KISAH SUFI, SANG KYAI [30]

<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="KISAH SUFI, SANG KYAI [30]">

KISAH SUFI, SANG KYAI [30]

  • Pada siri ke-29 dalam perjalanan hidup kesehariannya Sang Kyai telah dilantik oleh masyarakat setempat untuk menjadi Imam Sholat di Masjid berhampiran tempat tinggalnya.

  • Namun, disebabkan beliau semakin popular. Ada saja para Kyai atau Ustaz yang iri hati pada beliau khususnya seorang yang bernama Kyai Askan.

FORTUNA MEDIA -  Ketika Aku pulang dua minggu sekali ke rumah dari tempat usahaku, Kyai Askan datang ke rumah.

“Ada apa Kang?” 
tanyaku.

 “Lha sampean ini bagaimana, masak waktu aku menjadi imam sampean tidak ikut menjadi makmumku.”  katanya dengan nada marah.

 “Lho, saya kan seringnya ada di tempat kerja saya toh Kang, jadi jarang pulang, bagaimana saya bisa ikut?”  jelasku.

 “Ya, harus tetap ikut, ya disempat-sempatkan ikut.” 
katanya memaksa.

 “Lha, tempatnya kan jauh toh Kang, kalau saya wira-wiri. Apa tidak menghabiskan bensin banyak?” 
kataku, Aku mulai tidak sabar juga. Kalau ada orang yang diberi hati malah minta jantung.

“Lalu apa kata orang, itu si Kyai Askan jadi Imam, Kyai Iyan tak pernah mahu menjadi makmum, pasti kerana bacaan Kyai Askan tidak fasih.”  katanya.

 “Lha, sampean ini kok ya aneh, apa ada orang bilang begitu?”

 “Ya belum ada, tapi nanti kan juga ada.” 
Aku geleng-geleng kepala,

“Sesuatu yang belum ada kok sampean ada-adakan. Itu namanya su’udzon, sampean ini Kyai…”  kataku.

“Juga apa urusannya bacaan fatihah sampean sama kehadiran saya, lha, kalau saya itu lidah sampean. Misal saya tidak hadir otomatik sampean jadi cedal, hu-ha-hu-hu kayak orang bisu, lha saya kan orang lain, mahu saya hadir atau tidak kan tidak pengaruh sama sholat jama’ah, lha,  sampean ini ikhlas apa tidak toh sebenarnya? Kok selalu ngajak ribut dan meributkan saya. Saya kan juga punya keluarga, perlu mencari ma’isah, perlu makan, mencari wang, sampean itu sudah tak kasih, minta semua, lha kok masih kurang, sebenarnya mahunya apa?” 

Dia berdiri, dan pergi begitu saja tanpa pamit. Aku hanya menatapnya dengan hairan, kok ada orang kayak gitu, mahu mengatakan tidak, ada juga, kenyataannya sudah dihadapi, mahu bagaimana.

Penyakit iri dengki memang super sulit mengobatinya. Jika seseorang tak mahu menyadari bahwa penyakit itu memang benar-benar ada dan membakar hati fikiran orang yang memiliki penyakit itu. Sebenarnya dalam pemikiran dangkalku, mengobati penyakit hati itu tak bedanya seperti mengobati penyakit lahir. Seperti kita kalau pergi ke dokter, kan diperiksa dulu, tidak asal disuruh nungging, terus jarum suntik ditancapkan, tapi didiagnosa. Dokter akan bertanya apa keluhannya, lalu mengelompokkan dalam suatu penyakit. Keluhan itu disesuaikan dengan kebiasaan penyakit. Jika pasien bilang giginya senut-senut, tak akan dibilang itu penyakit ambaien/buasir atau susah buang air besar. Dibilang dokter itu sakit gigi, kalau dokternya seperti itu pasti dokternya yang sakit.

Sebuah diagnosa akan menentukan penyakit, lalu akan ditemukan penyakitnya dan obat yang tepat, sakit gigi, obatnya pasti obat untuk meredakan sakit gigi. Jangan mahu dikasih salep/krim  ambeien, dioleskan di lubang gigi. Begitu juga sakit yang mengenai hati. Maka didiagnosa. Apa penyakitnya, yang jelas manusia yang mengidap penyakit harus menyadari kalau dirinya sakit, kalau tak mahu menyadari ya, makin susah untuk diobati.

