KISAH SUFI, SANG KYAI [20]

<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="KISAH SUFI, SANG KYAI [20]">

KISAH SUFI, SANG KYAI [20]

  • Pada siri ke-19. Sang Kyai dikatakan mendapat jemputan spesial makan siang oleh Mbak Lina di butiknya. Mari kita simak, bagaimana kelanjutan pertemuan Sang Kyai dengan Mbak Lina, wanita cantik lagi menawan tersebut.

FORTUNA MEDIA -  Jam setengah satu siang, berarti ada setengah jam waktu Aku berada di tempat Mbak Lina, dan Aku sudah duduk di kursi rotan yang ada di ruangan belakang Butik, ruangan dengan luas 5 meter persegi, ditata dengan artistik. Setidaknya menurut pandanganku, dinding satu tembok dilapis wallpaper bermotif kembang, dipadu dengan warna cat bermotif warna bedak yang lembut, dibatas garis warna putih, pencahayaan ruangan di buat terang tapi dalam arah tertentu menyorot, sehingga ruangan kelihatan setengah redup.

“Mas Ian duduk saja yang manis, biar Aku yang melayani makannya, ya, hitung-hitung belajar menjadi Istri Mas.” 
kata Lina dengan tanpa canggung, nadanya dipenuhi kebahagiaan. Di atas meja di depanku yang berbentuk bundar dari bahan kayu jati dan dilapis fiber ada berbagai makanan. Tetapi pandanganku hanya tertuju pada makanan yang ku suka, ada soto, dan paru goreng, juga pergedel kentang. Tercium bau harum minyak wangi yang lembut ketika Mbak Lina memasangkan sapu tangan kecil di pangkuanku. Hhmm, ribet amat, kalau menurutku makan ya makan, langsung santap, langsung selesai, kalau kepedasan dirokoki, sudah gitu saja, kenapa pakai repot (susah-susah).

    RELATED POST
PUISI "Pelangi Impian"
PUISI; Dalam Epilog Cinta Terlarang
PUISI ; Nyanyian Gugur Bunga Bunga Flamboyan
 

“Lin…”  panggilku, ketika dia menata sendok dan piring di depanku, kerana melihat dia seperti itu, bisa-bisa acara makan belum selesai. Waktuku istirahat kerja sudah habis.

“Ada apa Mas?” tanyanya, sambil masih meletakkan garpu, dan kertas tissu.

 “Sudahlah… kamu duduk, kita makan.., aku tidak usah dilayani.” 
kataku sudah tidak sabar.

“Mas Ian tidak suka ya dengan pelayananku?”   tanyanya, sambil berhenti bergerak.

 “Bukan begitu, tapi waktu kita pendek. Coba lihat, ini sudah 10 menit Aku duduk di sini. Tetapi makannya belum juga mulai. Nantik nasi baru Aku masukkan kemulut waktu istirahatku sudah habis. Nanti saja kalau kita sudah nikah, kamu menunjukkan pelayananmu yang paling top. Sekarang kamu duduk kita segera makan bersama.” 
kataku menjelaskan.

“iya… iya aku duduk.” 
katanya sambil mulut dimanyunkan. Dalam hitungan menit, apa-apa yang ingin ku makan segera pindah di perutku, Aku bukan orang yang suka bertele-tele, selalu apa adanya, tak suka banyak unggah ungguh asal 
dalam kebenaran dan tidak menyalahi agama. Maka lakukan dengan tanpa ragu, mengambil yang perlu dan meninggalkan yang tidak ada manfaatnya. Dan tak sampai lima menit makan selesai.

“Bagaimana Mas, enak makanan bikinanku?”  tanya Mbak Lina. Aku acungkan jempol (ibujari) dan tak komentar, dan dia tertawa, kadang bahasa isyarat itu lebih mewakili dan lebih mendalam. Apalagi kalau jempolnya digoyang berulang-ulang, itu menunjukan penekanan yang amat sangat. Bahasa seperti itu orang tuli juga tahu, kecuali orang buta, kalau orang buta mungkin harus jempol ditempel di hidungnya, pakai jempol kaki juga dia tidak mengerti, paling bilang jempolmu kok bau terasi-belacan  ya…😄

 “Mas… Apa mas Ian tidak menembakku?”

