Novel - Menantu Dari Desa Part 12

<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="Novel - Menantu Dari Desa Part 12">

Novel - Menantu Dari Desa 

Part 12- Calon Suamiku Tukang S4ntet

FORTUNA MEDIA - Kami memang keluarga yang saling percaya selama ini. Dua Kakak-Iparku tidak pernah bermasalah denganku, kami bahkan sering saling pinjam, Aku tahu kunci layar handphone kedua Kakak-Iparku itu, begitu juga dengan mereka, tidak ada yang disembunyikan. Aku sering pinjam ATM mereka, kerana selama ini Aku adalah pengangguran. Begitu juga sebaliknya, mereka sering pinjam ATM-ku.

Akan tetapi wang ternyata bisa mengubah segalanya. Jika Bang Torkis bisa berubah kerana cinta, Kak Yanti berubah kerana wang. Sebenarnya Aku sudah merasakan itu pertamanya kali dia dengar Aku dapat panjar mahar. Dia juga mengajak korupsi wang Bang Torkis, akan tetapi Aku tidk menyangka dia sampai begini. Bekerja sama dengan Doli.

   BACA JUGA
Novel - Menantu Dari Desa Part 9
Novel - Menantu Dari Desa Part 10
Novel - Menantu Dari Desa Part 11

Kini Aku terkurung di tempat yang tidak kutahu, pelakunya sudah jelas, Tidak takutkah mereka akan hukuman. Apa mereka fikir aku akan diam saja setelah ini?

“Ayu, aku lakukan ini demi kebaikanmu juga,”  kata Doli lagi.

“Kebaikan apaan? Yang ada kau akan dipenjara kerana mendekapku di sini,”  jawabku.

“Kau akan berterima kasih setelah ini, aku kenal si Parlin itu, dia mafia tanah, Ayahku pernah jual tanah padanya, malah berurusan dengan hukum, Ayahku justru dituntut, dia bebas dan menghilang,”  kata Doli.

Dunia ini ternyata sempit, dua orang lelaki yang berhubungan denganku ternyata orang tuanya punya masalah. Aku yang jadi korban akhirnya.

“Sudahlah, Bang Doli, lepaskan saja Aku, Aku janji tidak akan menuntutmu,”  Aku mulai melembutkan suara, kerana sepertinya si Doli ini tidak bisa dikerasi.

“Tidak bisa, Ayu, sampai masalah ini selesai, baru kau kebebaskan,”

“Masalah apa?”

“Masalah tanah Ayahku, masalah hukum, aku lagi menuntut si Torkis itu,”

“Hahaha, kufikir kau pintar, ternyata bodoh, kau fikir bisa kau tuntut mereka?”

“Kenapa tidak, lihat saja, kau aman di sini sampai masalah selesai, aku hanya menyelamatkanmu,”  kata Doli.

“Menyelamatkanku, yang ada kau sekap Aku?”

“Aku hanya tidak ingin kau terlibat, Ayu, ini perang antara aku dan Torkis, orang tuaku lawan si Parlin,”

Duh, ini si Doli bucin dengan cara yang berbeda, katanya mahu selamatkan Aku, tapi disekap begini.

Malam harinya, tiba-tiba orang yang menjagaku sakit perut, dia sampai nungging dan berguling-guling. Kesempatan ini kugunakan mengambil kunci dari kantongnya, kubuka pintu kamar, akan tetapi ketika Aku keluar dari kamar, dua orang lelaki di ruang tengah rumah itu juga lagi sakit perut. Kenapa semua orang tiba-tiba sakit perut?

Aku lalu teringat beg berisi handphone-ku, kucoba cari di seluruh sudut rumah, tidak ada. Aku cari kunci di kantong dua lelaki ini, tidak ketemu. Yang dapat justru handphone, akan tetapi pakai pola.

“Polanya angka tujuh, tolong telefon ambulans,”  tiba-tiba lelaki yang sakit perut itu berkata seraya masih memegang perutnya.

Kubuka handphone tersebut, akan tetapi bukan ambulans yang kutelefon. Tetapi Bang Bayu, dia harus tahu apa yang terjadi dengan Istrinya, ditambah lagi hanya nombor dia yang Aku hafal.

“Bang, ini aku Ayu,”  kataku begitu telepon tersambung.

“Ayu, di mana kalian?”

“Entah di mana ini, Bang, Aku disekap,”

“Kak Yantimu bersamamu, kan?”

“Tidak, Bang, dia tidak ikut,”

“Lho, bukannya kalian pergi bersama, lalu mana dia, Aduhhh, belum pulang dari tadi, anakku juga dibawa,”

Wah, ternyata Kak Yanti juga ikut menghilang, dia diculik kah atau menghilangkan diri.

“Jemput aku, Bang”  kataku kemudian.

“Ya, di mana kau?”

Aku tak tahu ada di mana, kudekati lelaki yang masih memegang perutnya sambil menungging tersebut.

“Hei, kita ada di mana?”  tanyaku.

