Pada Siapapun yang Memimpin: Akhirnya Kekerasan Tak Akan Memenangkan Apapun

 <img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="Pada Siapapun yang Memimpin: Akhirnya Kekerasan Tak Akan Memenangkan Apapun ">

Pada Siapapun yang Memimpin: Akhirnya Kekerasan Tak Akan Memenangkan Apapun 

<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="Pada Siapapun yang Memimpin: Akhirnya Kekerasan Tak Akan Memenangkan Apapun ">

  • Setelah Nabi Muhammad ﷺ kembali dari Thaif, setelah mereka (Kaum Thaif) menyakitinya, melemparinya dengan batu, dan mendustakannya, Baginda Rasulullah ﷺ berkata kepada Zaid Radhiallahu 'Anhu dengan kalimat yang penuh keyakinan dan kepercayaan kepada Allah Ta’ala:

<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="Pada Siapapun yang Memimpin: Akhirnya Kekerasan Tak Akan Memenangkan Apapun ">

  • "Wahai Zaid, sesungguhnya Allah pasti akan menjadikan dari apa yang engkau lihat ini sebuah jalan keluar dan kelapangan. Dan sesungguhnya Allah akan menolong agama-Nya serta memenangkan Nabi-Nya."

<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="Pada Siapapun yang Memimpin: Akhirnya Kekerasan Tak Akan Memenangkan Apapun ">

  • Begitulah seharusnya keyakinan kita terhadap janji Allah: bahwa semua rasa sakit dan penderitaan yang terjadi sekarang hanyalah pendahuluan bagi kebangkitan umat -- kejayaannya -- dan keberhasilannya —Syaikh Ahmad An Nufais.
<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="Pada Siapapun yang Memimpin: Akhirnya Kekerasan Tak Akan Memenangkan Apapun ">

CAKRAWALA NEWS --  Dalam 
kajian kitab Raudhatain fi Akhbar Ad Daulatain yang disampaikan Syaikh Ahmad Sayyid -- sebuah kitab yang membahas biografi Nuruddin Zanki -- Shalahuddin Al-Ayyubi dan bagaimana proses bebasnya Baitul Maqdis.

Sampailah kita pada satu tema: bagaimana bisa 
Shalahuddin Al Ayyubi menjadi pemimpin dengan mulus/sukses. Padahal usianya masih muda, dan ada banyak orang-orang yang jauh lebih berpengalaman darinya?

Pertanyaan itu dijawab singkat-- tetapi dalam dalam tulisan Syeikh Imaduddin Al Katib, saat beliau menulis tentang Shalahuddin Al-Ayyubi, "beliau lebih terlihat mahabbahnya pada rakyatnya -- melebihi mahaabahnya."

Coba perhatikan, apa bezanya "mahabbah" 
(محبة) dan "mahaabah" (مهابة) ?

Mahabbah (محبة) adalah rasa cinta -- sedangkan mahabah (مهابة) adalah kewibawaan dalam memimpin.

Singkatnya 
Syeikh Imaduddin Al Katib ingin menjelaskan pada kita bahwa Shalahuddin Al-Ayyubi memang sangat berwibawa. Pasukannya besar. Powernya kokoh/kuat. Beliau juga seorang perwira militer/tentara. Tetapi-- untuk meraih hati rakyat, Shalahuddin Al-Ayyubi lebih dikenang kerana cinta dan kelemah--lembutannya.

Siapapun kita yang menjadi pemimpin-- dimana-mana lapisan/peringkat dan organisasi manapun, sangat perlu memiliki dua hal itu: "mahabbah dan mahaabah".

Namun -- leadership manapun yang menginspirasi adalah tentang mereka yang membersamai rakyatnya bukan sebagai bos yang menyuruh-nyuruh.

Apalagi seorang tukang lecut/penyebat yang mencambuk-cambuk. Melainkan sebagai seorang leader; mendengar-- menerima -- memberi teladan -- menginspirasi. Bahkan menjadi suara bagi mereka yang dibungkam suara dan haknya. Kewibawaannya ada -- tetapi kelembutan dan kasih sayangnya lebih bersemangat.

Itulah yang ternyata pernah disabdakan oleh Rasulullah ﷺ suatu hari, "Sesungguhnya Allah itu Mahalembut -- Dia mencintai kelembutan -- meredhainya, dan memberikan pertolongan dalam hal kelembutan yang tidak diberikan-Nya dalam hal kekerasan" (Hadits Riwayat Muslim).

Sejak memahami hadits ini -- kita bisa jadi belajar bahwa kelembutan adalah kekuatan yang sebenarnya. Kekerasan sepertinya kelihatan bekerja efektif. Cepat dalam memberi impact.

Tetapi, pada akhirnya orang-orang hebat dalam sejarah kepemimpinan -- adalah mereka yang punya kekuatan. Dan kekuatannya itu dibingkai dalam kelembutan.

Justeru oleh yang demikian -- bagi siapapun yang memimpin hari ini; bahkan mereka yang membuat kebijakan/dasar di skala nasional; "Mari memahami bahwa sejarah tidak pernah mencatat pelaku kekerasan sebagai tokoh yang abadi dikenang.

Bahkan Ummul Mukminin Khalifah Sayyidina Umar bin Al-Khattab Radhiallahu 'Anhu  yang dalam literatur/kesusasteraan sejarah Islam dikenal tegas dan lugas/lurus (firm and straightforward).

Tatkala menjadi Khalifah beliau malah menjadi lembut dan penuh rasa cinta.
Beliau suka bicara dan berdiskusi dengan anak muda.

Sebagaimana Imam Zuhri mengabadikan. Beliau pun memahami ayat ini: "Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar-- tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu..."

📌 Catatan Editor: Artikel ini di adaptasi dan dengan izin di publish untuk website ini--dari gensaberilmu.com Media Berteraskan Islam untuk Dakwah Sejarah Islamiyah dan Ke-Pālësṭīnean• "Learn History, Repeat Victory"• [HSZ] ✨🌵  




👉  CTA (Call To Action):

 💬 Bagaimana menurut Anda, apakah artikel ini bagus dan bermanfaat? Sampaikan pandangan Anda di kolom komentar dan jangan lupa bagikan/share artikel ini agar semakin banyak orang peduli dengan Sejarah Islamiyah dan kisah-kisah para Nabi-Nabi عَلَيْهِ السَلاَمُ Radhiallahu 'Anhum 🤲🤲 InsyaAllah 😘 Aamiin Ya Rabbal 'Alamin🤲🤲🤲

Editor:  Helmy El-Syamza

Follow me at;
facebook.com/helmyzainuddin
CAKRAWALA NEWS:
https://t.me/cakranews

www.tiktok.com/@romymantovani
twitter.com/romymantovani

 TAGS : Kisah Rasulullah  Jazirah Arab  Makkah Al-Mukarramah  Islamic History

  RELATED POST:


Serangan Penj4jah ke Qatar, Global Sumud Action dan Tadabbur Sejarah Menggetarkan


Tarikh 3 September 1260: Tentang Ain Jalut, dan Cara Kita Melihat Krisis Sebagai Peluang

No comments

Cakrawala News Logo