab jika Allah tidak mengizinkan, maka
bagaimanapun remehnya, sesuatu tak akan
terjadi.
Besoknya Muhajir datang lagi, dengan membawa
kelapa hijau tiga butir, lalu ketiga kelapa hijau
ku do’akan. Dan yang satu ku suruh meminumnya,
yang satu ku suruh memakai untuk mandi, yang satu ku
suruh memakai untuk mengepel/mob rumah.
Dua hari kemudian Muhajir datang disertai Istrinya, dan mengucapkan terima kasih kerana Istrinya tidak lagi melihat pada yang lelaki
seperti melihat kera, juga penyakitnya Muhajir
telah tuntas tak dirasakan lagi.
Tetapi, pada malamnya di atas genteng rumahku
terdengar ledakan seperti petasan/mercun. Ada
beberapa kali ledakan, terjadi kira-kira jam 1
dini hari.
Aku segera melepas sukma, mencari arah cahaya
api dari mana datangnya, sukmaku melesat ke
arah Cirebon, dan berhenti di sebuah rumah.
Aku pun melesat ke dalam rumah, bau menyan
serasa menyengat, dan di dalam rumah seorang
lelaki berpakaian batik bertubuh pendek, tengah
melakukan "ritual tenung", Lalu ku buat lingkaran
membentengi ruang gerak kekuatan lelaki itu,
sebentuk seperti lingkaran balon tembus
pandang, lelaki itu mencoba berulang-ulang
mengirim santetnya, tapi selalu mental mengenai
dirinya sendiri, dia hairan, dan mengulangi. Tetapi
tetap saja jarum, paku, silet yang dikirimkan
tetap membalik mengenai dirinya sendiri.
“Ada apa ini? Sial siapa yang memberi
pertolongan kepada sasaranku..” dengus lelaki
itu, Aku hanya menggeleng melihat tingkah
lakunya.
Lalu. Aku pulang ke rumah, masuk kembali ke dalam
ragaku.
———————
Aku sedang melakukan kerja sama dengan
Mahmud, dia yang menanggung segala
penerimaan pembayaran usaha kami, dan Aku
yang menjalankan usaha, di awal-awalnya
pembayaran yang dia berikan lancar. Tetapi hairan
ini sudah sebulan berlalu tapi pembayaran tak
kunjung dia berikan. Padahal secara perhitungan,
bagian yang ku terima 6 juta kadang ada dalam
satu minggu, sebab pendapatan memang tak
pasti kerana tergantung jalannya usaha yang ku
jalankan.
Aku mendatangi Mahmud, dia orang kaya yang
banyak usahanya. Ada toko elektronik. Ada
penjualan sepeda motor, juga usaha yang ku tak
tau apa lagi.
“Mas Mahmud, ini soal pembayaran bagian saya
bagaimana kok tidak ada ku terima pembayaran.” kataku ketika berhadapan dengan Mas Mahmud.
“Itu Ian untuk bulan ini tak ada wang, semua wangnya habis untuk pembelian bahan.” jawab
dia.
“Lhoh, bahan apa lagi, kan Aku yang mengerjakan,
jadi melihat beli tidaknya bahan.” kataku hairan
dengan pernyataannya.
“Ya, nyatanya wangnya sudah habis.” katanya
ngotot.
“Ya, kalau begitu caranya, ya saya yang rugi,
mana ada bekerja tidak dibayar, mana ada orang
mahu.” kataku, karena sudah merasa diakali
“Ya, kenyataannya seperti itu, mahu bagaimana
lagi.”
“Ya, Sudah kalau seperti itu, kita hentikan saja
kerja sama kita, sebab ini jelas merugikan saya,
kalau sistemnya tidak saling menguntungkan.” jelasku.
“Ya, kalau sampean ingin membatalkan ya, sampean tidak mendapat bagian apa-apa.” katanya.
“Tidak apa-apa jika saya tidak dapat apapun, daripada
nantinya kita lanjutkan saya akan makin
dirugikan.” kataku agak jengkel juga menghadapi
orang seperti itu.
Aku pun pulang, tapi dua malam kemudian Aku
merasa aneh, rumahku seperti suntuk, sumpek,
toko ku juga sama sekali tak ada yang membeli,
bahkan satu orang pun tak ada yang membeli. Seperti toko tidak terlihat oleh orang yang lewat
saja. Dan serasa udara dalam rumah serasa
suntuk.
Ada apa sebenarnya, ku coba meraga sukma,
melihat apa sebenarnya yang terjadi. Ternyata di ghaib rumahku seperti dikurung aura gelap
sekali.
