Novel - Menantu Dari Desa Part 14

<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="Novel - Menantu Dari Desa Part 14">

Novel - Menantu Dari Desa 
Part 14- SAH SAH SAH! 

  FORTUNA MEDIA - “Baiklah Ayu, Aku hargai keputusanmu. Akan tetapi Aku tetap menunggu sampai kau siap,” kata Bang Torkis seraya pergi.

Aku tetap pada pendirian, tidak sanggup rasanya punya Suami seperti Bang Torkis bukan kerana dia jahat, akan tetapi entah kenapa dia seperti mengundang orang berbuat jahat. 

   BACA JUGA
Novel - Menantu Dari Desa Part 11
Novel - Menantu Dari Desa Part 12
Novel - Menantu Dari Desa Part 13

Kak Yanti contohnya, dia selama ini baik, biar pun matre, akan tetapi pada dasarnya dia baik, kami sangat akrab. 

Setelah Bang Torkis datang, dia berubah jadi koruptor, bahkan bekerja sama dengan penculik meninggalkan Suaminya. 

Aku tidak bisa bayangkan bagaimana kehidupanku jika jadi Istri Bang Torkis.

“Apaaa, tidak jadi?” kata Kak Lana ketika kukatakan tentang pernikahan yang batal.

“Iya, Kak, batal,”

“Kamu kenapa sih? Ayu, kita harus bicarakan ini dengan semua keluarga,”  kata Kak Lana seraya mengambil telefon dan menghubungi semua orang.

Tak berapa lama kemudian, seluruh keluargaku berkumpul, semua hadir kecuali Kak Yanti yang sudah lari. 

Aku mulai bicara tentang keputusanku menolak lamaran Bang Torkis.

“Kurasa Bang Torkis bawa pengaruh buruk pada keluarga kita, Ayah, semenjak dia datang, keluarga kita berantakan,Eemak entah sudah berapa kali pingsan, Kak Yanti meninggalkan Bang Bayu, Aku diculik orang. Itu belum jadi, bagaimana nanti jika jadi?”  kataku kemudian.

“Sedihnya, padahal Emak sudah mulai pamer punya calon menantu milyarder,”  kata Ibuku.

Ibuku ini memang punya kebiasaan membanggakan Anak-anaknya. Jika mereka lagi berkumpul dengan sesama orang tua, yang dibicarakan selalu tentang Anak.

"Dari pada Emak pingsan terus,”  kataku seraya tertawa. Emak juga ikut tertawa.

“Baiklah Ayu, kalau memang keputusanmu begitu, Ya, kami tidak bisa memaksa, biarpun Ayah ingin sekali kau dapat Suami seperti si Torkis itu. Tetapi kalau kau tak nyaman, ya tak usah,”  kata Ayah.

“Iya Ayu, kami dukung, biarpun masih berharap kau berubah fikiran, siapa tahu aku ikut kecipratan kayanya, hahaha,”😄 kata Kak Lana.

Aku ikut tertawa, akan tetapi tertawa getir. 

Getir memang. Padahal Aku mulai suka Torkis, akan tetapi entah kenapa di satu sisi diriku begitu takut punya Suami seperti dia, rasa takut itu berubah jadi tidak suka, Ya, siapa yang suka sesuatu yang ditakuti. 

Perlahan tidak suka itu berubah jadi benci, Aku jadi benci dengan Bang Torkis, dia telah membuat keluargaku berantakan, kasihan Bang Bayu, dia kehilangan Istri dan anaknya.

Keesokan harinya, Pak Parlin dan Bu" Nia datang ke rumah, ikut juga dua anak mereka, akan tetapi Bang Torkis tidak ikut.

“Kami jauh-jauh datang kemari hendak melamar. Tetapi begini jadinya, batal, jujur saja kami kecewa. Tetapi apa boleh buat,”  kata Bu" Nia.

“Iya, Bu", maafkan Aku, aku takut,”  jawabku.

“Apa yang kau takutkan?”  tanya Bu Nia lagi.

“Aku takut, pokoknya Aku takut, belum jadi saja Aku sudah diculik, Kakak-Ipar kabur, Ibuku sering pingsan,” kataku jujur.

“Orang sekolah yang ikut ujian,”  tiba-tiba Pak Parlindungan bicara.

“Iya, betul, Pak, tapi apa hubungannya, Aku sudah tamat sekolah,”  kataku.

“Sekolah formal mungkin sudah tamat. Tetapi sekolah kehidupan belum, baru begitu ujiannya kamu sudah mundur, kamu itu gagal ujian, padahal kamu sekolah,”  kata Pak Parlin. 

Aku mulai mencerna ucapan Bapak ini, dalam sekali maknanya, pantas saja Bang Torkis sangat mengaguminya.

“Iya, Pak, saya gagal ujian,”

“Sayang sekali, sudah tahu ujian yang dihadapi Bu" Nia?”  kata Pak Parlin lagi.

“Belum, Pak,”.

“Pertama menikah, Aku dianggap miskin, dihina temannya, Aku bahkan tidak pandai memakai sendok waktu itu, bayangkan hinaan yang didapat Nia dari temannya. Aku dianggap pelihara 'babi ngepet', kau masih lumayan, Saudaramu mendukung, Bu" Nia dulu, Adik-Iparnya fitnah kami, Adik lelakinya membongkar rumah kami, temannya melarikan wang kami, Nia pernah kehilangan wang tiga ratus juta, dilarikan temannya. Tetapi dia bisa tahan sampai sekarang,”  kata Pak Parlin.

“Iya, betul itu, Ayu, Anakku juga pernah diculik, kami pernah jatuh miskin, Aku pernah terpental dari kerbau, hahaha, pokoknya ujian itu banyak, Aku bangga bisa lulus,” kata B"u Nia.