“Apa? Menembak?” 
tanyaku hairan.

 “Iya , menembak, kan kalau mahu pacaran mahu jadian ditembak gitu.”


 “Ooo maksudnya jadian?


“Iya, kan kata kerennya pakai kata menembak.”   jelasnya.

“Kok kata menembak keren, Aku jadi ingat dulu di Desa suka menembaki bangau putih di pohon tertinggi Desaku, perasaan kata menembak biasa saja.” kataku sambil menerawang.

 “Ya, apa Mas Ian tidak mahu kita jadian sekarang.”  kata dia sambil menggenggam tangan kasarku.

“Sebaiknya kamu pertimbangkan lagi Lin…, kamu kan belum tahu betul siapa diriku.”


“Apa aku yang harus menembak Mas…” 
katanya sambil menatapku dengan tatapan tak sabar.

 “Memangnya ada perempuan yang menembak lelaki?”
  tanyaku membiarkan tangannya yang lembut memainkan jemariku.

“Ya adalah…”


“Tapi menurut hematku jangan dulu, Aku tak mahu kau menyesal di kemudian hari.”


“Tidak, aku tak akan menyesal, aku sudah yakin seyakin yakinnya, hanya Mas yang pantas menjadi imamku, menjadi pembimbingku, menjadi 
pendamping sepanjang hidupku.” katanya bersemangat.

Jelas membuatku juga tergetar, kerana Aku juga lelaki normal. Mungkin yang mengatakan kambing yang bisa bicara, Aku tak akan perduli. Sekarang yang mengatakan seorang gadis yang sempurna.  Sedang mimpi dia mengatakan seperti itu saja tak pernah terlintas di benakku. Tapi Aku jadi ingat, orang kalah itu adalah orang yang menjadikan nafsunya sebagai Tuhannya, yang selalu terseret dan dituruti apa dan kemana nafsu itu menyeret.

Cepat-cepat Aku tulis Asma Allah di hatiku, ku pejamkan mata sesaat untuk menyempurnakan bentuknya, terasa aliran hangat mengaliri setiap nadi, menyadarkan dan membersihkan anasir jahat yang mulai mahu menguasai, dan terasanya sangat nyata. Siapa yang membaca boleh mempraktekkannya, dan akan merasakan apa yang Aku rasakan.  Jika mengalami hal yang menimpa sepertiku. Itu yang dinamakan, "Ja’al haq wa zahaqal bathil". 

Syaitan itu mengalir di aliran darah, lalu jika kita menghadirkan Asma Allah, saat syaitan itu hampir menguasai dan mengalir di setiap darah kita. Maka Asma Allah yang kita konsentrasikan itu akan menetralisir kekuatan syaitan di tubuh. Dan efeknya, alirannya bisa dirasakan benar-benar nyata. Tanganku yang digenggam Lina sekarang tak bedanya, Aku menggenggam kaki kursi atau meja yang patah, tak ada getaran apa-apa.

“Ku rasa kamu terlalu muluk-muluk, begini saja, kita biarkan seminggu, nanti kalau sudah seminggu, jika kamu masih suka denganku, Aku yang akan menembakmu, dan kita langsung saja nikah. Bagaimana?”  kataku.

“Benar Mas?”

“Benar lah" !. 


“Aku kembali dulu ke tempat kerjaku ya… dan terimakasih atas makan siangnya.” kataku sambil bangkit dari kursi

Lina mencium tanganku, ku biarkan saja dan menempelkan tanganku ke pipinya. Aku segera beranjak kembali ke tempatku bekerja. [HSZ] 

To be Continued.....

#indonesia#misteri#KisahKyaiLentik  #KyaiLentik, #KisahSangKyai, #KisahSufi, #SangKyai,   

No comments