
Media Sebagai Alat Konflik Intelektual antara Emiriah Islam dan Barat
- Synopsis -- Make Islam great again! -- Presiden AS, Donald Trump akhirnya mengirimkan sebuah delegasi Amerika ke Kabul-Afghanistan.
- Delegasi itu tampak jelas dengan tanda-tanda kehinaan dan kerendahan, duduk berhadapan dengan para pemimpin Emiriah Islam Afghanistan (Islamic Emirate of Afghanistan), dengan tujuan meminta pembebasan seorang tawanan Amerika.
- Delegasi itu mewakili Amerika yang konon “super power”. Namun telah dipermalukan oleh para pejuang Allah Azza Wa Jalla di Afghanistan.
- Mereka datang tunduk kepada syarat-syarat yang ditetapkan oleh pimpinan Emiriah Islam Afghanistan yang menang. Sesuai dengan prinsip dan adab mereka dalam memperlakukan penjajah yang kalah. Tidak ada bendera yang boleh berkibar kecuali bendera Emiriah Islam Afghanistan, dan tidak ada kata yang berlaku kecuali kalimat tauhid.
- Inilah kemuliaan Islam -- keagungan kerana agama. Dan kebanggaan terhadap Aqidah. Di negeri itu, orang Amerika tidak boleh mengucapkan sepatah kata pun kecuali dengan izin dan cara yang dikehendaki oleh para pemimpin jihad Emiriah Islam Afghanistan.
- Semoga Allah senantiasa menjaga kemuliaanmu, Wahai Emiriah Islam Afghanistan (Islamic Emirate of Afghanistan) ❤️
 |
Tidak ada bendera yang boleh berkibar kecuali bendera Emiriah Islam Afghanistan |
CAKRAWALA NEWS - Invasi/Pencerobohan intelektual Barat dan peran media
Di zaman kita kini-- peranan media sangat nyata: ianya membentuk kesadaran masyarakat dan mengarahkan opini publik. Di dunia Islam, kita jelas menghadapi peperangan berat yang bertujuan mendiskreditkan Islam -- merusak sejarahnya yang mulia. Dan menghancurkan pondasi peradabannya.
Ironisnya, bukan hanya pihak Barat yang melancarkan serangan ini; salah satu alat terampuhnya justru berasal dari sebagian anak--bangsa kita sendiri yang berbicara dengan bahasa kita.
Orientalis British, Hamilton Gibb, sudah memperingatkan fenomena ini sejak lama. Dalam bukunya "The Orientation of the Islamic World" ia menegaskan bahwa sekolah dan lembaga saja tidak cukup; diperlukan pembentukan opini publik melalui pers/mesia akhbar, kerana media pers adalah salah satu alat Eropah yang paling kuat dan berpengaruh di dunia Islam-- dengan kecenderungan sekuler yang kuat di banyak redaksi/editorial nasionalis (nationalist editorial).
Peringatan ini menunjukkan betapa lebih awal mereka menyadari pentingnya media untuk mengarahkan masyarakat. Seorang pakar komunikasi Negeri China mengatakan: “Perang media adalah seni menang tanpa bertempur.” Namun ia menambahkan bahwa perang ini hanyalah pendahuluan untuk kemenangan; jika propaganda gagal mencapai tujuan, media harus mempersiapkan kondisi yang memungkinkan kemenangan militer.
Bukti keseriusan invasi/pencerobohan intelektual-media ini tampak dalam laporan resmi yang menyebut Amerika Syarikat mengalokasikan (allocate/memperuntukkan) ratusan juta dolar per tahun untuk mendanai media yang ditujukan ke dunia Arab, termasuk stesen seperti Al-Hurra yang dikelola oleh Middle East Broadcasting Networks (MBN) di bawah pengawasan USAGM. Menurut laporan resmi, anggaran tahunannya mencapai sekitar 132 juta dolar untuk 2024, ditambah alokasi cadangan (peruntukan rizab/reserve allocation) untuk krisis.
