KISAH SUFI, SANG KYAI [28]

<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="KISAH SUFI, SANG KYAI [28]">
Image by pinterest.com

KISAH SUFI, SANG KYAI [28]

  • Pada siri ke-27. Kyai mengisahkan sewaktu beliau sedang berzikir di ujung malam tiba-tiba terdengar suara ghaib diluar rumah Sang Kyai..
  • “Maaak…!, Maak..!”  begitu kedengaran suara itu. Tetapi suaranya seperti suara Mbak Asrifah. Apa Aku yang salah dengar. Dan suara itu berulang-ulang. Tetapi, Aku masih merasa seperti mendengar itu dari halusinasiku sendiri. Tetapi Aku bukan berhalusinasi. Memang mata rasanya mengantuk. Jadi sampai berulang kali Aku tidur sambil duduk.
 FORTUNA MEDIA -   Aku benar-benar merasa aneh dengan suara Mbak Asrifah, tapi Aku benar-benar bukan bermimpi,

 “Siapa itu?”  tanyaku dari tempat Aku duduk berzikir. Tiba-tiba terdengar suara kcring-krincing… seperti suara besi yang diseret, dan berdiri di hadapanku Mbak Asrifah, yang wajah dan rambutnya dipenuhi tanah. Wajahnya menghitam, dan pakaian mori-kain kapan yang dipakainya compang-camping seperti bekas cambukan yang sampai membekas di mori, tangan dan kakinya dirantai dengan rantai hitam.

“Syaitan dari mana kau…!?”  bentakku.

“Aku Kakakmu Yan.. Asrifah, aku tidak diterima di sana, tolong aku Yaaan… Aduuhh panaaas…”  katanya memelas dan kepanasan kerana Aku dalam keadaan berzikir,


“Benar kau Mbak Asrifah?  Jangan-jangan kau syetan yang menyaru-nyaru belaka?”  kataku dengan pertanyaan yang bernada tinggi.

 “Benar Yaan aku Asrifah, maafkan kesalahanku padamu, aku tak mengindahkan nasehatmu.., sekarang aku tak diterima, lihat aku disiksa seperti ini, dirantai, apa kau tak kasihan padaku..?” 

Terus terang Aku sendiri takut setengah mati. Melihat perwujudan yang amat menyeramkan, rambutnya yang tinggal sedikit dan acak-acakan, pipinya yang seperti habis ditampar, dan bau tanah kuburan berbaur dengan bau bangkai sangat kuat tercium.Tetapi Aku berusaha bertahan. Sebagai orang yang yakin pada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, "la yadurru ma’asmihi syai’un fil ardhi wala fissama’,  Tidak ada yang berbahaya jika kita berpegang teguh pada Allah. Apapun yang di bumi dan di langit. Seperti ada yang membisikiku, agar memutuskan rantai dengan akhir Ayat Surah Taubah.

“Kesinikan rantainya.”  kataku.

Lalu dia menyeret rantai dan menyodorkan rantai kepadaku, lalu ku pegang rantai dengan membaca akhir Surah Taubah, Alhamdulillah rantai lepas, lalu rantai di kakinya, dan sama seperti ku lakukan pada rantai di tangannya, dan rantai pun lepas.

“Lalu bagaimana nasibku Yaan…!, Aku tak diterima, bagaimana ini?” 
katanya memelas.

 “Sudah tak usah banyak ribut, besok akan ku coba menolong, sekarang pergilah.”

 “Tak bolehkah aku tinggal di rumahmu… aku di sana dipukuli..”

 “Tak boleh, nanti kau menakutkan keluargaku, sudah sana pergi, besok Aku tolong.” 
kataku.

Lalu dia pergi tersaruk-saruk, tubuhnya membungkuk-bungkuk menahan sakit. Aku meneteskan air mata kerana kasihan dengan nasibnya. Manusia tetap hanya mampu berusaha. Hidayah itu bulat-bulat milik Allah Azza Wa Jalla.

Paginya Juma’at, Aku kirimi Mbak Asrifah, ku bacakan Sholawat Nabi 10 ribu kali, ku mintakan pada Allah agar rohnya diterima dan dibebaskan 
dari siksaan. Aku yakin dengan apa yang ku kirimkan pasti sampai.

