KISAH RASULULLAH SHALLALLAAHU 'ALAIHI WA SALLAM [159]
KISAH RASULULLAH SHALLALLAAHU 'ALAIHI WA SALLAM [159]
KISAH RASULULLAH ﷺ صل الله عليه و سلم
- Bagian-159
- السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد
- Pada siri ke-158 Diriwayatkan Pendirian Sayidina Abu Bakar As-Siddiq Radhiallahu 'Anhu tentang kewafatan Rasulullah صلى الله عليه وسلم
- Sayidina Abu Bakar As-Siddiq Radhiallahu 'Anhu menyambuk kudanya, berlari dari rumahnya di Sanh. Sesampainya di perkarangan Masjid beliau kemudian masuk ke dalam Masjid. Tanpa bicara sepatah kata pun dengan orang banyak, beliau memasuki kamar Siti Aisyah Radhiallahu 'Anha menuju ke tempat Rasulullah صلى الله عليه وسلم yang sedang berbaring ditutup dengan kain. Beliau membuka tutup muka Rasulullah صلى الله عليه وسلم ﷺ, kemudian memeluk dan mencium muka Rasulullah صلى الله عليه وسلم sambil menangis dan berkata:
- "Demi dikaulah Ibu Ayahku, Allah tidak akan mengenakan kau dua kematian, adapun kematian yang telah ditentukan kepada mu ini sudah kau hadapinya".
- Setelah itu Abu Bakar AsSiddiq dan Umar Ibn Al-Khattab keluar menemui orang banyak. Abu Bakar AsSiddiq berkata: "Wahai Umar silakan duduk" Namun Umar enggan untuk duduk. Orang banyak pun mengerumuni Abu Bakar dan membiarkan Umar di situ. Abu Bakar berkata kepada semua yang hadir:
- "Setelah mengucap tahmid dan syukur maka ingin aku sampaikan di sini, siapa pun di antara kamu yang menyembah Muhammad sesungguhnya Muhammad telah wafat dan siapa pun yang menyembah Allah maka sesungguhnya Allah itu hidup dan tidak akan wafat ".
Kafan dan Persemayaman Tubuh Mulia ke Pembaringan Terakhir
FORTUNA MEDIA -- Telah timbul selisih pendapat di antara para Sahabat sebelum mengafani, mengenai siapa yang akan ditunjuk menjadi khalifah. Pembahasan dan perdebatan terjadi di antara kaum Muhajirin dan Anshor di halaman rumah Bani Sa'adah, yang akhirnya mereka semua setuju melantik Abu Bakar As-Siddiq Radhiallahu 'Anhu sebagai khalifah Rasulullah صلى الله عليه وسلم . Pembahasan dan perdebatan ini memakan waktu hingga petang di hari Isnin, bahkan sampai masuk ke malam berikutnya, menyebabkan semua orang sibuk.
Pemakaman jasad Rasulullah صلى الله عليه وسلم tertunda hingga ke malam Selasa bahkan hingga menjelang subuh hari berikut, jasad Rasulullah صلى الله عليه وسلم yang penuh berkah itu terletak di tempat tidurnya, tertutup dengan kain menyebabkan ahli keluarga Rasulullah صلى الله عليه وسلم menutup pintu rumahnya.
Pada hari Selasa barulah jasad Rasulullah صلى الله عليه وسلم ﷺ dimandikan, tanpa membuka bajunya, mereka yang bertugas memandikan Rasulullah صلى الله عليه وسلم adalah Abbas, Ali, Fadhl dan Qatham (anak Abbas), Syaqran (hamba Rasulullah), Usamah bin Zaid dan Aus bin Khawli.
Abbas, Fadhl dan Qatham membalikkan jasad Rasulullah صلى الله عليه وسلم , Usamah dan Syaqran menyiramkan air, Ali menggosoknya sedang Aus bin Khawli menyandarkan Rasulullah صلى الله عليه وسلم ke dadanya. Kemudian mereka semua mengkafani jasad Rasulullah صلى الله عليه وسلم ﷺ dengan tiga lapis kain kafan berwarna putih tenunan dari Negeri Yaman, tidak berbaju atau berserban. Pengkafanannya dilakukan dengan cermat dan hemat.
Terjadi perbedaan pendapat lagi mengenai tempat pemakaman jenazah Rasulullah صلى الله عليه وسلم . Sayidina Abu Bakar As-Siddiq Radhiallahu 'Anhu berdiri dan berkata: "Sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah صلى الله عليه وسلم ﷺ pernah berkata: Tidak diwafatkan - Nabi kecuali di tempat itulah ia disemayamkan". Kerana itu maka Abu Talhah pun mengangkat tempat tidur Rasulullah صلى الله عليه وسلم ﷺ dan menggalinya untuk liang lahad sebagai tempat pemakaman Rasulullah صلى الله عليه وسلم .