Dan obat itu selalu bertentangan dengan penyakit. Jika punya rasa sombong, ya,  bersikaplah tawadhu’. Kalau perlu bayar orang suruh meludahi kita di tengah pasar, biar sombongnya hilang. Sebab namanya juga penyakit, dirasa atau tidak dirasa itu akan mengganggu. Khususnya mengganggu dalam pendekatan diri pada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, dan amal ibadahnya tak akan diterima, dengan kata lain, seumur-umur orang yang berpenyakit hati itu ibadah. Maka tak akan mengecapi  manisnya ibadah, dan nikmatnya terijabahnya do’a.

Ternyata Kyai Askan masih tetap menjelek-jelekkanku di setiap pengajiannya. Aku dibilang tak bertanggung jawab diberi amanat di Masjid, nifak, dan lain-lain. Tetapi ku biarkan saja. HItung-hitung mengurangi dosaku. Aku tetap santai menjalankan aktivitiku tiap hari. Sampai pada suatu hari. Aku mendengar anak dari Kyai Askan yang sudah bisa jalan tiba-tiba lumpuh, dan kakinya mengecil. Setiap malam selalu menangis sampai pagi. Sudah dibawa ke doktor. Tetapi tak ada perubahan sama sekali. Anaknya tetap dalam keadaan lumpuh.

Dan setiap mulai waktu Maghrib menangis sampai suaranya habis, kerana sebelum ada azan Subuh, anaknya itu tak mahu berhenti menangis. Sehingga Kyai Askan dan Istrinya dibuat pusing, kerana setiap malam harus begadang menjaga anaknya yang menangis terus.

Setiap hari dicarikan obat kesana kemari, tetapi semua tak sanggup mengobati, sampai dibawa ke Kyai Sepuh. Di katakan oleh Kyai Sepuh itu kalau anaknya itu digandoli dua Jin lumpuh. Dan bahkan Kyai Sepuh itu tak sanggup mengambil. Dan yang sanggup mengambil hanya seorang pemuda berkaca mata, 
rumahnya depannya ada pohon mangganya, dekat Balai Desa Bligo, itu ku dengar setelah Istrinya bercerita padaku.

Sudah sebulan anak Kyai Askan seperti itu, mahu dibawa ke rumahku, jelas gengsi, Mencoba dibawa ke paranormal, atau kyai, dukun, semua tetap hasilnya nihil. Sampai mungkin sudah tak ada jalan keluar. Maka, Istrinya jam 2 malam disuruh ke rumahku membawa anaknya yang lumpuh dan digendong, dalam keadaan menangis, mengetuk rumahku.

“Siapa…?”  tanyaku yang waktu itu masih berzikir.

 “Saya Dik.. Istrinya Askan..” 
jawab Istrinya Askan. Aku keluar membuka pintu, dan kulihat anaknya digendong dalam keadaan menangis.

“Mari silahkan masuk.” 
kataku mempersilahkan. Anehnya ketika melangkah ke pintuku. Maka anaknya langsung diam, tidak menangis. Memang di luar ku lihat dua Jin lumpuh, tengah bersembunyi dari tatapan mataku


“Ada apa Mbak?” tanyaku.

“Ini Anakku, lumpuh dan rewel terus.” jelasnya.

 “Lha, tidak rewel gitu kok mbak, anteng saja,”  kataku menunjuk anaknya yang tidur dalam gendongannya.

 “Iya ya…, tapi tadi rewel.”
katanya.

“Kalau gitu saya mohon diri.”  tambahnya.

“Ya silahkan…” 
ku antar sampai pintu, dan pintu ku tutup. Tetapi baru berjalan sampai 50 meteran, anaknya nangis lagi. Aku juga mendengar, dan ku tunggu ternyata dia datang lagi, ku bukakan pintu.

“Siapa Mas…?”
tanya Husna yang bangun.

“Ini Istrinya Pak Askan.” 
jawabku. Dan lagi-lagi ketika anaknya dibawa masuk ke rumahku, maka tangisnya pun terhenti.

 “Ini bagaimana …, kok kalau masuk rumah anakku jadi tidak nangis?”  katanya. Tak ku katakan kalau ada dua Jin lumpuh yang mengikuti dan dua Jin itu tak berani masuk
rumahku, takutnya malah membuat Istri Pak Askan takut.

