Novel - Menantu Dari Desa

<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="Novel - Menantu Dari Desa">

Novel - Menantu Dari Desa

Part 2

 FORTUNA MEDIA -  Aku baru ingat chat terakhirku tadi, kalau dia masih chat, block bertindak. Ternyata dia selugu itu, dia tidak berani chat biarpun sudah transfer sepuluh juta rupiah. Aku jadi penasaran dengan si Torkis ini, nama yang aneh menurutku, akaun Facebook justru Bang TH, entah apa TH ini. 

Dia sama sekali tak mengirim inbox lagi. Apapun yang kukatakan dia balas di kolom komentar, orang yang unik. Masih ada orang sebodoh ini, dengan mudahnya dia kirim wang sepuluh juta. Tak bisa kubayangkan dia akan jadi korban empuk para penipu di dunia maya. 

   BACA JUGA

Novel - Menantu Dari Desa - Part-1
Novel Collection

(Aku akan datang besok melamarmu, Ayu...)  tulisnya lagi di kolom komentar, kali ini dia komentari photo profilku. 

(Seserius itukah...)  balasku. 

(Ya, saya tak pernah main-main jika urusan perempuan...)  tulisnya lagi. 

Ya, Allah, ada apa denganku. Apa yang akan kukatakan pada Emak jika Torkis ini datang melamarku. 

(Ciee ciee, yang dilamar...)  Doli membalas komentar kami. 

(Heeii, jangan macam-macam, kublock nanti,)  ancamku. 

(Suka kali block orang ya...)  Torkis menulis komentar lagi. 

(Ini nombor WhatsApp, chat kemari saja...)  

(Ciee, ciee, yang mojok...)  Doli masih mengejekku. 

(Ciee ciee yang cemburu...), balasku kemudian. 

(Ayu, aku tahu kamu sakit hati, sampai membicarakan lamaran pun harus di kolom komentar, biar apa coba, biar aku lihat, kan? Tapi bukan begini caranya, jadilah wanita berkelas, jangan sama orang udik seperti itu, lihat dia, photonya saja macam orang kuno...)  Doli menulis komentar panjang lebar, segera kuhapus komentarnya, takut juga dibaca Torkis, orang yang sudah transfer sepuluh juta padaku.

Tidak lama kemudian ada pesan dari WhatsApp, salam dan sapa dari Torkis, Pemuda yang baru ku kenal. Tetapi sudah berikan panjar wang lamaran.

Kerana penasaran dengan wajah lelaki ini Aku video call, akan tetapi tidak ada yang terlihat, semua gelap. 

"Kok gelap?" tanyaku. 

"Kamera handphone-nya rusak,"

"Oh,"

"Ya, aku sampai besok pagi," katanya lagi. 

Aduh, Aku tak tahu harus berkata apa lagi, ini aneh. 

"Kau tahu alamatku?"

"Tahu,"

"Tahu dari mana?"

"Pernah kulihat kamu menulis alamatmu di komentar," 

Wah, Aku coba ingat kapan Aku tulis alamat di komentar, Ya, Tuhan, itu lima bulan lalu, berarti sudah lama dia perhatikan Aku. Ini harus kukabari ke keluarga besarku. 

Malam harinya semua keluarga berkumpul. Ada Ayah, Emak, juga dua Abangku, kami tiga bersaudara, dua Abangku sudah menikah. Sengaja kupanggil mereka malam ini. 

"Ayah, Emak, besok akan ada yang lamar Aku,"  kataku memulai pembicaraan. 

"Apaaa! kata mereka hampir serempak. 

"Akan ada yang lamar Aku besok, dia akan tiba pagi,"  kataku memperjelas ucapan. 

"Siapa dia, orang mana, kerjanya apa?"  tanya Abangku yang tertua. 

"Namanya Torkis, entah orang mana, katanya dia pengangguran,"

"Astaghfirullah, ada apa denganmu, Ayu, kau mahu dilamar orang yang tidak kau tahu orang mana, pengangguran pula?"  kata Ayah. 

"Begitulah kira-kira, Ayah,"

"Ya, Allah, ada apa dengan anakku ini?" ratap Ibuku. 

Dua Abang dan orang tuaku memandangku dengan tatapan tajam, Aku merasa seperti orang terdakwa saja. 

"Melamar itu bukan permainan, Ayu, bukan begitu caranya, kita bicara dulu dengan orang tuanya, penjajakan dulu, kenali dulu calonnya, baru terima lamaran ini bahkan dia orang mana pun kau tak tau,"  kata Ayah. 

"Katanya dia dari Desa, Ayah,"

"Emak tidak setuju, kau fikir enak tinggal di Desa, tidak, jangan terima lamaran itu,"  kata Ibuku lagi. 

"Sudah berapa lama kau kenal dia?"  tanya Abangku yang nombor dua. 

"Baru dua hari,"  jawaban jujur. 

Ibuku tiba-tiba lemas dan bersandar ke bahu Ayah, ternyata beliau pingsan mendengar perkataanku. Yah, orang tua mana yang tak terkejut Putrinya mahu dilamar orang yang baru kenal dua hari, itupun kenal via social-media.

Untuk beberapa saat pembicaraan terhenti, setelah Ibu siuman lagi, pembicaraan lanjut. 

"Emak tahu kau lagi sakit hati kerana ditinggal kawin sama si Doli. Tetapi bukan begini caranya, jangan hukum dirimu, itu bukan salahmu, Ayu, seharusnya kau bersyukur batal nikah dengan lelaki macam si Doli itu,"  kata Ibuku kemudian. 

"Iya, Mak, ini tidak ada hubungannya dengan si Doli,"  kataku lagi. 

"Tidak bisa, batalkan, telefon dia bilang tidak usah datang,"  kata Ayah. 

"Tidak bisa, Ayah, dia sudah dalam perjalanan,"

"Sudah, besok Ayah tolak lamarannya,"

"Tapi, Ayah,"

"Tapi apa lagi, pakai otak sikit Ayu, masak kau mahu dilamar orang yang baru dua hari kau kenal,"  kata Ayah. 

"Iya, kau fikir lamaran itu mainan,"  kata Abangku. 

"Tapi, Aku sudah terima panjar,"  kataku seraya menunduk. 

"Haahh, panjar, panjar apa?"

"Panjar mahar, sudah kuterima sepuluh juta."

"Brukkkk," 

Kali ini Ayahku yang pingsan. Next ...[HSZ] 

To be Continued...

Ilustrasi Image; Doc, Romy Mantovani 

#indonesia, #Novel, #NovelKomedi, #CeritaBersambung, #Cerbung,  #MenantuDariDesa 

VIDEO ;  


No comments