Novel - Menantu Dari Desa Part 13

<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="Novel - Menantu Dari Desa Part 13">

Novel - Menantu Dari Desa 
Part 13- Menolak Lamaran

 FORTUNA MEDIA -  Ketika sampai di rumah, peluk tangis dari seluruh keluarga kudapatkan, Ayah yang paling kuat suara tangisnya, dia sampai sesenggukan, sedangkan Ibuku terus saja mengucapkan Syukur- Alhamdulillah.

Ternyata di rumah sudah berkumpul semua, ada Pak Parlin dan Bu" Nia, juga dua anak mereka, yang tidak hadir hanya Kak Yanti. 

   BACA JUGA
Novel - Menantu Dari Desa Part 10
Novel - Menantu Dari Desa Part 11
Novel - Menantu Dari Desa Part 12

Aku baru tahu ternyata mereka tidak lapor polis kerana saran dari Pak Parlindungan, Pak Parlin bilang dia punya cara yang lain, tanpa melibatkan polis, dia suruh murid kesayangannya yang lakukan, dialah Torkis, calon Suamiku.

“Bu" Nia, boleh bicara?”  kataku pada Bu Nia.

“Boleh, boleh,”  jawabnya, kami lalu berjalan keluar dari rumah, duduk di teras dan Aku mulai bertanya.

“Bu", apa benar Pak Parlin tukang santet?”  tanyaku langsung saja jujur Aku mulai khawatir, tidak bisa kubayangkan punya Mertua angkat tukang santet.

“Hahaha,” 😁 Bu" Nia justru tertawa sampai gusinya kelihatan.

“Bukan tukang santet, Ayu,”

“Jadi kenapa bisa membuat orang sakit perut?”

“Itu untuk pencuri, tidak bisa sembarangan, Bang Parlin tidak sembarangan mengajari orang, selama kami menikah, baru Torkis yang dia ajarin, baru empat kali dia gunakan ilmunya itu,”

“Wah, kerana apa saja, Bu"?”

“Pertama rumah kami kemalingan, ternyata Adikku yang malingnya, yang kedua Ucok diculik penjahat, kejadiannya di Jakarta, yang ketiga kami sangat perlu wang, Eehh, baru tiga kali setahuku.”

“Aku takut, Bu"?”

“Takutnya apa, Ayu?”

“Bu" Nia tahulah orang di kota ini bagaimana, jika ada yang mencuri dia buat begitu, bisa payah, berapa orang yang akan kena sakit perut?”

“Tidak sembarangan itu, Ayu, ini kerana darurat,”

Ada mobil parkir di depan rumah, ternyata Ayahnya Doli yang datang, berani juga mereka datang, sudah main sekap, datang lagi.

“Kami mahu bertemu Parlin,”  kata ayah Doli. 

Tanpa dipanggil Pak Parlin keluar bersama Bang Torkis, dua abangku juga keluar rumah.

“Oh, Pak Togar, apa kabar?”  kata Pak Parlin seraya menyalami tamunya.

“Tolong Parlin, pisahkan masalah kita dan masalah anak-anak kita,”  kata Ayah Doli.

“Ya, Pak Togar, saya selalu pisahkan,”  jawab Pak Parlin. Salut juga ketenangan Pak Parlin menghadapi orang.

“Jadi kenapa harus anakku yang jadi korban?”  kata Pak Togar.

“Oh, itu bukan urusan saya, Pak, silakan berurusan dengan dia, calon Istrinya yang diculik,”  kata Pak Parlin seraya menunjuk Bang Torkis.

Bang Torkis maju ke depan, Pak Parlin memegang tangannya seraya membisikkan sesuatu ke telinga Bang Torkis. 

Bang Torkis lalu mengajak Ayah Doli duduk di bangku yang ada di halaman rumah. Aku mengikuti mereka, kerana ini menyangkut diriku juga, Aku harus tahu apa yang mereka bicarakan.

“Maaf ya, saya hanya mau berurusan dengan Parlin, saya yakin ini perbuatan dia,” kata Ayah Doli.

“Maaf menyela, Aku mahu melapor ke polis, pasal penculikan, penyekapan,”  kataku kemudian.

Pak Doli terdiam, dia menunduk, lalu...

“Anakmu menculikku, lalu kalian datang ke mari seakan-akan kami yang bersalah,”  kataku lagi.

“Ini urusan anak muda, saya hanya mahu berurusan dengan Parlin,”  katanya lagi.

“Pak Parlin lagi bapak bilang, beliau tidak ada urusan dengan ini, ini urusan kami, Doli menculikku,”  kataku kerana Bang Torkis terus diam.

“Hanya Parlin yang bisa membuat sakit perut pencuri, saya kenal dia,”  kata Pak Togar.

“Jadi, Bapak mahu apa, mahu tuntut Pak Parlin, lewati aku dulu,” kata Bang Torkis.

“Saya tidak ada urusan denganmu,” kata Ayah Doli.

“Tidak ada urusan kau bilang, jadi mahu mengapa kau kemari, Anakmu culik calon Istriku, masih berani datang ke mari, itu anakmu aku yang buat begitu, tidak ada urusan sama Pak Parlin, jika ada masalah yang bilang samaku,”  kata Bang Torkis.

“Saya tidak percaya, hanya Parlin yang bisa begitu, dia lakukan ini kerana dendam padaku,”  kata Pak Togar lagi. 

Pak Parlin mendekati kami, lalu ....