“Wah, Aku tidak tahu Mbak, wong saya ini orang bodoh.”  jawabku.

“Sudah tidur di sini saja Mbak, wong anaknya juga sudah anteng gitu tidurnya, sana bawa tidur di kamarku.”  kata Husna. Dan Husna pindah ke luar tidur di lantai.

Paginya Kyai Askan datang dan mengajak pulang Istrinya. Hanya Husna yang menemui. Siangnya Istrinya datang lagi, juga ditemui Husna. Dia cerita soal Aku yang dikatakan orang yang bisa mengobati anaknya, lalu Husna memanggilku.

“Ada apa Mbak?”  tanyaku,

“Ini soal lumpuhnya anakku, kata orang pintar, sampean yang bisa mengobati.”  katanya.

“Wah, orang pintarnya itu mengada-ada Mbak, wong saya tidak bisa apa-apa.”  jelasku.

“Ya, mbok sampean kasih air atau apa, biar lumpuh anakku ini sembuh.”

“Dik, tolong ambilkan aqua,”  kataku pada Husna.

Lalu air ku bacakan basmalah, dan ku tiupkan ke air,
 “Ini nanti airnya dipakai memandikan si kecil ya Mbak.., semoga Allah memberikan kesembuhan.”  kataku.

Lalu Istrinya Kyai Askan mohon diri. Aku hanya berharap semoga semua menjadikan kebaikan ke depan.  Walau, Aku tak banyak berharap. Dan memang besoknya anaknya Kyai Askan benar-benar sembuh. Tapi kemudian malah dalam pengajiannya Aku disiarkan di speaker bahwa Aku telah mengerjai anaknya. Yah, biarlah, Aku juga tak berharap pekerjaanku dinilai dengan penghargaan, kok kemudian malah membuatku kerana menolong orang lain. Aku makin dijelek-jelekkan. Mungkin akan membuatku makin meningkat derajatku di sisi Allah Azza Wa Jalla.

Dan saat cerita ini ku tulis. Sekarang malah bukan Kyai Askan saja yang memusuhiku. Tetapi juga Istrinya. Sampai berusaha dengan daya upaya. Dan membakar ke sana-sini untuk menjatuhkan na
maku.

Tetapi segala kebaikan pasti harus ada yang dengki agar kebaikan itu seperti terdorong. Dan keikhlasan manusia akan teruji, serta terukur, keikhlasan tertinggi menurut dangkalnya fikiranku adalah ketika kita telah tak merasa bahwa perbuatan baik apapun yang kita lakukan adalah perbuatan kita. Tetapi itu adalah perbuatan Allah Ta'ala. Kita hanya lapangan tempat Allah melakukan perbuatan baik, Bagaimana tidak, kan semua anggota tubuh yang kita punya adalah milik Allah, bahkan sebuah niat baik melakukan perbuatan baik yang menempatkan di hati adalah Allah. Dan pemikiran untuk melakukan perbuatan dengan segala bentuk kejlimetan proses teorinya yang memberi ilham, agar terealisasi dengan sempurna adalah Allah. Bahkan kemudian suatu perbuatan yang asalnya dalam bentuk teori dan rencana kemudian menjadi gerak dan kejadian yang mengizinkan dan memberi tempat, waktu, peluang, semua yang memberi adalah Allah. Maka tak ada satupun hak kita mengakui kalau satupun adalah perbuatan kita. Walau bila dilihat seperti perbuatan kita.

Coba saja kalau satu saja itu merupakan perbuatan kita. Contoh saja waktu. Jika kita merasa itu waktu kita. Maka coba hentikan waktu, berarti kita harus menghentikan semua. Menghentikan waktu yang berjalan. Seluruh manusia di seluruh dunia yang bergerak. Seluruh jantung makhluk, dari semut, sampai hiu, manusia dan Jin yang berdetak, angin yang berhembus, dari denyut nadi sampai pergerakan matahari. Cuma mahu menghentikan waktu saja begitu beragam dan majemuknya yang harus kita hentikan bersama penghentian waktu. Dan jangankan menghentikan seluruh dunia, bahkan menghentikan diri sendiri, aliran darah, degup jantung, kita tidak bisa menghentikan. Apalagi harus menghentikan seekor hiu yang berenang. Bukankah kita akan mati sendiri. Berarti kalau kita munafik. Maka waktu itu bukan milik kita, juga kesempatan, sampai detilnya semua kejadian. Hanya Zat Yang Maha Sempurna dan tanpa cela juga kekuranganlah yang mampu mengatur.