Kelebihan meraga sukma itu bisa melacak ke
masa yang lewat, kita bisa menelusuri ke dunia
masa yang lewat, tinggal meraga sukma ke waktu
yang kita tuju. Tetapi dengan cara awal berangkat,
jadi tak bisa dilakukan setelah meraga sukma. Tetapi bisanya dilakukan dengan tujuan waktu yang
dituju sebelum meraga sukma.
Aku segera kembali ke tubuh, dan mulai lagi
melacak siapa yang berbuat membuat rumahku
dilingkupi aura hitam. Segera sukmaku melesat
ke arah waktu dan tempat. Dimana Mahmud dan Istrinya sedang duduk di hadapan seorang dukun,
dan sedang mengerjai rumahku.
Aku jadi tahu, kenapa Mahmud tak mahu membayar
pembagian wang kerja sama kami.
Aku kembali lagi ke tubuhku. Dan besoknya
meminta seseorang untuk memperingatkan
kepada Mahmud, supaya menarik kekuatan jahat
yang dipakai untuk mengganggu rumahku.
Eehh, malah Mahmud marah-marah, dan malah
menuduhku memakan wangnya, mencuri uangnya.
Aku berusaha sabar. Tetapi anehnya, setelah Mahmud menjelek-jelekkanku. Ada seorang gila
yang meminta rokok. Sebenarnya di dekat
Mahmud ada banyak orang, Tetapi yang dimintai
kok kebetulan Mahmud. Dan Mahmud tak
memberi rok0k lalu orang gila itu marah dan memukul
Mahmud, dipukul sampai giginya lepas tiga.
Aku tak perduli pada cerita orang yang ku suruh, soal orang gila yang memukul Mahmud itu, Aku
meminta pada orang yang ku suruh
memperingatkan Mahmud lagi, agar menarik
kekuatan jahat yang dikirimkan ke rumahku itu,
sampai peringatan yang ku berikan telah tiga
kali.
Lalu aku berinisiatif mengembalikan kekuatan
jahat kepada pengirimnya.
Malam itu telah ku rencanakan untuk
mengembalikan semua kekuatan jahat pada
Mahmud. Maka, Aku duduk bersila menghimpun
semua zikir, meminta pada sang pemberi
kekuatan yaitu Allah Subhanahu Wa Ta'ala, lalu setelah semuanya
kekuatan terkumpul, bumi ku gedor, serasa
pusaran kekuatan dahsyat membuyarkan kekuatan
yang melingkupi rumahku, dan terdengar jeritan,
“Ampuuun..! ampuuuun..” dari puluhan Jin yang
dikirim ke rumahku.
Segera ku lepas sukma, kerana memburu, bicara
dan menangkap Jin dengan badan wadak tanpa
mediator amatlah sulit, sementara aku sendirian, Aku melompat, dan menghadang berbagai Jin
yang mencoba lari dari gebahanku, yang paling
tinggi berbentuk raksasa dan berbadan hitam ku
hentikan, dia langsung menekuk tubuh sujud
minta ampun. Padahal tanganku sudah ku isi
cahaya dari Ya, Latif, sehinga berwarna putih
keperakan. Jika ada yang melawan, Aku sudah
siap meleburnya lumer menjadi cairan.
Tapi ternyata tak ada yang melawan, semua
langsung bersimpuh takluk, Aku melayang
menunggu, semua terdiam. Ada tiga belas Jin,
beberapa sosok berbentuk cebol kecil, dengan telinga
lancip dan dagu kecil serta tubuh katai, yang
paling Aku perhatikan adalah yang bertubuh
tinggi. Mungkin tingginya ada lima meteran. Tubuhnya hitam legam, dan tak memakai pakaian
sama sekali, tapi tubuhnya dipenuhi bulu.
“Kalian tahu kesalahan kalian?” tanyaku ku buat
kereng.
“Ampuuun… ampun, kami hanya diperintah…!” kata Jin yang bertubuh besar, dan berbibir
tebal
“Aku tahu kau dan teman-temanmu hanya
diperintah, maka dari itu, Aku ingin kalian
kembali pada yang memerintah,” kataku.
“Kami tak berani…” kata Jin yang bertubuh
besar.
“Hm… kalau begitu, kalian tahu apa yang ada di
tanganku ini? Jika ku hantamkan kalian, apa yang
terjadi,” kataku mengancam.
“Ampuuun…!” kata mereka, semua serentak, dan
bersujud-sujud.
“Bagaimana, apa kalian mahu kembali ke pengirim
kalian, atau kalian memilih lebur musnah …” kataku sambil menambah konsentrasi lafaz ya
latif ke tangan kananku, sehingga warna terang
keperakan makin menyala.
