Kini 2 Tahun Sejak Thufan Al Aqsha - Anda dan Saya Sadar Dunia Sudah Tidak Lagi Sama
Kini 2 Tahun Sejak Thufan Al Aqsha - Anda dan Saya Sadar Dunia Sudah Tidak Lagi Sama
"Apakah dunia telah belajar sesuatu dari da4ah yang tumpah?Atau kita masih akan menunggu badai berikutnya, untuk kembali terkejut oleh derita yang kita diamkan sendiri?"
Dua Tahun Taufan Al-Aqsha: Dari Bara Gāzā - Pālësṭīne ke Kesadaran Dunia
- Dua tahun sudah berlalu sejak bumi Gāzā - Pālësṭīne terbakar oleh badai yang dinamakan Thufan (Taufan) Al-Aqsha
- Tarikh 7 Oktober 2023 bukan sekadar penanda waktu, melainkan luka terbuka dalam sejarah moden umat manusia.
- Taufan itu bukan sekadar serangan; ia adalah jeritan kemarahan yang menumpuk selama 75 tahun penjajahan.
-
Ia adalah tangisan Ibu-Ibu di Deir Yassin → darah yang membasahi Sabra dan Shatila. Dan teriakan anak-anak di Gāzā - Pālësṭīne yang lahir tanpa pernah mengenal arti damai.
- Dan ketika badai itu datang, ia membawa pesan yang mengguncang dunia:
“Kami masih ada. Kami belum m4ti. Dan kami akan melawan sampai akhir.”
- Dua tahun setelahnya, Gāzā - Pālësṭīne bukan lagi sekadar wilayah — ia telah menjelma menjadi simbol perlawanan global.
- Dari Asia hingga Amerika Latin, dari jalanan Istanbul hingga Johannesburg, nama Gāzā - Pālësṭīne menggema, bukan hanya sebagai isu politik → Tetapi sebagai nurani kemanusiaan yang terluka.
- Dunia mulai melihat, bahwa di balik propaganda dan senjata canggih, ada ketimpangan yang nyata: → yang satu memiliki rudal (p3luru kendali/ berpandu) yang lain hanya memiliki do'a.
- Namun do'a-do'a itulah yang kini mengguncang hati umat manusia.
-
Dua tahun berlalu → dan meski ribuan rumah runtuh→ semangat itu tidak pernah padam.
-
Di setiap reruntuhan → masih ada tangan kecil yang menggenggam batu.
- Di setiap malam yang diselimuti drone dan b0m → masih terdengar lantunan ayat-ayat Al-Qur'an dari bibir yang kering oleh debu dan d4rah.
- Dan di setiap jiwa yang syahid → ada api yang menyalakan seribu lagi untuk berdiri tegak.
- Taufan Al-Aqsha bukan hanya tentang perang — ia adalah puncak kesadaran umat → bahwa penjajahan tak bisa dibiarkan lebih lama. Bahwa Gāzā - Pālësṭīne bukan sekadar tanah → Tetapi ujian moral bagi seluruh dunia.
Kini, dua tahun setelah badai itu meletus, pertanyaannya bukan lagi “siapa yang menang” atau “siapa yang kalah.” Pertanyaannya:
"Apakah dua tahun setelah Taufan Al-Aqsha, dunia masih mencari arti dari keadilan dan kemanusiaan?."
"Tetapi di Gāzā-Pālësṭīne, mereka tak menunggu lagi — sebab mereka tahu, meski dunia bisu, Allah Ta'ala tetap mendengar".
CAKRAWALA NEWS -- KUALA LUMPUR -- Dunia yang Tak lagi Sama...
Apa hanya Aku saja yang merasakan, atau Anda juga? Tentang makin mudahnya kita menemukan konten memeluk Islamnya orang-orang Barat yang disiarkan di media sosial.
Mulai dari mantan marinir -- artis dan influencer. Hingga yang paling baru: salah satu crew Global Sumud Flotilla yang berasal dari Italy.
Suka atau tidak suka, dunia tahu bahwa gelombang memeluk Islam sebesar ini terjadi sejak keteguhan iman-taqwa Rakyat Gāzā telah mengguncang banyak jiwa. Mungkin Anda dan aku juga salah satunya.
Wajah Teduh Uncle Khalid...
Dalam buku Thufan Al Aqsha Wa Mubassyirat An Nashr, penulis bernama Muhammad Futouh Ahmad menjelaskan beberapa kesaksian pengurus persatuan Umat Islam di Perancis dan Britain, UK. yang bahkan menggambarkan bahwa prosentase masuk Islamnya orang-orang sejak Thufan Al Aqsha bisa mencapai 400% → angka yang fantastik.
Dan megahnya, kebanyakan memutuskan untuk belajar Islam setelah melihat senyum Uncle Khalid yang terkenal dengan ungkapan "ruuhur riuh", soul of my soul. Diksi singkat itu menghujam dalam di jiwa-jiwa muda Eropah.
2 tahun Thufan Al Aqsha...Sudah tepat 2 tahun Thufan Al Aqsha membanjiri alam fikiran dan alam kehidupan nyata kita. Banyak di antara kita mengalami "disonansi kognitif", saat memutuskan hidup harus tetap berjalan tapi tak sampai hati melihat Gāzā dibantai dan anak-anaknya hidup tanpa bahan makanan yang cukup.