Jadi hanya Allah yang berbuat baik, kita hanya menjadi tempat Allah melakukan perbuatan baik, 
kerana hanya menjadi tempat perbuatan baiknya Allah. Maka tak patut kita mengharap suatu balasan dari perbuatan baik yang tak pernah kita lakukan. Jika kita masih mengaku-Aku. Maka perbuatan baik kita itu tak ada nilai dan timbangannya. Fadhalallahu ba’dakum, Allah memberi keutamaan.

Jadi bila keutamaan itu kita sadari dan kita yakini adalah PEMBERIAN, bukan dari daya upaya, atau kelebihan kita menjalankan prilaku tertentu. Maka kita baru dikatakan bersyukur, kalau menggunakan keutamaan atau kebisaan yang kita miliki untuk dipakai sesuai dengan guna kelebihan yang kita miliki. Maka kita baru dikatakan orang yang bersyukur. Dan jika kita bersyukur. Maka Allah akan menambahi fadhilat atau kelebihan lain yang Allah anugerahkan. Bukan sebagai suatu alasan tertentu, tapi sebagai kewajaran kejadian, sebab sudah Sunatullah, peraturan dari Allah, bahwa kejadian atau sesuatu yang terjadi itu akan menjalar pada kejadian yang lain. Makanya dikatakan, "Lain sakartum la azidannakum",  Apabila kamu bersyukur maka kami akan menambahi untuk 
kalian, sebab sesuatu yang terjadi itu akan menimbulkan kejadian baru. Dan kejadian baru itu memberlukan kelengkapan waktu, ruang, materi pendukung terjadinya.

Contoh sepele/mudah saja, kita mahu makan. Jika kita pergi ke warung nasi. Jika tempatnya jauh kita perlu jalan. Dan jalan harus ada yang membangun. Jika jalan raya, maka harus ada kerikil, aspal/tar, kontraktor, krikil itu harus ada yang mengangkut. Ada kejadian sampai terjadinya berbentuk kerikil, dll.

Jika sampai di warung. Maka warung itu berdiri, harus ada yang mendirikan, dibangun dari kayu. Maka harus ada kayunya, penebang kayunya, yang mengangkut, tukang kayu, dan kelengkapannya. Contoh, kita ambil,  jika ada tukang kayu. Maka tukang kayunya harus dalam keadaan sehat, hidup, kuat, bisa bertukang, punya peralatan lengkap dari ukur sampai gergaji, lalu kita ambil lagi tentang gergaji, harus ada besi, ada pembuat gergaji, ada kikir dan sebagainya.

Itu belum sampai ke nasinya, baru dalam perjalanan ke warung nasi. Begitu banyak dan sambung menyambung suatu kejadian, dengan kejadian lain. Jadi kata simpelnya, Jika kita melakukan sesuatu sesuai dengan cara dan teori yang benar. Maka Allah akan memudahkan terjadinya pendukung lain dari yang menyangkut yang berhubungan dengan perbuatan yang kita lakukan dengan benar. Semua dijadikan mudah, mahu kemana, jalannya mulus, prosesnya lancar, tak ada macet, antara kejadian yang satu dengan yang lain sepenuhnya saling mendukung. Sebab semua seratus persen dalam kendali Allah. Jika kita menjalankan sesuatu tidak sesuai aturan Allah, katakanlah menyalahi aturan yang benar. Maka,  "Laingkafartum inna adzabi lasadid",  Jika kamu ingkar maka azab Allah itu teramat pedih, itu juga suatu kejadian wajar.

Jika kesalahan satu akan menimbulkan kesalahan yang lain. Contoh, pembangunan jalan raya, wang pembangunannya dikorupsi. Jalan dibangun dengan mengurangi bahan ini-itu. Jalan jadi berkualiti 
rendah. Maka jalan menjadi cepat rusak, berlubang, lalu banyak terjadi kecelakaan, macet, kerusakan mobil, pemborosan bahan bakar, unjuk rasa, anarki, pengrusakan, dan terus menyambung pada kejadian-demi kejadian.