Malamnya Aku sengaja menunggu, Aku berzikir duduk di kursi ruang tamu, kira-kira jam 1 dini hari, terdengar suara pintu rumah diketuk dan suara salam.

“Wa'alaikum salam, masuk saja tidak dikunci.”  kataku. Ternyata Mbak Asrifah, di belakangnya ku lihat empat anak kecil mengiring, sekarang pakaiannya pakaian seorang pengantin. Dan wajahnya yang kemarin menghitam seperti bekas tempelengan/lempang. Sekarang warna hitam itu sudah tidak ada. Tetapi ada bekas kayak kulit mengelupas bekas terbakar, rambutnya tersisir rapi, dan bau wewangian semerbak.

 “Bagaimana Mbak?” 
tanyaku.

 “Alhamdulillah Yan, terima kasih atas segala pertolongannya, sekarang aku akan berangkat ke alam sana, aku mahu pamitan, aku benar-benar berterima kasih, jika tahu kau orang seperti itu, sungguh dulu aku melayanimu pun mahu…"


“Sudah Mbak…, semoga engkau mendapat tempat yang enak di sana.”

 “Terima kasih Yan…, aku mohon diri, wassalamu'alaikum.”
  kata mbak Asrifah melangkah pergi diiringi ke empat anak kecil.

Setelah berbagai kejadian, Aku merasa betapa masih banyak yang di luar pengetahuanku, dan rasa ingin menuntut ilmu makin menggebu. Ku putuskan untuk ke pesantren lagi dan menuntut ilmu lagi.

Di Pesantren, santri-santri lama sudah tidak ada lagi. Memang selalu begitu di tempat Kyai, tahun ini dan tahun besok santri sudah lain. Apalagi ini Aku sudah lama tak kembali ke pesantren, kembali kemaren juga sebentar hanya menanyakan soal cara mengobati orang yang terkena santet.

Cara yang ku lakukan dalam mencari ilmu tidak sama dengan cara orang lain mencari ilmu,. Dan cara yang ku lakukan itu secara lahirnya tidak seperti orang yang mencari ilmu. Tetapi hasil yang dicapai, mencari ilmu sebulan maka akan sama saja dengan mencari ilmunya orang biasa dalam 
masa sepuluh tahun. Makanya Aku selalu di manapun tidak pernah mencari ilmu atau mondok dalam jangka waktu lama, hanya perlu masa beberapa bulan. Dan ilmu Kyainya sudah ku serap semua.
 
    RELATED POST
Misteri Nusantara
Misteri Sosok Makhluk Masuk Dapur Lewat Tengah Malam
MISTERI KUNCEN, Kisah Perjalanan Menggapai Menara Gading [Chapter I Part 2]

Cara yang ku lakukan pertama adalah, Aku berusaha memberi makan pada semua santri, dengan wangku, dan tenagaku sendiri. Disamping Aku ikut menyerap ilmu, Maka tanpa disadari santri yang lain, Aku meminjam tenaga mereka untuk diriku mendapat pahala. Semua santri yang puasa, Aku beri makan. Maka disamping puasaku sendiri. Maka Aku akan mendapat pahala semua santri, bahkan Aku memasaknya dengan tanganku sendiri, dengan penuh kerelaan, sebab aku mahu mengambil pahala mereka kenapa harus malu dan risih, Aku sama sekali tak malu, bahkan jika masakanku sudah masak Aku bangunkan satu persatu para santri/pelajar untuk makan sahur. Dan di saat Aku buka, ku tatakan dengan rapi makanan, tempat cuci tangan dan minumnya, kan mereka tak tahu kalau sebenarnya Aku mengambil bagian pahala mereka. Siapa yang memberi makan orang puasa, zikir, beribadah. Maka akan mendapatkan pahala sama seperti pahala yang didapat orang yang berpuasa, Tanpa mengurangi pahala yang diberi makan.

Bahkan Aku rela mencari pekerjaan di luar, kalau nanti mendapatkan wang maka santri lain ku masakkan lagi, begitu berulang-ulang. Sehingga Aku seperti orang satu, Tetapi memakai akal orang banyak dalam menyerap ilmu.

