Historical Islam, Syeikh Ahmad Izzah Al-Andalusy, Kisah 'Sang Algojo' Yang Jadi Ulama Besar

<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="Historical Islam, Syeikh Ahmad Izzah Al-Andalusy, Kisah 'Sang Algojo' Yang Jadi Ulama Besar">

Photo; Syeikh Ahmad Izzah Al-Andalusy

Historical Islam, Syeikh Ahmad Izzah Al-Andalusy, Kisah 'Sang Algojo' Yang Jadi Ulama Besar

FORTUNA MEDIA - Sebuah kisah yang dinukil dari sejarah peradaban Islam di masa keruntuhan Khilafah Bani Ummayah, pasca jatuhnya Andalusia ke pemerintahan Sepanyol, tahun circa 1114-1154 Masehi, di mana bandar-bandar Muslim di Sepanyol Jatuh, mulai dari Cordoba, Almeria, dan Granada.

Khalifah Abdul Mun’im digantikan oleh saudaranya yang bernama Abu Ya'kub, dan kemudian tampillah Khalifah Abu Ya'kub sebagai penerusnya. Dalam beberapa generasi ini Khilafah Muwahhidun mengalami masa-masa kemajuan.


Namun, setelah itu mengalami masa suram, hingga jatuhnya bandar-bandar Muslim ke tangan Kristian Sepanyol, berarti lenyapnya pusat peradaban, singgasana ilmu pengetahuan dan singgasana para ilmuan Muslim di Sepanyol.

Umat Kristian Sepanyol muncul ibarat rembulan dengan cahaya yang maya. Maka semenjak saat itu kemuraman Umat islam menyelimuti Sepanyol, setelah jatuhnya kerjaaan Granada Islam yang terakhir di Sepanyol yang dulunya bernama Andalusia.

(Sumber: adapted dari Prof. K. Ali, Sejarah Islam (Tarikh Pramodern), Srigunting Raja Grafindo Persada, 1996 dan dilansir dari tribunnews.com/)

Kutipan di atas hanya bagian dari sejarah jatuhnya pemerintahan Khilafah Islam dan mengerucut ke dalam kisah mengharukan seorang Ulama besar Syeikh Ahmad Izzah Al-Andalusy.

Berikut kisahnya.

Circa Tahun 1525 itu pasca jatuhnya Kerajaan Islam Granada, banyak para ulama yang setia dipenjara dan disiksa.

Pada suatu petang, pada tahun circa 1525 di sebuah Penjara di Negeri Sepanyol, suasana di situ terasa hening mencengkam. 

Jendral Adolfo Roberto, pemimpin penjara yang terkenal bengis, sedang bertugas memeriksa setiap kamar tahanan.

Setiap sipir (warden) penjara membungkukkan badannya serendah mungkin ketika 'Algojo Penjara' itu berlalu di hadapan mereka.

Kerana kalau tidak, sepatu 'Jungle' milik tuan Roberto itu akan mendarat di wajah mereka.

Roberto marah besar ketika dari sebuah kamar tahanan terdengar suara seseorang membaca Ayat-Ayat Suci Al-Qur'an yang amat ia benci. 

"Hai ... hentikan suara jelekmu ! Hentikan ...!!!"  Teriak Roberto sekeras-kerasnya sambil membelalakkan mata.

Namun apa yang terjadi ?
   

   RELATED POST 

Terkini Kes Holywings, Izin Usaha Selurut Outlet di Jakarta Dicabut

MEGALOMANIA INI MUSUH INOVASI
DUNIA INI KOMPETISI DAN OTAK TIRU-MENIRU


Lelaki di kamar tahanan tadi tetap saja membaca dan bersenandung dengan khusyu'nya

Roberto bertambah berang.

Algojo penjara itu menghampiri kamar tahanan yang sempit.

Dengan bongkak ia meludahi wajah renta sang tahanan yang keriput hanya tinggal tulang.

Tak puas sampai di situ, ia lalu menyulut wajah dan seluruh badan orang tua renta itu dengan rokoknya yang lagi menyala.

Sungguh ajaib ...! tak terdengar secuil pun keluh kesakitan. 

Bibir yang pucat kering milik sang tahanan amat gengsi untuk meneriakkan kata kepatuhan kepada sang Algojo. 

Bibir keringnya hanya berkata lirih, "Robbi, Wa-ana 'Abduka ..."

Tahanan lain yang menyaksikan kebiadaban itu serentak bertakbir sambil berkata, 

"Bersabarlah wahai Syeikh ... InsyaAllah tempatmu di Syurga."