 ———————
Waktu Maghrib baru saja berlalu. Selesai berzikir waktu sholat, seperti biasa Aku duduk santai menikmati secangkir kopi dan rokok. Kang Din menghampiriku dengan seorang pemuda. Tetapi ku lihat pemuda itu wajahnya berwarna hitam. “Ada apa Kang?” tanyaku.

“Ini Yan, ada orang mahu minta tolong..” kata Kang Din tetangga rumahku.

“Minta tolong kenapa Kang?” “Ini teman kerja di kantorku, dia itu sakit kok aneh,”

 “Anehnya di mana kang?”
tanyaku hairan.

 “Anehnya, ini kalau Istrinya melihat dia, itu melihatnya seperti kera, jadi istrinya takut, lalu 
kalau mahu berangkat kerja, kaki dan tangannya tak bisa digerakkan, jadi kayak lengket di ranjang.”  jelas Kang Din.

 “Wah, aneh juga kalau begitu.”

 “Apa menurutmu sakitnya diguna-guna? atau dikerjai orang?” 
tanya Kang Din.

 “Wah, kalau itu Aku tidak tahu Kang,”


 “Soalnya kemaren sudah diobati pakai telur, jadi telur dijalankan digelundungkan di atas tubuhnya, dan setelah itu telurnya dipecah, dan ternyata di dalam telur ada jarumnya.”  jelas Kang Din.

 “Terus kemaren juga dibawa ke orang paranormal, katanya dari tubuhnya dikeluarkan ada paku, jarum, gumpalan tanah.”  jelas Kang Din lagi.

“Wah, aneh juga…, tapi Aku gak bisa mengobati Kang..”


“Tolonglah diapakan gitu, kasihan dia, wong ini juga sudah dibawa kemana-mana tapi hasilnya nihil.” 


“Lha, apa waktu dikeluarkan pakunya tidak sembuh?”  tanyaku.

 “Yah, begitulah tidak sembuh.”  

Sebenarnya seminggu silam, Aku telah diberi tahu tentang orang ini yang dibawa Kang Din. Bagaimana cara mengobatinya, maka Aku tinggal mengobatinya, dengan petunjuk yang ku peroleh.

 “Bagaimana Ian…?”  tanya Kang Din.

Sementara lelaki yang dibawa sama sekali tidak berbicara, hanya mendengarkan pembicaraan kami. Jadi Aku hanya perlu mengucapkan petunjuk yang ku terima lewat mimpi.

“Masnya ini namanya siapa?”  tanyaku kepada orangnya yang sakit itu.

 “Saya bernama Muhajir, Mas..”  jawabnya singkat.

 “Bin nya siapa?”

 “Bin Abdul Munir, Mas..” 
jawabnya lagi.

 “Yakin tidak sampean jika Aku yang mengobati?” 
tanyaku lagi. 


“Yakin mas.”

“Mahu menjalankan syarat yang akan ku berikan?”


“Siap Mas, asal saya bisa sembuh, syaratnya apa Mas?”  tanyanya.

 “Syaratnya sampean harus mengambil kelapa hijau, tapi jangan sampai kelapanya jatuh ke tanah, soal caranya itu terserah sampean bagaimana agar kelapanya tak jatuh ke tanah, entah memakai tambang atau bagaimana, sanggup?”

 “Sanggup Mas.”

 “Nah, besok kalau sudah mendapat kelapa itu sampean bawa kemari kelapanya.”
jelasku.

 “Ya, Mas.. kalau begitu saya mohon diri.”

 “Ya silahkan.”


Memang terkadang secara logik, kadang pengobatan itu secara tak logik. Tetapi sesuatu terjadi itu tak menunggu akal kita menerima baru terjadi. Tetapi segala sesuatu itu terjadi kerana Allah Subahanahu Wa Ta'ala  mengizinkan untuk terjadi, bahkan syaitan saja tahu itu. Makanya ketika dulu Iblis mahu menyesatkan,
anak-cucu Nabi Adam Alaihis Salam, dia meminta izin dulu pada Allah, agar diberi izin menggoda anak-cucu keturunan Nabi Adam Alaihis Salam, sebab jika Allah tidak mengizinkan, maka bagaimanapun remehnya, sesuatu tak akan terjadi.