Yang ku lakukan kedua,
Aku selalu berusaha mempunyai apapun peninggalan di Majlis Zikir, atau apapun yang dapat dipakai orang banyak. Sehingga jika Aku pergi sekalipun.  Maka, Aku tetap mendapat bagian jika apa yang ku tinggalkan di pakai berzikir. Sehingga sekalipun Aku sudah tidak di pesantren itu, Maka, Aku tetap seperti orang yang selalu hadir. Jadi waktuku tidak Aku sibukkan hanya melakukan zikir, atau menjalankan amaliyah. Tetapi lebih banyak berusaha melakukan sesuatu yang mempunyai nilai ganda.

Yang ketiga. Aku akan berusaha menyenangkan Kyaiku. Apapun yang membuat Kyaiku senang dan redha, maka akan ku lakukan, kerana ilmu itu dari 
guruku. Jika guruku senang, dan redha. Maka berbagai macam ilmu akan dengan senang hati diturunkan guruku kepadaku. Dan guruku tak merasa rugi atau enggan menurunkan ilmu itu. Sekaligus jika ilmu itu diturunkan maka Aku dengan semangat menjalankannya, agar guruku melihat Aku ini orang yang seperti orang yang diberi pakaian, lalu hanya dibuang sebagai kain usang. Tetapi, Aku akan menunjukkan penghargaanku pada ilmu itu. Agar guruku merasa redha pada ilmu yang diberikan. Tak masalah bagiku waktuku habis ku pakai menyenangkan guru, sebab di pesantren itu waktunya menimba, bukan waktunya mandi. Waktunya menimba ilmu bukan waktunya memakai ilmu.

Di situlah penyerapan-penyerapan lebih yang ku peroleh. Kerana cara Aku mencari ilmu itu beda dengan orang lain. Memang kadang diriku akan direndahkan dan diremehkan oleh santri lain, santri lain merasa diriku ini pelayannya. Melayani mereka, dan dipandang sekilas seperti orang yang tak punya derajat.

 Jika seandainya semua tahu apa yang ku peroleh, pasti berebutan ingin menempati 
 posisiku. Tetapi kebanyakan orang kan tidak berfikiran sejauh itu, Yah tak apa-apalah direndahkan, bagiku yang penting nantinya, Aku memetik ilmu paling banyak lebih banyak seratus kali lipat dari santri lain.

Apalagi tawadhu’ dan keta’atan pada guru, Aku sangat mengutamakan itu, bahkan lebih utama dari santri manapun. Sampai Aku sendiri kerana tawadhu’nya pada guru. Maka tak pernah meminta apapun dari guru, dan bahkan tak pernah sms atau telpon, takut guruku pas lagi tidak mahu diganggu maka Aku malah mengganggu, 

Jadi selamanya tak pernah menghubungi guruku Sampai tak pernah menyampaikan maksud hatiku pada guru, kecuali yang berhubungan dengan kepentingan guruku atau jama’ah. Tidak pernah sekalipun berhubungan dengan keperluanku, yang ada di kamusku adalah, "Sami’na wa ato’na", mendengar dan menta’ati.

Sedang santri lain minta ini minta itu. Maka, Aku malah tidak pernah sekalipun minta apa-apa, Aku tidak mau membebani guru. Bagiku guru telah memberikan ilmu. Maka Aku tidak patut meminta yang lain.

Dan tidak sekalipun Aku mengeluhkan amalan. Jika,  Aku di beri amalan 1 maka akan ku amalkan 5 x, sebagai bukti keseriusanku. Dan tak sekalipun,  Aku meminta amalan baru. Sampai Kyaiku memberi amalan padaku. Maka, Aku tidak pernah perlu waktu lama di manapun Aku di pesantren. Sebab cara belajar yang Aku jalani tidak sama dengan cara yang dipakai orang lain.

Di Banten, Aku diminta Kyai selama 9 bulan. Dan selama sembilan bulan itu ku habiskan waktu untuk memperbagus Majlis,. Dan melakukan amaliyah yang telah ku sebutkan, dan selama sembilan bulan berlalu dengan cepat. 
[HSZ] 

To be Continued.....

#indonesia#misteri#KisahKyaiLentik  #KyaiLentik, #KisahSangKyai, #KisahSufi, #SangKyai,

    VIDEO, 

KISAH MISTIK -TERJEBAK DI KAMPUNG PESUGIHAN "RUMAH MEWAH DITENGAH SAWAH"


No comments