Kegemilangan Sejarah Islam Dibangun Dengan Asset Milik Ummat, Yaitu Wakaf

<img src="fazryan87.blogspot.com.jpg" alt="Kegemilangan Sejarah Islam Dibangun Dengan Asset Milik Ummat, Yaitu Wakaf">
Kegemilangan Sejarah Islam Dibangun Dengan Asset Milik Ummat, Yaitu Wakaf

Pengantar Kata Redaksi; Artikel ini saya adaptasi dari tulisan Ustadz Rendy Saputra, seorang anak muda yang aktif berdakwah dan mengelola pelbagai bisnis di Indonesia, tepatnya di Jogjakarta, Jawa Tengah. Tulisan beliau ni sangat bagus, sengaja Saya posting di website ini untuk manfaat kita bersama berkaitan dakwah dan bisnis untuk menunjang dan membangun serta memajukan Masjid dan Pondok Pesantren dengan adanya bisnis. Terima Kasih, 
 

Ada sedikit perdebatan dengan teman dekat, tentang wakaf produktif, tentang Masjid yang punya bisnis, tentang Pondok-Pesantren yang punya bisnis,

"Bro, harusnya Pondok sama Masjid tidak usah punya bisnis, dukung saja dan doain saja kami jadi pengusaha Muslim sukses, terus nanti kami pasti akan sedekah lah, ngapain Masjid dan Pondok capek-capek (penat-penat) bisnis."

Bismillah, untuk menjawab hal ini, supaya tidak "debat kusir"(istilah untuk debat yang tak ada kesudahannya) dari awal, kita merujuk pada implementasi dakwah Islam dalam spektrum sejarah saja.

Konsep wakaf produktif itu sudah ada sejak zaman Nabiullah Muhammad Shalallahu'Alaihi Wasallam. Dimana Khalifah Umar ibn Khattab Radhiallahu 'Anhu, mewakafkan lahan subur perkebunan di Khaibar. Maka Rasulullah Shallallahu'Alaihi Wasallam meminta agar Umar bin Khattab Radhiallahu' Anhu, menahan pokoknya, dan menyedekahkan hasilnya.

Di zaman Sultan Shalahuddin Al Ayyubi, beliau juga mewakafkan lahan-lahan kebun produktif untuk operasi Madrasah 4 Mazhab. Maka Madrasah nya gratis/free, namun gurunya dibayar dengan layak. Itulah implementasi wakaf produktif. Sejarah mencatat jelas.

Disaat yang bersamaan, kaum Muslimin juga tetap punya lahan kebun pribadi, tetap berbisnis, berdagang, mencetak profit untuk kehidupan personal/pribadi. Dan itu tidak dilarang.

Maka antara asset wakaf produktif dan asset swasta tidak perlu dipertentangkan. Malah sebenarnya, asset wakaf itu harusnya dikelola pengusaha profesional, agar kemudian menghasilkan maksimal. Tinggal hasilnya saja yang dibagi dalam kesepakatan yang jelas dan fair.

Mengapa wakaf produktif ini perlu digalakkan, sebenarnya terkait dengan kuncian kepemilikan.

Benar memang, bahwa pengusaha Muslim yang sholih pastilah akan mendukung dakwah dan gerak sosial ummat. Zakat ditunaikan, infaq diseringkan, wakaf digelontorkan/disalurkan. Tapi itu sifatnya keputusan personal/perseorangan-pribadi.

Pertanyaannya, ketika sang pengusaha wafat, apakah hal itu tetap berlanjut? Apakah ahli waris akan meneruskan kebaikan generasi?
Apa jaminan perusahaan tidak dijual atau ter-akuisisi (acquisition /pemerolehan /pindah hak milik)?
 Selama masih hak milik personal, maka masih terbuka ruang untuk diperjual belikan.

Nah... Wakaf itu mengunci kebaikan.

Misalnya, sebidang tanah hektaran di tengah kota Jakarta, sampai hari ini tidak bisa dijual, tidak bisa dikuasai oleh pihak-pihak yang tidak pro ummat, Mengapa? Kerana diwakafkan. Sertifikat wakafnya jelas.

Paling jauh akhirnya kerjasama lahan. BOT. Dibangunlah gedung diatas tanah wakaf untuk akad produktif. Disewa. Wang sewanya untuk yayasan nazhir. Dalam akad sekian puluh tahun, gedung akan jadi milik Yayasan.
READ MORE; Membangun 'TRIBES' Untuk Menghadapi Persaingan Bisnis Hari Ini

<img src="fazryan87.blogspot.com.jpg" alt="Kegemilangan Sejarah Islam Dibangun Dengan Asset Milik Ummat, Yaitu Wakaf">

Wakaf itu mengunci kebaikan.