 Besoknya Muhajir datang lagi, dengan membawa kelapa hijau tiga butir, lalu ketiga kelapa hijau ku do’akan. Dan yang satu ku suruh meminumnya, yang satu ku suruh memakai untuk mandi, yang satu ku suruh memakai untuk mengepel/mob rumah. Dua hari kemudian Muhajir datang disertai Istrinya, dan mengucapkan terima kasih kerana Istrinya tidak lagi melihat pada yang lelaki seperti melihat kera, juga penyakitnya Muhajir telah tuntas tak dirasakan lagi. Tetapi, pada malamnya di atas genteng rumahku terdengar ledakan seperti petasan/mercun. Ada beberapa kali ledakan, terjadi kira-kira jam 1 dini hari. Aku segera melepas sukma, mencari arah cahaya api dari mana datangnya, sukmaku melesat ke arah Cirebon, dan berhenti di sebuah rumah.

Aku pun melesat ke dalam rumah, bau menyan serasa menyengat, dan di dalam rumah seorang lelaki berpakaian batik bertubuh pendek, tengah melakukan "ritual tenung", Lalu ku buat lingkaran membentengi ruang gerak kekuatan lelaki itu, sebentuk seperti lingkaran balon tembus pandang, lelaki itu mencoba berulang-ulang mengirim santetnya, tapi selalu mental mengenai dirinya sendiri, dia hairan, dan mengulangi. Tetapi tetap saja jarum, paku, silet yang dikirimkan tetap membalik mengenai dirinya sendiri.

“Ada apa ini? Sial siapa yang memberi pertolongan kepada sasaranku..”  dengus lelaki itu, Aku hanya menggeleng melihat tingkah lakunya. Lalu. Aku pulang ke rumah, masuk kembali ke dalam ragaku.

———————
Aku sedang melakukan kerja sama dengan Mahmud, dia yang menanggung segala penerimaan pembayaran usaha kami, dan Aku yang menjalankan usaha, di awal-awalnya pembayaran yang dia berikan lancar. Tetapi hairan ini sudah sebulan berlalu tapi pembayaran tak kunjung dia berikan. Padahal secara perhitungan,
bagian yang ku terima 6 juta kadang ada dalam satu minggu, sebab pendapatan memang tak pasti kerana tergantung jalannya usaha yang ku jalankan. Aku mendatangi Mahmud, dia orang kaya yang banyak usahanya. Ada toko elektronik. Ada penjualan sepeda motor, juga usaha yang ku tak tau apa lagi.

 “Mas Mahmud, ini soal pembayaran bagian saya bagaimana kok tidak ada ku terima pembayaran.”  kataku ketika berhadapan dengan Mas Mahmud.

 “Itu Ian untuk bulan ini tak ada wang, semua wangnya habis untuk pembelian bahan.”  jawab dia.

 “Lhoh, bahan apa lagi, kan Aku yang mengerjakan, jadi melihat beli tidaknya bahan.”  kataku hairan dengan pernyataannya.

“Ya, nyatanya wangnya sudah habis.”  katanya ngotot.

 “Ya, kalau begitu caranya, ya saya yang rugi, mana ada bekerja tidak dibayar, mana ada orang mahu.”  kataku, karena sudah merasa diakali

“Ya, kenyataannya seperti itu, mahu bagaimana lagi.”

 “Ya, Sudah kalau seperti itu, kita hentikan saja kerja sama kita, sebab ini jelas merugikan saya, kalau sistemnya tidak saling menguntungkan.”
   jelasku.

 “Ya, kalau sampean ingin membatalkan ya,  sampean tidak mendapat bagian apa-apa.”  katanya.

 “Tidak apa-apa jika saya tidak dapat apapun, daripada nantinya kita lanjutkan saya akan makin dirugikan.”  kataku agak jengkel juga menghadapi orang seperti itu.

 Aku pun pulang, tapi dua malam kemudian Aku merasa aneh, rumahku seperti suntuk, sumpek, toko ku juga sama sekali tak ada yang membeli, bahkan satu orang pun tak ada yang membeli. Seperti toko tidak terlihat oleh orang yang lewat saja. Dan serasa udara dalam rumah serasa suntuk. Ada apa sebenarnya, ku coba meraga sukma, melihat apa sebenarnya yang terjadi. Ternyata 
di ghaib rumahku seperti dikurung aura gelap sekali.