Sebelum penggalian, kaum Muslimin datang masuk membanjiri ke kamar Rasulullah صلى الله عليه وسلم ﷺ dengan bergantian sepuluh--sepuluh, untuk menunaikan sholat jenazah, masing-masing tanpa Imam. Sebelumnya, keluarga Rasulullah صلى الله عليه وسلم telah menshalati jenazah Rasulullah صلى الله عليه وسلم , kemudian Kaum Muhajirin lalu diikuti oleh Kaum Anshor. Kaum wanita sholat setelah kaum lelaki selesai. Dan diakhiri oleh remaja dan kanak--kanak. Kesemuanya ini diselenggarakan pada hari Selasa sehari penuh, bahkan hingga ke malam Rabu.
Kata Siti Aisyah Radhiallahu 'Anha: "Kami tidak menyadari akan pemakamannya, kecuali setelah kami mendengar suara cangkul menggali tanah di tengah malam yakni malam Rabu.
Muhammad Rasulullah صلى الله عليه وسلم ﷺ Nabi Yang Terakhir
Nabi Muhammad Rasulullah صلى الله عليه وسلم ﷺ adalah Nabi yang terakhir dan tidak akan ada Nabi setelahnya. Ini adalah kesepakatan Umat Islam (ijma'). Di dalam agama pun merupakan hal harus dipercayai ('Aqidah).
Hadits Nabi Muhammad Rasulullah صلى الله عليه وسلم :
"Aku dan Para Nabi sebelumku 'ibarat satu bangunan yang dibangun oleh seorang lelaki. Lalu ia memeliharanya dengan baik dan terus disempurnakan kecuali tempat sekeping batu-bata pada suatu sudut. Maka orang banyak datang mengelilinginya dan kagum melihat dan berkata mengapa tidak diletakkan sepotong batu-bata di tempat yang kosong itu. Maka Akulah batu-bata itu dan Akulah yang paling akhir dari segala para Nabi".
Ada kesinambungan dakwah Nabi Muhammad Rasulullah صلى الله عليه وسلم ﷺ dengan dakwah para Para Nabi sebelumnya, Muhammad Rasulullah صلى الله عليه وسلم sebagai Nabi terakhir melengkapi dakwah yang dilakukan oleh para Nabi-Nabi sebelumnya, sebagaimana Hadits di atas. Ini jelas sekali bila melihat dakwah para Nabi.
Semua Para Nabi menyandarkan dua asas penting ini:
1. 'Aqidah kepercayaan.
2.Hukum dan akhlaq.
Dari segi Aqidah kepercayaan tidak berubah sejak Nabi Adam 'Alaihis Sallam sampai ke zaman Nabi Muhammad Rasulullah صلى الله عليه وسلم ﷺ, Nabi yang terakhir, yaitu kepercayaan kepada Allah Yang Esa. Mensucikan Allah dan percaya akan hari akhirat, hisab amalan manusia, syurga dan neraka.
Setiap Nabi menyeru kaumnya pada kepercayaan tersebut dan tiap Nabi juga membantu dan menegaskan apa yang dibawa oleh para Nabi yang terdahulu.
Seluruh rangkaian utusan para Nabi dan Rasul, semuanya menunjukkan kepada kita bahwa semua para Nabi dan Rasul di utus agar Yang Esa, seperti yang dinyatakan dalam عز وجل ('Azza Wa Jalla) menyeru manusia kepada keimanan dengan Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam kitabnya:
"Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya bagi orang yang kembali (kepada-Nya). (Al-Qur'an, surah Asy-Syura 42:13)
Sehingga tergambar kepada kita bahwa para Nabi dan Rasul itu tidak akan menyampaikan aqidah yang berlainan di antara satu dengan yang lain. Kerana soal aqidah adalah soal wahyu.
Hukum (ahkam) bertujuan mengatur kehidupan manusia di dalam masyarakat. serta berguna bagi manusia untuk kehidupan dunia dan akhirat.
Para Nabi Utusan Allah yang terdahulu hanya diperuntukkan kepada kaumnya saja, bukan utusan untuk seluruh manusia.
Dan apa yang dibawa oleh Nabi 'Isa 'AlaihisSalam lebih sederhana dari apa yang dibawa oleh Nabi Musa 'AlaihisSalam. Hal ini ditegaskan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam kitab Al-Qur'an:
Dan (aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang datang sebelumku, dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu, dan aku datang kepadamu dengan membawa suatu tanda (mukjizat) daripada Tuhanmu. Kerana itu bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.
(Al-Qur'an, surah - Ali 'Imran: 3: 50) [HSZ]
Shallu 'alan Nabi...
💐Bersambung ... Semoga Kita Mendapat Barokah Allah 'Azza Wa Jalla.
آمينَ يا رَبَّ الْعلَمِيْنَ ..بَارَكَ اللهُ فِيْك
Untuk Anda yang belum baca siri ini yang sebelumnya,
Anda boleh baca disini ; The Story of The Prophet Muhammad SAW
Editor ; Helmy Network
Ilustrasi Image, Doc ; Helmy Network
No comments
Post a Comment