Didalam foto diatas ini Saya(Ustaz Rendy Saputra) dan Kyai Sandi Nopiandi sedang di dalam rumah kaca riset hidroponik. Waktu itu baru riset, sekarang sudah dibangun rumah kaca yang gede banget (sangat besar) di pondok. Hasil panen sudah ada off takernya, yang ambil hasil panennya, salah satu ritel sayuran di Kota Bogor.

Perusahaan Hidroponik ini berdiri dilahan akad wakaf, maka ini wakaf produktif. Hasilnya untuk biayai ratusan santri(pelajar pondok) yatim yang gratis sekolah, gratis makan, tempat tinggal, hingga layanan kesehatan.

Kedepan akan hadir sekitar dua ribu santri, jika pondok ini hanya bersandar pada donasi/derma yang tidak menentu, ya tak bisa lah bro,sist. Operational cost untuk melayani adik-adik kita ini kan tetap sifatnya, maka perlu dibangun usaha yang berkelanjutan. Dan usaha itu adalah milik pondok. Kyai Sandi yang mengelola saja. Lahan ya, bukan atas nama Kyai, cek saja.!

READ MORE; Dunia Bisnis Hari Ini Perlukan Pemimpin CEO Revolusioner

Sebuah studi kasus(kes) disebuah pondok, seorang Kyai pastilah berniat baik, InsyaAllah Ulama yang lurus pastilah niatnya benar. Sang Kyai banyak mendapatkan hadiah, memang hak pribadi Kyai, dari muhibbin, lalu beliau bangun berbagai bisnis untuk pondok.

Selama beliau hidup, semua line bisnis InsyaAllah benar mendukung Pondok. Santri sejahtera, asset meluas, sang Kyai hidup untuk membesarkan Pondok.

Namun ada yang terlupa, semua asset belum dibalik namakan ke entiti nazhir. Masih nama pribadi. Kami meneliti hal itu tidak ada maksud jahat, benar-benar memang tidak ada konsultan legal yang mendampingi Sang Kyai.

Setelah beliau wafat, satu dua line bisnis mulai tidak lagi mengalir ke Pondok. Dari segi hukum benar dan sah, kerana sekarang sudah haknya ahli waris, bukan pondok.

Inilah yang saya maksud dengan "DIKUNCI", akad wakaf itu, mengunci kebaikan agar terus berlangsung. Seperti Pondok-Pesantren GONTOR di Jawa Timur, yang memiliki badan pengelolaan dan pengembangan wakaf. Ada "board" nya. Ada Dewan yang sama-sama mengawasi pemanfaatan asset wakaf untuk kebaikan Pondok.

READ MORE; Inilah 4 Cara Melepas Bolts Fikiran

Panjang-panjang saya menulis tentang wakaf, akan berseri-seri. Mengapa? Kerana teknologi wakaf sebenarnya adalah salah satu kunci lahirnya kemaslahatan ummat.

Kenapa sekarang pendidikan mahal, kesehatan-perubatan mahal, pangan mahal, kerana semuanya basis return komersil. Lahan harus kasih return ke pemilik, pabrik harus kasih return ke peminjam, gedung harus kembalikan modal bangun. Begitu seterusnya.

Akhirnya ummat ini hidupnya dipaksa jadi budak-hamba wang. Apa-apa wang. Padahal kegemilangan sejarah Islam dibangun dengan asset milik ummat, yaitu wakaf.

Sekolah gratis-free kerana bangunannya wakaf.
Gaji guru layak, cukup, kerana operasionalnya ditopang wakaf produktif.
Pengusaha tidak perlu cari modal kerana cukup menggerakkan asset wakaf.
Masyarakat yang sakit bisa gratis ke hospital, malah dapat santunan - pampasan.


Peradaban itu, kalau pernah berlaku, berarti bisa diulang."Ndablek"
(Sia-sia-konyol)
 saja lah yang ngomong kegemilangan Islam masa lalu itu "utopia". Pasti berulang, janji Allah kok, 'wa kafaa billahi syahida', biarlah Allah Ta'ala yang jamin, pasti berlaku lagi.

Tunggu saja Sahabat. Yang penting kita kerja terus.

Silahkan copaste dan forward tulisan ini ke jejaring Sahabat Anda. Semoga bermanfaat.
Adaptasi & Courtesy Article by Rendy Saputra 

Editor ; HSZ/FortunaNetworks.Com
Kredit Ilustrasi Image; 
Rendy Saputra 

No comments