“Ini bukan urusan saya lagi, Pak Togar, biarpun kamu tipu saya milyaran, tidak ada dendam sama sekali, ini urusan Torkis, dia muridku,”  kata Pak Parlin akhirnya.

“Oh, begitu, kalau begitu tolong anak saya, Torkis, dia sekarat di rumah sakit, tolong,”  kata Pak Togar akhirnya.

“Dia mungkin sudah baikan, coba periksa ke rumah sakit,”  kata, Pak Parlin.

Pak Togar mengambil handphone, lalu bertelefon entah dengan siapa. Dia tampak mengangguk, lalu ...

“Terima kasih, bagaimana bisa?”  kata Pak Togar.

“Yang dicuri sudah kembali, dan saya yakin anakku ini pemaaf,”  kata Pak Parlin seraya menepuk bahu Bang Torkis.

Mereka pun pergi, kami kembali masuk rumah.

Keesokan harinya Aku terkejut melihat Bang Bayu yang menangis seraya memegang handphone Dia ternyata lagi video call dengan anaknya yang baru enam tahun.

“Ada apa, Bang?”  tanyaku.

“Kak Yanti, dia sakit perut, sekarang lagi di Bali bersama anakku, sudah dua hari di rumah sakit,” kata Bang Bayu seraya menangis.

Duh, Aku teringat wang Bang Torkis, pasti sudah diambil Kak Yanti, dia pergi ke Bali meninggalkan Suaminya. Dia pasti sakit kerana itu. Segera ku telepon Bang Torkis, tak menunggu lama dia sudah datang ke rumah.

“Ini, Bang, Kak Yanti, dia ambil wang Abang dari ATM, sekarang dia sudah sakit,”  kataku.

“Dia harus kembalikan wang itu, Dek, bilang sama kakak itu,” kata, Bang Torkis.

Ku video call Kak Yanti, anaknya yang terima.

“Mana mama, kasih dulu Mama,”  kataku.

Lalu terlihat wajah Kak Yanti, dia sepertinya malu melihatku.

“Maafkan Aku, Ayu, aku terjebak hutang pinjaman online, aku khilaf melihat wangmu yang banyak, kufikir aku akan bebas jika bisa curi wangmu, aku tak layak dapat maafmu.”

“Kembalikan wangnya, Kak, hanya itu obatnya,” kataku lagi.

“Sudah banyak berkurang, habis sudah seratus juta, bayar hutang dan ongkos ke Bali,”

“Usahakan bayarnya, Kak, hanya itu yang bisa sembuhkan kakak,”  kataku lagi.

Sementara itu Bang Bayu terus saja menangis, dia terus memanggil nama anaknya.

“Kenapa Yanti, kenapa, kurang apa aku selama ini?” kata Bang Bayu.

“Banyak kurangmu, Bang, aku tersiksa selama ini, kurang tampan, kurang kaya, kurang tahan di ranjang,”  kata, Kak Yanti dengan suara lemah.

Duh, sampai urusan ranjang pun dibicarakan.

Tidak ada keputusan, Bang Torkis tetap bersikeras hanya bisa begitu, tak ada cara lain. Jika tak dia kembalikan, dia akan terus begitu seumur hidup, tak mati tapi tak pernah sehat.

Aku jadi kasihan juga, Aku akhirnya dapat idea, kutemui Pak Parlin, beliau mungkin ada solusi.

“Ada caranya, kalian harus kembalikan wangnya, tanya berapa yang sudah dia belanjakan, baru sisanya kalian talangi, hanya begitu,” kata Pak Parlin.

Kuceritakan pada Bang Bayu, dia kemudian membicarakan dengan Mertuanya, akhirnya kami semua mengumpulkan wang membayar wang yang dilarikan Kak Yanti.

ATM-ku kembali kudapatkan, akan tetapi Kak Yanti tetap tidak mau pulang, katanya dia malu untuk pulang.

Aku mulai berfikir, mungkin Bang Torkis tidak bisa jadi Suamiku, belum jadi kawin juga sudah banyak kejadian, Kakak ipar lari, Aku diculik. Tidak bisa kubayangkan bagaimana hidupku ke depan. Rasanya Aku tidak akan sanggup menghadapi.

“Maaf, Bang Torkis, Aku tidak bisa jadi Istrimu, Aku tidak akan sanggup, belum jadi saja sudah begini, Maaf,” kataku pada Bang Torkis malam itu saat itu dia datang ke rumah untuk membicarakan acara hantaran.

“Ayu, jangan gitulah, Ayu,”  kata Bang Torkis.

“Aku sudah fikirkan semalaman ini, Bang, maafkan Aku, Aku tolak lamaran Abang,” kataku lagi.

Bang Torkis justru menangis, tubuh kekarnya terguncang.

“Baik, Ayu, Aku janji akan jadi orang biasa saja, tidak akan pernah menggunakan ilmu itu,” kata Bang Torkis.

“Tidak, Bang, Aku tidak sanggup,”  kataku, air mata membasahi pipiku. 

Ini keputusan terbaik, kehadiran Bang Torkis sepertinya membuat keluargaku berantakan, Ibuku sering pingsan, kini kakak iparku lari. Next ...[HSZ] 

To be Continued...

Ilustrasi Image; Doc, Romy Mantovani 

Untuk Anda yang belum baca siri Novel yang sebelumnya,

Anda boleh baca disini ; Novel - Menantu Dari Desa

#indonesia, #Novel, #NovelKomedi, #CeritaBersambung, #Cerbung,  #MenantuDariDesa 


No comments