Kelebihan meraga sukma itu bisa melacak ke masa yang lewat, kita bisa menelusuri ke dunia masa yang lewat, tinggal meraga sukma ke waktu yang kita tuju. Tetapi dengan cara awal berangkat, jadi tak bisa dilakukan setelah meraga sukma. Tetapi bisanya dilakukan dengan tujuan waktu yang dituju sebelum meraga sukma. Aku segera kembali ke tubuh, dan mulai lagi melacak siapa yang berbuat membuat rumahku dilingkupi aura hitam. Segera sukmaku melesat ke arah waktu dan tempat. Dimana Mahmud dan Istrinya sedang duduk di hadapan seorang dukun, dan sedang mengerjai rumahku. Aku jadi tahu, kenapa Mahmud tak mahu membayar pembagian wang kerja sama kami. Aku kembali lagi ke tubuhku. Dan besoknya meminta seseorang untuk memperingatkan kepada Mahmud, supaya menarik kekuatan jahat yang dipakai untuk mengganggu rumahku. Eehh, malah Mahmud marah-marah, dan malah menuduhku memakan wangnya, mencuri uangnya.


Aku berusaha sabar. Tetapi anehnya, setelah Mahmud menjelek-jelekkanku. Ada seorang gila yang meminta rokok. Sebenarnya di dekat Mahmud ada banyak orang, Tetapi yang dimintai kok kebetulan Mahmud. Dan Mahmud tak memberi rok0k lalu orang gila itu marah dan memukul Mahmud, dipukul sampai giginya lepas tiga. Aku tak perduli pada cerita orang yang ku suruh, soal orang gila yang memukul Mahmud itu, Aku meminta pada orang yang ku suruh memperingatkan Mahmud lagi, agar menarik kekuatan jahat yang dikirimkan ke rumahku itu, sampai peringatan yang ku berikan telah tiga kali. Lalu aku berinisiatif mengembalikan kekuatan jahat kepada pengirimnya.

Malam itu telah ku rencanakan untuk mengembalikan semua kekuatan jahat pada Mahmud. Maka, Aku duduk bersila menghimpun semua zikir, meminta pada sang pemberi kekuatan yaitu Allah Subhanahu Wa Ta'ala, lalu setelah semuanya kekuatan terkumpul, bumi ku gedor, serasa pusaran kekuatan dahsyat membuyarkan kekuatan yang melingkupi rumahku, dan terdengar jeritan,

“Ampuuun..! ampuuuun..”  dari puluhan Jin yang dikirim ke rumahku.

Segera ku lepas sukma, kerana memburu, bicara dan menangkap Jin dengan badan wadak tanpa mediator amatlah sulit, sementara aku sendirian, Aku melompat, dan menghadang berbagai Jin yang mencoba lari dari gebahanku, yang paling tinggi berbentuk raksasa dan berbadan hitam ku hentikan, dia langsung menekuk tubuh sujud minta ampun. Padahal tanganku sudah ku isi cahaya dari Ya, Latif, sehinga berwarna putih keperakan. Jika ada yang melawan, Aku sudah siap meleburnya lumer menjadi cairan. Tapi ternyata tak ada yang melawan, semua langsung bersimpuh takluk, Aku melayang menunggu, semua terdiam. Ada tiga belas Jin, beberapa sosok berbentuk cebol kecil, dengan telinga lancip dan dagu kecil serta tubuh katai, yang paling Aku perhatikan adalah yang bertubuh tinggi. Mungkin tingginya ada lima meteran. Tubuhnya hitam legam, dan tak memakai pakaian sama sekali, tapi tubuhnya dipenuhi bulu.

 “Kalian tahu kesalahan kalian?” 
tanyaku ku buat kereng. 

“Ampuuun… ampun, kami hanya diperintah…!”  kata Jin yang bertubuh besar, dan berbibir tebal

 “Aku tahu kau dan teman-temanmu hanya diperintah, maka dari itu, Aku ingin kalian kembali pada yang memerintah,”  kataku.

“Kami tak berani…” 
kata Jin yang bertubuh besar.

“Hm… kalau begitu, kalian tahu apa yang ada di tanganku ini? Jika ku hantamkan kalian, apa yang terjadi,”  kataku mengancam.

“Ampuuun…!”  kata mereka, semua serentak, dan bersujud-sujud.

 “Bagaimana, apa kalian mahu kembali ke pengirim kalian, atau kalian memilih lebur musnah …”   kataku sambil menambah konsentrasi lafaz ya latif ke tangan kananku, sehingga warna terang keperakan makin menyala.