Melihat kegigihan orang tua yang dipanggil Syeikh oleh sesama tahanan, 'algojo penjara' itu bertambah memuncak amarahnya.

Ia perintahkan pegawai penjara untuk membuka sel penjara (prison cell), dan ditariknya tubuh orang tua itu keras-keras hingga terjerembab di lantai. 

"Hai orang tua busuk...!!

"Bukankah engkau tahu, aku tidak suka bahasa jelekmu itu ?!

"Aku tidak suka apapun yang berhubungan dengan Agamamu....!!!"

Sang Ustaz lalu berucap, "Sungguh ... Aku sangat merindukan kematian, agar Aku segera dapat menjumpai Kekasihku yang amat kucintai, Allah Subhanahu Wa Ta'ala".

"Kerana kini Aku berada di puncak kebahagiaan kerana akan segera menemui-Nya".

"Maka patutkah Aku berlutut kepadamu, hai manusia busuk ?

"Jika Aku turuti kemahuanmu, tentu Aku termasuk orang-orang yang zalim".

Baru saja kata-kata itu terhenti, sepatu laras Roberto sudah mendarat di wajahnya.

Lelaki tua itu terhuyung-huyung.

Kemudian jatuh terkapar di lantai penjara dengan wajah bersimbah darah.

Ketika itulah dari saku baju penjaranya yang telah lusuh, meluncur sebuah 'Buku Kecil'. 

Adolfo Roberto bermaksud memungutnya. 

Namun tangan sang Syeikh telah terlebih dahulu mengambil dan menggenggamnya erat-erat.

"Berikan buku itu, hai lelaki dungu !", bentak Roberto.

"Haram bagi tanganmu yang kafir dan berlumuran dosa untuk menyentuh barang suci ini !",  Ucap sang Syeikh dengan tatapan menghina pada Roberto.

Tak ada jalan lain, akhirnya Roberto mengambil jalan paksa untuk mendapatkan buku itu. 

Sepatu laras berbobot dua kilogram itu ia gunakan untuk menginjak jari-jari tangan sang Syeikh yang telah lemah. 

Suara gemeretak tulang yang patah terdengar menggetarkan hati.

Namun tidak demikian bagi Roberto. 

Jendral Adolfo Roberto, Lelaki bengis itu malah merasa bangga mendengar gemeretak tulang yang terputus. 

Bahkan 'algojo penjara' itu merasa lebih puas lagi ketika melihat tetesan darah mengalir dari jari-jari musuhnya yang telah hancur.

Setelah tangan renta itu tak berdaya, Roberto memungut buku kecil yang membuatnya penasaran. 

Perlahan Jendral Adolfo Roberto, sang 'algojo penjara' itu  membuka sampul buku yang telah lusuh

Mendadak algojo itu termenung dan berkata dalam hatinya :

"Ah, ... sepertinya Aku pernah mengenal buku ini ".

" Tapi bila ??"

" Ya, Aku pernah mengenal buku ini."  Suara hati Roberto bertanya-tanya.

Perlahan Roberto membuka lembaran pertama itu.

Jenderal berumur 30 tahun itu bertambah terkejut tatkala melihat tulisan-tulisan "aneh" dalam buku itu. 

Rasanya ia pernah mengenal tulisan seperti itu dahulu. 

Namun, sekarang tak pernah dilihatnya di bumi Sepanyol Ini.

Akhirnya Roberto duduk di samping sang Syeikh yang sedang sakarat melepas nafas-nafas terakhirnya. 

Wajah bengis 'sang algojo' kini diliputi tanda tanya yang dalam.

Mata Roberto rapat terpejam.

Ia berusaha keras mengingat peristiwa yang di alaminya sewaktu masih kanak-kanak dulu.

Perlahan, sketsa masa lalu itu tergambar kembali dalam ingatan Roberto.

Pemuda itu teringat ketika suatu hari petang, di masa kanak-kanaknya terjadi kericuhan besar di Negeri tempat kelahirannya ini. 

Petang itu ia melihat peristiwa yang mengerikan di lapangan Inkuisisi (lapangan tempat pembantaian kaum Muslimin di Andalusia). 

Di tempat itu tengah berlangsung pesta darah dan nyawa.

Beribu-ribu jiwa kaum Muslimin yang tak berdosa berjatuhan di bumi Andalusia. 

Di ujung kiri lapangan, beberapa puluh wanita berhijab (jilbab) digantung pada tiang-tiang besi yang terpancang tinggi. 

Tubuh mereka bergelantungan tertiup angin petang yang kencang, membuat pakaian Muslimah yang dikenakan berkibar-kibar di udara.