Wah, keluarga yang hebat, akan tetapi Aku tidak setangguh Bu Nia, Aku rapuh jika tentang keluarga. Aku bisa tahan menghadapi orang seperti Doli, seperti Naomi, akan tetapi jika harus Kakak-Iparku yang jadi korban, Aku tidak mampu.

“Maaf sekali lagi, Pak, Bu",  kataku.

“Kami mahu pamit pulang saja. Tetapi si Torkis katanya tidak mahu pulang, mahu lanjut cari jodoh di sini, sudah ada juga yang PDKT,”  kata Pak Parlin.

Wah, secepat itu, padahal kata Bang Torkis kemarin dia akan menunggu Aku berubah fikiran.

“Siapa dia, Pak?”  tanyaku penasaran.

“Lupa namanya, tapi katanya janda, tunggu habis masa idah dulu baru nikah, kami pulang sajalah, capek juga kalau menunggu sampai empat bulan, Bu" Nia Kepala Desa, banyak urusannya di Desa,”  kata Pak Parlin.

Hah, janda?, tunggu masa idah? jangan-jangan Naomi, tidak jangan dia, ya Tuhan, jangan dia.

“Apakah Naomi?” tanyaku.

“Sepertinya iya, lupa juga namanya,”

“Jangan dia, Pak, tolong jangan dia,” kataku kemudian.

“Ya, kita mana bisa atur, Ayu,” kata Pak Parlin lagi.

“Baik, Aku mahu dilamar, Aku terima lamarannya sekarang,”  kataku panik, Ya, jelas Aku panik. Jika Naomi yang jadi Istri Bang Torkis, Aku tak bisa terima.

“Benar nih?”  kata Bu" Nia.

“Benar, Bu", Aku terima lamarannya sekarang juga, ini keluargaku saksinya,” kataku.

“Baiklah kalau gitu,” kata Pak Parlin seraya keluar dan pergi ke mobil mereka yang parkir di depan rumah. Sesaat kemudian Pak Parlin kembali lagi membawa wang hantaran yang sudah dihiasi. Wang seratus juta dan emas dua puluh gram, ternyata mereka sudah mempersiapkan.

Pak Parlin menyerahkan hantaran tersebut seraya bicara panjang lebar. Ternyata Bapak ini multi talenta, dia berpidato bagus sekali, dan ditutup dengan do'a bersama. Aku resmi dilamar secara dadakan (mendadak).

“Biar urusannya cepat selesai, sebaiknya kita nikahkan saat ini juga, pesta belakangan,”  kata Ayahku.

“Saya setuju, Torkis ini orangnya terlalu sopan, dia tidak akan mahu berduaan dengan wanita yang bukan mahram,”  kata Bu" Nia.

“Betul sekali, jika sudah nikah kan beres, kita nikahkan secara agama dulu,” kata Ayahku.

“Baik,”  kata Pak Parlin seraya mengambil handphone, dia kemudian menghubungi Bang Torkis, sementara Ayahku memanggil Penghulu yang kebetulan tetangga kami.

Dua Abangku mempersiapkan acara nikah dadakan ini.

Satu jam kemudian, sudah ada Bang Torkis, Penghulu (Tok Kadi) dan beberapa orang saksi.

“Saya terima nikahnya Rahayu Sapitri binti Ahmad dengan mas kawin seratus juta dan dua puluh gram emas dibayar tunai,”  Bang Torkis ucapkan akad nikah dengan sekali tarikan nafas.

“Sah,”

Malam harinya kami akan malam pertama, Kak Lana dan Ibuku sudah menghiasi kamarku seadanya. 

Bang Torkis masuk kamar, Aku duduk di pinggir ranjang.

“Bang, kenapa harus Naomi?”  tanyaku, sudah dari tadi Aku simpan pertanyaan ini.

“Siapa Naomi?”  Bang Torkis justru bertanya balik.

“Kenapa harus Naomi, Bang, Kenapa?”  tanyaku.

“Ayu, siapa Naomi, Aku tidak kenal,”

“Jangan pura-pura, Bang, pas kutolak lamaran Abang, Abang langsung pilih Naomi, Pak Parlin sudah cerita, katanya harus menunggu masa idah habis,”

“Aku tidak mengerti apa yang kau bilang, Dek,” jawab Bang Torkis.

“Tunggu, Bang, Abang tidak kenal Naomi, mantan Istri Doli,”

“Tidak kenal, Dek, ini malam pertama kita lho, Ayu, kok malah bahas Naomi?”

“Abang PDKT sama Naomi, mahu menunggu dia habis masa idah baru Abang nikahi,”  kataku menjelaskan.

“Ah, tidak lah, fitnah darimana pula itu?”

“Pak Parlin cerita, katanya ...!"

Ya, Allah, Aku sudah dikerjai, Pak Parlin itu memang banyak akal. Aku keluar kamar meninggalkan Bang Torkis yang kelihatan bingung.

Pak Parlin dan Ayahku ada di ruang tamu, Aku hendak bertanya, akan tetapi mereka berdua malah tertawa. 

Lhah, Aku benar-benar dikerjai. Ini jenis bohong yang bagaimana ya, Pak Parlin sudah berbohong, sepertinya beliau dan Ayahku yang merencanakan ini.  Next ...[HSZ] 

To be Continued...

Ilustrasi Image; Doc, Romy Mantovani 

Untuk Anda yang belum baca siri Novel yang sebelumnya,

Anda boleh baca disini ; Novel - Menantu Dari Desa

#indonesia, #Novel, #NovelKomedi, #CeritaBersambung, #Cerbung,  #MenantuDariDesa 

No comments