“Baik, kami akan kembali kepada pengirim kami, lalu apa yang harus kami lakukan?”  kata Jin yang bertubuh besar

“Kalian lakukan saja apa yang pernah diperintahkan oleh pengirim kalian kepada kalian, untuk melakukan sesuatu hal buruk padaku, Nah kalian sanggup kan?”

“Ya, kami sanggup.”  jawab mereka serempak.

“Nah, sekarang kalian boleh pergi.” 
kataku sambil menyingkir. Dan semua Jin kemudian beranjak pergi, akupun kembali pada raga yang ku tinggalkan.

 ————————
Yang terjadi kemudian sungguh membuatku amat tercengang. Pertama yang terjadi rumah Mahmud jadi angker, Istri dan anaknya takut tinggal di rumah, sehingga minta pulang ke rumah istrinya. Bahkan orang yang lewat di sekitar rumah Mahmud pun jadi takut lewat samping rumah itu. Jika malam kadang terdengar suara seram, kadang terdengar tembok digedor-gedor, berbagai paranormal sudah berulang kali dan bergantiganti didatangkan untuk membersihkan rumah 
itu. Tetapi ujung-ujungnya, kalau tidak pingsan ya,  lari kabur dari rumah itu.

Entah bagaimana prosesnya, Toko Elektronik nya Mahmud kesandung masalah, dan semua Elektronik disita oleh pihak yang juga telah bekerja sama dengan Mahmud. Juga Dealer motor, juga kesandung masalah, sampai kemudian ketahuan kalau Mahmud banyak menanggung hutang pada Bank. Dan rumah yang pernah ditinggalinya ditawarkan mahu dijual seratus lima puluh juta. Tetapi orang hanya mahu menawar seratus juta. Beberapa hari kemudian akhirnya Mahmud mahu menjual rumahnya seharga seratus juta. Tetapi yang menawar hanya berani limapuluh juta, Mahmud tak mahu. Tetapi beberapa hari kemudian dia mahu menjual rumahnya limapuluh juta. Tetapi yang menawar hanya mahu duapuluh lima juta, begitu terus terjadi.Sampai akhirnya rumah terjual tiga juta. Dan itupun setelah ada perjanjian Mahmud akan merobohkan rumahnya sendiri.

Dan bukan cuma sampai di situ, Istri Mahmud minta cerai, dan anak-anaknya tak ada yang mahu 
tinggal dengannya, Mahmud tinggal di bekas kandang sapi tetangganya. Semua itu terjadi dalam masa cuma tiga bulan, Aku membayangkan bagaimana jika seandainya hal itu menimpa diriku dan keluargaku. Kadang Aku sendiri merasa kasihan dengan keadaan Mahmud. Tetapi seandainya tidak begitu pasti yang dia lakukan pada orang lain tak akan berhenti, dan sampai pada diriku, pasti orang sebelum diriku yang dikerjai Mahmud sudah banyak korbannya, dan pas kebetulan dia ketemu batunya.

Segala perjalanan apapun yang terjadi, maka itu tak ada artinya jika kita tidak bisa mengambil sebagai pelajaran, menyerap kandungan hikmah apa yang tersimpan di dalamnya. Sehingga segala keputusan dan apa yang seharusnya dilakukan ketika menghadapi hal yang sama. Begitu juga bagi diriku sendiri. Apapun yang dihadapi, kepanikan sekali-kali bukan jalan keluar, ketenangan mengambil sikap, akan menghasilkan keputusan yang terbaik. 


Jika kita menyandarkan diri pada Zat yang paling kuat yaitu Allah Azza Wa Jalla, Maka kita akan menjadi kuat. Dan jika kita menyandarkan pada selain Allah Ta'ala, siapapun selain Allah itu pasti mati, terhalang. Tidak ada manusia atau apapun ciptaan Allah itu sakti, dan punya kelebihan kecuali Allah yang memberi kelebihan, seperti burung yang terbang, atau ikan yang tahan hidup di dalam air.  [HSZ] 

To be Continued.....

#indonesia#misteri#KisahKyaiLentik  #KyaiLentik, #KisahSangKyai, #KisahSufi, #SangKyai,

    RELATED POST

Misteri Nusantara
Novel Collection
The Story of The Prophet Muhammad SAW

No comments