“Baik, kami akan kembali kepada pengirim kami,
lalu apa yang harus kami lakukan?” kata Jin yang
bertubuh besar
“Kalian lakukan saja apa yang pernah
diperintahkan oleh pengirim kalian kepada kalian,
untuk melakukan sesuatu hal buruk padaku, Nah
kalian sanggup kan?”
“Ya, kami sanggup.” jawab mereka serempak.
“Nah, sekarang kalian boleh pergi.” kataku sambil
menyingkir.
Dan semua Jin kemudian beranjak pergi, akupun
kembali pada raga yang ku tinggalkan.
————————
Yang terjadi kemudian sungguh membuatku amat
tercengang.
Pertama yang terjadi rumah Mahmud jadi
angker, Istri dan anaknya takut tinggal di rumah,
sehingga minta pulang ke rumah istrinya. Bahkan
orang yang lewat di sekitar rumah Mahmud pun
jadi takut lewat samping rumah itu. Jika malam
kadang terdengar suara seram, kadang
terdengar tembok digedor-gedor, berbagai
paranormal sudah berulang kali dan bergantiganti didatangkan untuk membersihkan rumah itu. Tetapi ujung-ujungnya, kalau tidak pingsan ya, lari kabur dari rumah itu.
Entah bagaimana prosesnya, Toko Elektronik nya
Mahmud kesandung masalah, dan semua
Elektronik disita oleh pihak yang juga telah
bekerja sama dengan Mahmud.
Juga Dealer motor, juga kesandung masalah,
sampai kemudian ketahuan kalau Mahmud banyak
menanggung hutang pada Bank.
Dan rumah yang pernah ditinggalinya ditawarkan
mahu dijual seratus lima puluh juta. Tetapi orang
hanya mahu menawar seratus juta. Beberapa hari
kemudian akhirnya Mahmud mahu menjual
rumahnya seharga seratus juta. Tetapi yang
menawar hanya berani limapuluh juta, Mahmud
tak mahu. Tetapi beberapa hari kemudian dia mahu
menjual rumahnya limapuluh juta. Tetapi yang
menawar hanya mahu duapuluh lima juta, begitu
terus terjadi.Sampai akhirnya rumah terjual
tiga juta. Dan itupun setelah ada perjanjian
Mahmud akan merobohkan rumahnya sendiri.
Dan bukan cuma sampai di situ, Istri Mahmud
minta cerai, dan anak-anaknya tak ada yang mahu tinggal dengannya, Mahmud tinggal di bekas
kandang sapi tetangganya.
Semua itu terjadi dalam masa cuma tiga bulan, Aku membayangkan bagaimana jika seandainya
hal itu menimpa diriku dan keluargaku.
Kadang Aku sendiri merasa kasihan dengan
keadaan Mahmud. Tetapi seandainya tidak begitu
pasti yang dia lakukan pada orang lain tak akan
berhenti, dan sampai pada diriku, pasti orang
sebelum diriku yang dikerjai Mahmud sudah
banyak korbannya, dan pas kebetulan dia ketemu
batunya.
Segala perjalanan apapun yang terjadi, maka itu
tak ada artinya jika kita tidak bisa mengambil
sebagai pelajaran, menyerap kandungan hikmah
apa yang tersimpan di dalamnya. Sehingga segala
keputusan dan apa yang seharusnya dilakukan
ketika menghadapi hal yang sama.
Begitu juga bagi diriku sendiri. Apapun yang
dihadapi, kepanikan sekali-kali bukan jalan
keluar, ketenangan mengambil sikap, akan
menghasilkan keputusan yang terbaik.
Jika kita menyandarkan diri pada Zat yang
paling kuat yaitu Allah Azza Wa Jalla, Maka kita akan menjadi
kuat.
Dan jika kita menyandarkan pada selain Allah Ta'ala,
siapapun selain Allah itu pasti mati, terhalang. Tidak ada manusia atau apapun ciptaan Allah itu
sakti, dan punya kelebihan kecuali Allah yang
memberi kelebihan, seperti burung yang
terbang, atau ikan yang tahan hidup di dalam air. [HSZ]
To be Continued.....
Untuk Anda yang belum baca siri ini yang sebelumnya,
Anda boleh baca disini ; KISAH SUFI, SANG KYAI
Ilustrasi Image; Doc, Fortuna Media
#indonesia, #misterinusantara, #KisahKyaiLentik #KyaiLentik, #KisahSangKyai, #KisahSufi, #SangKyai,
RELATED POST
Misteri Nusantara
Novel Collection
The Story of The Prophet Muhammad SAW
No comments
Post a Comment