Novel - Menantu Dari Desa Part 19

<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="Novel - Menantu Dari Desa Part 19">

Novel - Menantu Dari Desa 

Part 19-Ending Euy

 FORTUNA MEDIA-  “Siapa Azizah, Bang?”  tanyaku pada Bang Torkis, saat itu kami lagi berduaan di kamar. Bu" Nia memberikan kamarnya satu untuk kami, kerana Aku tak mahu tinggal di gubuk yang berada di tengah kebun sawit.

“Hanya masa lalu, Dek?”  jawab Bang Torkis.

“Kenapa tidak pernah cerita, Abang bilang tidak pernah punya pacar,”

“Dia bukan pacarku, Dek, tapi teman, ceritanya panjang,”

“Coba ceritakan, Bang,”  kataku seraya duduk bersila.

   BACA JUGA
Novel - Menantu Dari Desa Part 16
Novel - Menantu Dari Desa Part 17
Novel - Menantu Dari Desa Part 18

Bang Torkis menarik nafas panjang, lalu ....

“Dia anak tukang emas itu, Dek, setiap bulan Aku menabung dengan beli emas kerana itu kami sering jumpa, dia membantu orang tuanya.”

“Terus pacaran gitu?”

“Tidakkah, Dek, dia dijodohkan orang tuanya dengan seorang Tentara yang masih sepupunya, dia tidak mahu, akan tetapi terus dipaksa,’

“Lalu lari sama Abang gitu,”  potongku lagi.

“Tidaklah, Aku baru tahu dia suka samaku, dia datang ke kebun, sendirian, bawah buntalan, dia ajak Aku kawin lari, tentu saja Aku tidak mau, kusuruh dia pulang tapi bukannya dia pulang, ternyata dia lari ke kota,”

“Oh, kenapa Abang tidak mau?”

“Kerana kami se-marga,”

“Hmmm,” 😔

“Kok, hmmm?”

“Terus kenapa Aku mirip dia kata orang?”

“Abang mana tahu, Dek, tanya Tuhan yang menciptakan manusia.”

“Jawaban klise.”

“klise bagaimana?”

“Berarti Abang cinta dia, Abang mahu samaku kerana mirip dia?”

“Bukan, awalnya memang aku tertarik kerana mirip Azizah, lalu kuikui FB-mu, kulihat lah status itu, yang kau dapat kalung emas itu, Aku langsung tertarik.”

“Pandai kali Abang mengarang cerita,”

“Apa pernah Abang berbohong?”

“Memang tidak?”

“Lalu kenapa Adek bilang mengarang, sekiranya betul pun mantanku memang kenapa, kamu sendiri punya mantan kan?”

“Iya, deh, Bang,”

Sudah ada tanah Bang Torkis di pinggir jalan lintas, jaraknya sekitar empat puluh kilo meter dari Desa Bu" Nia, Bang Torkis bilang di sanalah dia berencana membuka usaha pembibitan. Aku bisa membuat taman bungaku di tempat itu. Akan tetapi Bang Torkis masih beri Aku pilihan.

“Dek, kamu mahu tinggal di mana? Abang akan turuti, mahu di kota, di sini, tinggal di kebun, atau di tanah kita yang baru itu,”  tanya Bang Torkis di suatu pagi.

Aku lalu berfikir, untuk tinggal di kebun Aku rasanya tidak mampu, tanah yang baru itu menurut Bang Torkis jauh juga dari pemukiman penduduk, alamat Aku tidak akan punya tetangga.

“Aku mahu tinggal di kota saja, Bang,”  kataku akhirnya.

“Oke, Dek, besok kita berangkat,”  kata Bang Torkis.

Sesuai rencana kami kembali ke kota. Pak Parlindungan melepas kepergian kami dengan air mata, kami diperlakukan seperti anak dan menantu sendiri, Bahkan Pak Parlin memberikan wang saku untuk kami.

Ketika tiba di rumah, Aku terkejut melihat Kak Yanti ada di rumah bersama keponakanku. Wah, kapan dia datang?

Setelah salim dan basa-basi, Kak Yanti lalu cerita, dia sangat menyesal telah tergoda dengan wang yang banyak, kini dia mahu kembali rujuk dengan Bang Bayu, akan tetapi Bang Bayu belum mahu.

“Ayu, semua orang pernah melakukan kesalahan, tolong maafkan aku,”

“Iya, Kak, Aku maafkan,”  jawabku.

“Tolong bilang sama Bang Bayu,”

“Kenapa tidak bilang sendiri, Kak?”

“Dia tidak mahu bertemu aku, Ayu, aku sudah di sini pun dia pergi, tidak mahu datang ke sini, Ayah sama Emak saja sudah memaafkanku, tapi Bang Bayu tidak mahu,”

“Kalau Bang Bayu tidak mahu, buat apa dipaksa. Apa kakak mahu hidup makin tersiksa, tidak dicintai lagi?”  Bang Torkis ikut bicara.