Ada banyak hal baru sejak 7 Oktober 2023 itu: yang akhirnya tahu bahwa yang terjadi adalah penjajahan → yang akhirnya belajar Masjid Al-Aqsha di mana → yang akhirnya mulai berlatih menyingkirkan produk penjajah Z10N1$ Isrāhell Laknatullah "Alaihim dari meja makan dan juga alat-alat mandi--kebersihan diri.
Ada gebyar kesadaran (Celebration of Awareness) sejak Thufan Al-Aqsha, yang telah mengubah hidup kita selama-lamanya. Anda sadar itu kan kawan? Yang suka film Marvel rela tidak menonton demi menjaga komitmen.
Pernak-pernik semangka/tembikai 🍉(Watermelon knick-knacks) itu mulai dipakai sebagai bentuk keberpihakan oleh banyak kalangan.
Artis seperti Gal Gadot dibuat hancur imagenya kerana menyokong penjajahan Z10N1$ Isrāhell Laknatullah "Alaihim Gerai-gerai penyokong pembantaian satu persatu mengalami rugi besar. Betul kata Ahmad Mansur, Jurnalis senior Al Jazeera, "dunia sebelum 7 Oktober 2023 berbeza dengan dunia setelahnya."
Gāzā Membongkar Hal-hal Besar!Sang Arkitek Thufan Al-Aqsha, As-Syahid Y4hya Sinw4r pernah mengatakan, "Kota ini —Gāzā - Pālësṭīne — akan membongkar semua para pelaku normalisasi → akan mempermalukan semua penyusun makar. Dan akan menyingkap hakikat semua yang lalai dan mengalah."
Dan, benar. Ini terjadi bahkan setelah beliau meraih kesyahidannya, dengan cara yang amat legend -- duduk di sofa berdebu -- membawa tongkat -- berjuang sampai akhir meski d4rah mengalir deras. Dan beliau menjadi ikon kepahlawanan seperti Joan of Arc bagi Perancis atau Omar Mokhtar bagi Libya.
Anas Sharif Dilanjutkan Greta Thunberg...Thufan Al-Aqsha, di peringatan 2 tahunnya, ditandai dengan gelombang kehebatan justru dari arah Negara Barat; → 490 lebih aktivis sedunia yang berlayar dari Negeri-Negeri legend menuju Gāzā - Pālësṭīne. Greta Thunberg meneruskan panji Anas Sharif.
Dan selamat datang pula di sebuah zaman dimana menjadi seorang Z10N1$ adalah sebuah kehinaan. Tidak diterima. Tidak punya tempat. Tidak bisa bersosialisasi. Tidak dapat lagi membuat propaganda tandingan. Semuanya yang musuh miliki telah usang. Dan kemerdekaan Pālësṭīne. tinggal hanya masalah waktu.
Meski begitu, ini juga adalah kisah tentang umat 2 bilion yang masih tertidur. Masih nyaman dalam selimut.
Genderang telah ditabuh sementara umat Islam ini masih menguap dan bercuap-cuap. Hadits tentang Al Wahn — cinta dunia dan benci mati— berlaku atas kita: → Saat jumlah begitu banyak → namun seperti riuh buih yang terombang-ambing.
Ternyata, 2 tahun ini belum cukup buat kita untuk benar-benar menang. Namun aku suka apa yang dikatakan Dr Yasir Zaatreh, bahwa Thufan Al-Aqsha adalah bidayatun Nashr —awal kemenangan— bagi kita, jika kita mampu merawat ruhnya.
Ia juga bidayatun nihayah —awal dari sebuah akhir— bagi penjajahan dan Z10N1$Me. Mereka tahu bahwa dunia tidak lagi mengharapkannya. Apalagi jika Millenial dan Gen Z sudah pegang kendali kepemimpinan nasional di banyak negara.
Yang membela mereka sudah pada tua. Yang muda-muda, seperti kata survei Harvard → mendukung perjuangan dan tidak seirama lagi dengan kebohongan penjajah Z10N1$ Isrāhell Laknatullah "Alaihim.
Semua ini, ada dalam genggaman Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Dan Allah Ta'ala adalah yang paling hebat makarnya-- paling Mahacerdas pengaturannya; → Tidak pernah meleset. Tidak pernah gagal. Thufan Al-Aqsha, adalah takdir yang luar biasa!
📌 Catatan Editor: Artikel ini di adaptasi dan dengan izin di publish untuk website ini--dari gensaberilmu.com• Media Berteraskan Islam untuk Dakwah Sejarah Islamiyah dan Ke-Pālësṭīnean• "Learn History, Repeat Victory"• [HSZ] ✨🌵
👉 CTA (Call To Action):
💬 Bagaimana menurut Anda, apakah artikel ini bagus dan bermanfaat? Sampaikan pandangan Anda di kolom komentar dan jangan lupa bagikan/share artikel ini agar semakin banyak orang peduli dengan Sejarah Islamiyah dan kisah-kisah para Nabi-Nabi عَلَيْهِ السَلاَمُ Radhiallahu 'Anhum 🤲🤲 InsyaAllah 😘 Aamiin Ya Rabbal 'Alamin🤲🤲🤲
Editor: Helmy El-Syamza
Follow me at;⭐
facebook.com/helmyzainuddin
CAKRAWALA NEWS:
https://t.me/cakranews
www.tiktok.com/@romymantovani
twitter.com/romymantovani
TAGS : Kisah Rasulullah International, Islamic World,
No comments
Post a Comment