“Kok bodoh sih, share -location lah, cepatan, sakit kali ini,”  katanya lagi.

 Oh, iya, ya, kenapa Aku sebodoh itu, segera ku-share lokasi kami. Lalu Bang Bayu bilang akan datang.

Aku menunggu dengan perasaan was-was, masih tak habis fikir, bagaimana tiga orang ini tiba-tiba sakit perut, mana Doli, mana Kak Yanti. Semua masih tanda tanya.

Sampai satu jam kemudian belum ada orang datang, mungkin tempat ini jauh, ketiga lelaki yang di sini makin lemah. Salah satunya diantaranya sudah pingsan. Sakit mereka terlihat parah.

Ada suara mobil terdengar, Aku sangat bersukur, pintu pun terbuka, akan tetapi yang datang bukan Bang Bayu, tapi orang tua Doli, mantan calon Ayah mertuaku ini datang bersama dua orang temannya.

“Ayu, cepat pergilah, minta tolong sama Bang Parlin,”  kata Ayah Doli.

“Kok Bang Parlin?”

“Si Doli sudah bermain-main dengan tukang teluh, tukang santet, dia semaput di rumah sakit sekarang, tidak akan sembuh sampai Bang Parlin turun tangan, ini perbuatan dia,”  kata Ayah Doli.

Aku makin bingung, kenapa Bang Parlin?

“Parlin itu teman bisnisku dulu, orang sering bilang dia punya ilmu yang bisa membuat orang sakit jika mencuri miliknya, si Doli sakit perut, yang tiga orang ini juga, berarti mereka korban Parlin, hanya bisa sembuh setelah yang dicuri kembali, dalam hal ini kaulah yang dicuri, cepat sana pulang,”  kata Ayah Doli, dua orang temannya mengangkat ketiga lelaki yang sakit perut tersebut ke mobil, mereka lalu pergi dengan terburu-buru, Aku ditinggalkan.

Ternyata benar yang dikatakan Doli, Parlin itu tukang santet, luar biasa, dia bisa membuat semua orang sakit perut, tak sembuh sampai yang dicuri dikembalikan. Aku lalu teringat Kak Yanti, bagaimana dia kira-kira, apakah dia ikut sakit?

Tak berapa lama kemudian, ada datang mobil lagi, kali ini aku yakin itu keluargaku, kerana Aku kenal mobil Pajero silver tersebut. Itu milik Bang Torkis.

Benar saja, Bang Wisnu, Bang Bayu serta Bang Torkis yang datang.

“Mana Kak Yantimu?”  tanya Bang Bayu.

“Tidak tahu, Bang,”  jawabku singkat, apakah harus kukatakan, Kak Yanti ikut terlibat, kasihan Bang Bayu, dia kehilangan Istri dan anaknya.

Bang Bayu belum percaya dia masuk rumah tersebut, mencari dan berteriak memanggil Istrinya, tentu saja tidak ada.

“Bang, maafkan Aku, Bang,”  kataku pada Bang Torkis ketika kami dalam perjalanan.

“Maaf untuk apa, Ayu,”

“Wang setengah milyar itu mungkin akan hilang,”  kataku.

“Tenang saja, tidak usah difikirkan,”

Lhah, lelaki macam apa ini, wangnya setengah miliar lebih hilang dia masih bilang tenang saja.

“Aku tidak bisa tenang, Bang, Aku merasa bersalah, Aku kasih Kak Yanti ATM-nya, dia tahu pin-ku.”

“Apa Yu?”  tanya Bang Bayu, Ah, ini saatnya Aku ceritakan.

“Kak Yanti terlibat, Bang, dia yang pesan taksi kami, dia tidak ikut naik taksi itu, dia pegang ATM-ku.”

“Ya, Allah,”

“Suddah, tenang saja, Yu, kata Pak Parlin, wangnya juga akan kembali, dia akan kembalikan, kalau tidak dia kembalikan, seumur hidup dia akan sakit perut,”  kata Bang Torkis.

Wah, ternyata benar ini perbuatan Bang Parlin.

“Jadi benar, Pak Parlin itu tukang santet?”  tanyaku bingung.

“Bukan tukang santet, Ayu,”

“Jadi?”

“Dia orang hebat, dia punya ilmu yang bisa mengembalikan yang hilang,”

“Oh, ini perbuatan Pak Parlin?”  tanyaku lagi.

“Bukan, ini aku yang lakukan, Bapak Parlin yang ajari, jadi sampai mereka semua datang kembalikan wang dan minta maaf, mereka akan terus begitu, tidak mati tapi sakit perut terus-terusan,” kata Bang Torkis.

Ya, Allah, calon Suamiku tukang s4ntet?   Next ...[HSZ] 

To be Continued...

Ilustrasi Image; Doc, Romy Mantovani 

Untuk Anda yang belum baca siri Novel yang sebelumnya,

Anda boleh baca disini ; Novel - Menantu Dari Desa

#indonesia, #Novel, #NovelKomedi, #CeritaBersambung, #Cerbung,  #MenantuDariDesa 


No comments