Sejalan dengan itu, dukungan finansial dan moral bagi media “westernizing” di dunia Islam terus berlanjut—sebuah upaya gigih menciptakan kesadaran alternatif yang melepaskan generasi dari identiti, tanah air, dan nilai-nilainya, sehingga tunduk kepada sistem pemikiran Asing.
Media dan konflik ideologi: 'perang yang tak kalah penting dibanding senjata'
Media punya peranan penting menyalurkan informasi dan fakta tentang peristiwa dunia, membantu publik mengikuti perkembangan, dan mengambil keputusan penting.
Namun media memiliki dua wajah: sisi positif yang membangun kesadaran dan menyebarkan nilai-nilai Islam; dan sisi negatif ketika media Barat menyebarkan berita palsu dan menyesatkan untuk menembus dan merusak nilai-nilai di masyarakat Islam, menghasilkan generasi yang terasing dari identiti agama dan budayanya.
Salah satu bentuk invasi intelektual yang paling berbahaya adalah pencucian otak lewat program hiburan dan talkshow politik yang tampak polos namun disusupi pesan terarah untuk merongrong prinsip-prinsip Islam dan memutarbalikkan maknanya.
Di era dominasi Barat atas media -- medan tempur tidak lagi terbatas pada garis depan fisik — ia meluas ke ranah fikiran dan konsep. Musuh Islam sangat faham bahwa kemenangan tidak cukup hanya dengan pendudukan militer; harus ada penetrasi/penembusan sosial dan pemalsuan konsep. Kerana itu media dijadikan senjata utama dalam konflik ideologis melawan umat Islam.
Dalam sistem Barat, media bukan alat netral melainkan “soft weapon/ senjata lunak”—kadang kotor—yang dipakai untuk menyebarkan kebohongan dan menyesatkan kesadaran dengan tujuan merongrong/menggugat prinsip-prinsip Islam dan mencemarkan penerapan syariah -- sebagaimana terlihat di Afghanistan pasca berdirinya regime Islam.
Senjata media itu sering disamarkan sebagai “kebebasan”-- “hak asasi”-- dan “demokrasi”. Padahal sejatinya merupakan front perang pemikiran yang bertujuan mengubah Muslim yang gagah menjadi pengikut yang penurut. Mengubah mujahid setia menjadi peniru yang terpesona/ditawan Barat. Sehingga kehilangan identiti dan loyalitinya kepada umat.
Seperti yang dikatakan Joseph Nye dalam "Soft Power" (2004): “Pertempuran tidak hanya dimenangkan di medan perang; pemenangnya adalah mereka yang memenangkan naratif melalui media.”
📝Penutup 📝
Umat Islam telah menanggung banyak peperangan militer sepanjang sejarahnya, tetapi kini menghadapi ancaman lebih berat: perebutan identiti-- keyakinan-- dan kesadaran—bukan dengan p3luru dan b0m, melainkan dengan gagasan/idea -- citra/imej-- kata-kata/perkataan, dan penampilan.
Musuh kini menyelinap ke rumah dan fikiran kita atas nama budaya, dengan dalih media, serta slogan kemajuan dan pencerahan—berusaha mati-matian membentuk ulang kesadaran umat dan menghapus identitinya.
📌 Catatan Editor: Artikel ini di adaptasi dan dengan izin di publish untuk website ini--dari postingan Abdul Hafiz Ali Tahlil • Media Berteraskan Islam untuk Dakwah Sejarah Islamiyah dan Ke-Pālësṭīnean• "Learn History, Repeat Victory"• [HSZ] ✨🌵
👉 CTA (Call To Action):
💬 Bagaimana menurut Anda, apakah artikel ini bagus dan bermanfaat? Sampaikan pandangan Anda di kolom komentar dan jangan lupa bagikan/share artikel ini agar semakin banyak orang peduli dengan Sejarah Islamiyah dan kisah-kisah para Nabi-Nabi عَلَيْهِ السَلاَمُ Radhiallahu 'Anhum 🤲🤲 InsyaAllah 😘 Aamiin Ya, Rabbal 'Alamin🤲🤲🤲
No comments
Post a Comment