Novel - Menantu Dari Desa Part 11
Novel - Menantu Dari Desa
Part 11-Ipar Memang M4ut
FORTUNA MEDIA - Acara lamaran jadi kacau, Doli terus meracau, dia memegang bibirnya yang sudah berdarah.
“Akan kulaporkan kau ke polisi,” teriak Doli.
BACA JUGA
Novel - Menantu Dari Desa Part 8
Novel - Menantu Dari Desa Part 9
Novel - Menantu Dari Desa Part 10
Sementara Bang Torkis sudah lebih baik, dia tak emosi lagi, Pak Parlin memeganginya.
Doli pergi, sebelum pergi masih sempat dia ucapkan kata ancaman, akan tetapi Bang Torkis tetap tenang. Setelah Doli pergi kami lanjutkan lagi pembicaraan lamaran. Semua sudah disepakati. Maharku seratus juta dan dua puluh gram emas. Tidak ada yang menyinggung soal panjar tersebut.
Acara dilanjutkan dengan makan bersama, ketika Aku menyiapkan makanan di dapur, datang Bu" Nia.
“Ayu, bisa bicara sebentar,” kata Bu Nia.
“Boleh, Bu", boleh,” jawabku seraya memberikan tempat duduk untuknya.
“Begini, Ayu, Torkis itu punya karakter yang unik, kalau orang tidak memahaminya, cenderung tidak suka, dia benci orang sombong, itu kelemahannya, aku bilang kelemahan kerana di kota ini akan banyak bertemu orang sombong. Coba bayangkan jika setiap hari bertemu orang seperti mantan pacarmu tadi, setiap hari dia akan berkelahi,” kata Bu" Nia.
“Oh, jadi bagaimana cara menghadapinya, Bu"?” tanyaku lagi
“Harus kau dampingi, dia itu murid kesayangan Suamiku, dia punya kemampuan khusus yang tak bisa orang lain,”
“Wah, kemampuan apa itu, Bu?”
“Seperti mengembalikan barang yang dicuri orang,”
“Oh, apa benar dia bisa membuat orang berpisah?”
“Hahaha,” 😂
“Kenapa tertawa, Bu?”
“Satu lagi, dia itu tidak selugu yang kelihatan, kadang dia bersikap bodoh untuk membuat kita tertawa,”
“Ooo,”
“Jadi teringat pertama dia tunjukkan photomu di Facebook,”
“Memang bagaimana, Bu"?”
“Dia tunjukkan photomu, katanya dia ingin menjadikanmu sebagai Istri, hanya gara-gara statusmu menemukan kalung emas, katanya orang seperti itu jarang didapat. Tetapi kau sudah punya pacar, dia minta Bang Parlin supaya membuat kau pisah sama pacarmu, Bang Parlin tentu tidak bisa. Mana mungkin orang bisa dipisahkan, akan tetapi kami tetap memberikan semangat. Sebelum janur melengkung pantang mundur, jadi tidak benar itu dia pisahkan kalian,”
“Oh, begitu, Bu".”
“Iya, Ayu, dia mahu ikuti Bang Parlin, punya Istri orang kota, Tidak bekerja setelah menikah.”
“Bagaimana bisa begitu, Bu", tidak kerja memang bisa makan?”
“Kami juga dulu begitu, empat tahun kerja kami hanya keliling Indonesia,”
“Wah, enak dong,”
“Iya, tidak usah khawatir soal materi, tidak kerja pun dia, selalu datang wang hasil sawitnya dari Desa,”
“Berapa, Bu"?”
“Banyak, sekali panen bisa lima puluh juta, dua kali panen dalam satu bulan, hitunglah,”
Wah, calon Suamiku bergaji seratus juta satu bulan, sedangkan manajer saja tidak sampai segitu gajinya. Aku merasa di awang-awang. Calon Suamiku Sultan benaran.
Bang Torkis dan keluarganya akhirnya pulang, semua sudah disepakati. Mereka akan datang antar wang lamaran satu minggu lagi, lalu kami akan menikah dua minggu kemudian. Pestanya akan digelar di rumah kami.
“Ayu, tidak ada yang singgung soal panjar mahar itu ya, Ayu, kurasa mereka sudah lupa, kita belanjakan, Yuk,” kata Kak Yanti, saat itu kami lagi belanja untuk acara antaran.
“Tidak boleh, Kak, nanti ditanya bagaimana?” kataku kemudian.
“Bilang saja habis, orang kaya gitu tidak peduli duit segitu, buktinya tidak mereka tanya,” kata Kak Yanti.
“Biarpun, tidak boleh, Kak.”
“Alah, sini dulu handphone-mu,” Kak Yanti merampas phone dari tanganku, dia kemudian mencari nombor Bang Torkis, lalu ....
“Halo, Torkis, ini Yanti, kakak iparnya si Ayu, jadi gini Torkis, kami lagi belanja ini, kan ada wang panjar, boleh kami belanjakan?”