Kak Yanti terdiam.

“Ya, sudah, Kak, kalau memang sudah begitu keputusan Bang Bayu, terima saja,” kataku kemudian.

Padahal seharusnya Aku yang paling marah pada Kakak-Iparku ini, dia sudah jebak Aku, larikan ATM-ku, Untung juga belum sempat dia ambil semua, kerana setelah Aku bebas langsung kulaporkan ke Bank. Padahal lagi ketika kami datang ke Bali, katanya dia sudah malu untuk pulang. Apakah malunya sudah hilang?

Kuambil telefon, coba telefon Bang Bayu.

“Bang, ada Kak Yanti ini,”  kataku setelah telefon tersambung.

“Iya, Ayu, aku tahu, aku sudah terlanjur sakit hati, jika dia sakiti aku masih bisa kuterima. Tetapi dia celakai kau Ayu, itu yang tidak bisa kuterima,”  kata Bang Bayu. Sengaja kuaktivkan speaker handphone supaya Kak Yanti dengar.

“Ayu saja sudah maafkan aku, Bang, demi anak kita, Bang,”  kata Kak Yanti.

“Ayu yang maafkan, tapi aku tidak, silakan pergi saja, kau sudah kuceraikan, aku tak akan datang ke situ selama kau masih di situ,”  kata Bang Bayu.

Kak Yanti akhirnya pergi, katanya dia tidak bisa kembali ke Bali lagi, dia akan pulang ke rumah orang tuanya di Pekanbaru. Sedih juga, akan tetapi mengingat perlakuan Kak Yanti padaku, Aku dukung keputusan Bang Bayu.

Siang itu Aku dan Suami belanja di Mall, Bang Torkis mahu beli pakaian untuknya, ternyata untuk urusan pakaian Bang Torkis sangat pemilih, kami sampai putar-putar di Mall agak lama, dia mahu cari celana jeans dan baju kotak-kotak.

“Bang, lihat itu, ada si Doli,”  kataku pada Bang Parlin demi melihat Doli lagi duduk di cafe yang ada di Mall.

“Ayo kita datangi, dia yang suruh orang menjebak kita,”  kata Bang Torkis.

Ah, Aku jadi menyesal menunjukkan Doli, bisa ada keributan lagi ini. Akan tetapi Aku memang ingin membalas Doli.

“Hai, Ayu, Torkis!”  seru Doli ketika kami sudah dekat.

“Kau mahu jebak kami, ya?” kata Bang Torkis.

“Jebak bagaimana?”

“Kau fikir kami tidak tahu?”  kata Bang Torkis lagi.

“Sumpah aku tidak tahu apa-apa, aku sudah belajar menerima, sudah dapat ganjaran dengan sakit perut mana berani lagi aku macam-macam,” kata Doli.

“Ya, sudah, Bang, sepertinya dia jujur,”  bisikku pada Bang Torkis.

“Ok, jangan macam-macam sama kami ya,”  kata Bang Torkis.

“Tidak, aku mana berani,” kata Doli.

“Oh, ya, si Naomi berpesan, katanya jemput dia, minta maaf kau sama dia,”  kataku sebelum kami pergi.

“Tidak akan, dia tidak perawan, dia bohongi aku,”  jawab Doli.

“Memangnya kamu perjaka?” kata Bang Torkis.

“Iya, tentu saja tidak, tetapi kan ... “

"Tetapi apa?”

“Oh, baik, aku akan jemput Naomi,”  kata Doli. Kesombongan Doli seperti sirna berhadapan dengan Bang Torkis.

Dua hari kemudian, aku terkejut dengan kedatangan Naomi, dia memelukku seraya mengucapkan terima kasih.

“Terima kasih, Ayu, Doli sudah datang minta maaf, kami rujuk kembali, kata Doli kerana perkataan kalian, aku sangat berterima kasih,” kata Ayu.

“Iya, sama-sama, tapi tolong menjauh dari kami,”  jawabku.

Akhirnya kami temukan tanah yang tepat, berada di pinggir jalan besar. Keinginanku tetap tinggal di kota tercapai, keinginan Bang Torkis usaha pembibitan juga tercapai. Kini kami mulai merintis usaha.

'KissYu' adalah nama usaha kami. Usaha penyediaan bibit pertanian dan pupuk (baja) serta obat-obatan pertanian. 

Kami hidup bahagia. Cerita pun tamat...THE END  🤓[HSZ] 

Ilustrasi Image; Doc, Romy Mantovani 

Untuk Anda yang belum baca siri Novel yang sebelumnya,

Anda boleh baca disini ; Novel - Menantu Dari Desa

#indonesia, #Novel, #NovelKomedi, #CeritaBersambung, #Cerbung,  #MenantuDariDesa 

No comments