“Boleh, boleh,” terdengar suara Bang Torkis dari seberang.
“Haa, kau dengar itu, Yu, kau saja yang pelit, itu ATM, cepat ambil,” kata Kak Yanti.
Aku akhirnya mengambil juga, lima juta yang bisa diambil dari ATM tersebut, hari itu kuturuti keinginan Kak Yanti, dia belanja banyak, mulai dari gamis sampai pakaian dalam. Bahkan ketika wangnya masih ada sisa, dia masih mengajak ke gerai handphone katanya mau beli handphone untuk anaknya, ketika wangnya kurang, dia masih minta ATM-ku, kesal juga, akan tetapi kerana Bang Torkis juga sudah izin, kuberikan ATM tersebut pada Kak Yanti.
“Kak, kakak lihat tidak handphone Bang Torkis?” tanyaku.
“Iya, handphone Mito itu, hahaha,” 😀
“Dia yang punya wang saja tidak mahu beli handphone, Kakak?”
“Alah kau, Yu, sekali-kalinya, mumpung ada calon Ipar kaya,” kata Kak Yanti.
Aku turuti keinginan Kak Yanti sebenarnya kerana khawatir dia berulah lagi. Entah kenapa Aku curiga dia yang cerita sama Doli, kerana Aku tidak mahu diajak korupsi. Mungkin Kak Yanti sakit hati, Aku tak ingin ada masalah sampai menikah nanti. Mungkin ini cara membuat Kak Yanti senang, biarlah, toh, bukan wangku.
Jadi juga Kak Yanti beli handphone-nya, wang lima juta ludes juga, Kak Yanti tampak senang sekali, senyumnya terus mengembang.
“Ipar yang baik kau, Yu,” puji Kak Yanti ketika kami hendak pulang.
Kak Yanti memesan taksi online, kami menunggu di depan gerai handphone tak berapa lama kemudian, taksinya datang, Aku lalu buka pintu dan masuk mobil.
“Eh, duluan lah pulang, Yu, masih ada yang mahu kubeli,” kata Kak Yanti kemudian, dia berlari kembali masuk pasar.
Mobil pun jalan menuju pulang, ketika ada persimpangan Aku hairan mobil yang kutumpangi belok arah, bukan ke arah rumah kami, kulihat ke sopir, Aku mulai curiga, tidak ada handphone di depannya layaknya supir taksi online.
“Kita mahu ke mana ini?” tanyaku.
Sopir itu malah diam saja, Aku yang duduk di jok belakang makin curiga. Apa benar ini taksi online? Belum sempat Aku berfikir mobil berhenti mendadak, lalu tiga lelaki bertubuh tegap membuka pintu mobil, Aku diseret paksa keluar dari mobil. Ketika Aku hendak berteriak mulutku sudah disumpal pakai kain, Aku lalu dimasukkan ke mobil lain, mataku ditutup, tanganku diikat, Ya, Allah, Aku diculik.
Aku berontak, kakiku menendang, akan tetapi percuma, mereka lebih kuat. Berteriak pun Aku tidak bisa lagi, mulutku sudah disumpal. Aku hanya bisa melawan dengan do’a. Sementara itu mobil terus melaju entah ke mana, sempat juga kurasakan jalan yang jelek. Sampai akhirnya mobil berhenti, Aku kembali dipaksa, diseret keluar dari mobil.
Ketika kain yang menutup mataku dan mulutku dibuka yang pertama kulihat adalah Doli. Ya, Tuhan.
“Bajingan kau!” teriakku.
“Maaf, Ayu, Aku tidak bisa terima dipukul oleh lelaki udik itu,”
“Pengecut, B4nxi kau, orang yang pukul kau, Aku yang kau culik,” kataku seraya meludah.
“Bukan menculik, Ayu, tapi menyelamatkanmu dari tukang santet itu, dia itu dukun,”
“Banyak kali gaya kau, gagal bersaing kau culik orang, puih,” kataku lagi seraya meludah.
“Nanti kau akan berterima kasih padaku, Lelaki udik itu tukang pukul, tidak rela aku jika kau sampai dipukuli,” kata Doli lagi.
“Kak Yanti, dia?”
“Ya, dia pintar, bisa ambil kesempatan, kini dia sudah dapat wang dariku,” kata Doli.
Ah, Kak Yanti tak mungkin sebodoh itu. Tidak mungkin dia hancurkan keluarganya, dia memang matre, tapi Aku tahu dia sayang keluarga, tidak mungkin, Tetapi ... Ya, Tuhan, ATM-ku dia pegang, dia tahu pinnya. Ada wang setengah milyar di situ..😨 Next ...[HSZ]
To be Continued...Ilustrasi Image; Doc, Romy Mantovani
Untuk Anda yang belum baca siri Novel yang sebelumnya,
Anda boleh baca disini ; Novel - Menantu Dari Desa
#indonesia, #Novel, #NovelKomedi, #CeritaBersambung, #Cerbung, #MenantuDariDesa
No comments
Post a Comment