Sementara itu, di tengah lapangan ratusan pemuda Islam dibakar hidup-hidup pada tiang-tiang salib, hanya kerana tidak mahu memasuki Agama yang dibawa oleh para Rahib Kristian.

Seorang kanak-kanak (bocah) lelaki mungil tampan, berumur tujuh tahunan, malam itu masih berdiri tegak di lapangan Inkuisisi yang telah senyap. 

Korban-korban kebiadaban itu telah syahid semua.

Bocah mungil itu mencucurkan airmatanya menatap sang Ibu yang terkulai lemah di tiang gantungan. 

Perlahan-lahan bocah itu mendekati tubuh sang Ummi (Ibu) yang sudah tidak bernyawa, sambil menggayuti 'abaya hitamnya'.

Sang kanak-kanak berkata dengan suara parau,

"Ummi.. Ummi.. Mari kita pulang. Hari sudah malam.

"Bukankah Ummi telah berjanji malam ini akan mengajariku lagi tentang alif, ba, ta, tsa ....?"

"Ummi, cepat pulang ke rumah Ummi ..."😭😭😭

Bocah kecil itu akhirnya menangis keras, ketika sang Ummi tak jua menjawab ucapannya. 

Ia semakin bingung dan takut, tak tahu harus berbuat apa. 

Untuk pulang ke rumah pun, ia tak tahu arah.

Akhirnya bocah itu berteriak memanggil Bapaknya, _"Abi ... Abi ... Abi ..."

Namun ia segera terhenti berteriak memanggil sang Bapak ketika teringat kemarin petang bapaknya diseret dari rumah oleh beberapa orang berseragam.

"Hai ... siapa kamu?!"  Teriak segerombolan orang yang tiba-tiba mendekati sang bocah.

"Saya Ahmad Izzah, sedang menunggu Ummi ..."  Jawab sang bocah memohon belas kasih. 

"Hah ... siapa namamu bocah ?? Coba ulangi !!!" Bentak salah seorang dari mereka

"Saya Ahmad Izzah ..."  sang bocah kembali menjawab dengan rasa takut. 

Tiba-tiba "plak! sebuah tamparan mendarat di pipi sang bocah. 

"Hai bocah ...! Wajahmu bagus tapi namamu jelek. 

"Aku benci namamu ".

"Sekarang kuganti namamu dengan nama yang bagus". 

"Namamu sekarang 'Adolfo Roberto' ...
Awas !"

"Jangan kau sebut lagi namamu yang jelek itu. Kalau kau sebut lagi nama lamamu itu, nanti akan kubunuh!"  Ancam lelaki itu.

Sang bocah meringis ketakutan, sambil tetap meneteskan air mata.😭😭

Kanak-kanak lelaki mungil itu hanya menurut, ketika gerombolan itu membawanya keluar dari lapangan Inkuisisi. 

Akhirnya, kanak-kanak tampan itu hidup bersama mereka.

Sang Jendral Adolfo Roberto, sadar dari renungannya yang panjang. 

Sang Jendral itu melompat ke arah sang tahanan. 

Secepat kilat dirobeknya baju penjara yang melekat pada tubuh sang Syeikh. 

Ia mencari-cari sesuatu di pusar (pusat) lelaki itu. 

Ketika ia menemukan sebuah 'tanda hitam' ia berteriak histeris, "Abi... Abi ... Abi ..!!."

Ia pun menangis keras, tidak ubahnya seperti Ahmad Izzah dulu.

Fikirannya terus bergelut dengan masa lalunya. 

Ia masih ingat betul, bahwa buku kecil yang ada di dalam genggamannya adalah Kitab Suci milik Ayahnya, yang dulu sering dibawa dan dibaca Ayahnya ketika hendak menidurkannya. 

Ia juga ingat betul Ayahnya mempunyai 'tanda hitam' pada bagian pusatnya.

Pemuda beringas itu terus meraung dan memeluk erat tubuh tua renta nan lemah.

Tampak sekali ada penyesalan yang amat dalam atas ulahnya selama ini. 

Lidahnya yang sudah berpuluh-puluh tahun alpa akan Agama Islam, saat itu dengan spontan menyebut, 

"Abi ... Aku masih ingat alif, ba, ta, tsa ..."😭😭😭

Hanya sebatas kata itu yang masih terekam dalam benaknya.

Sang Syeikh segera membuka mata ketika merasakan ada tetesan hangat yang membasahi wajahnya. 

Dengan tatapan samar dia masih dapat melihat orang yang tadi menyiksanya habis-habisan kini tengah memeluknya. 

"Tunjuki Aku pada jalan yang telah Engkau tempuh Abi, tunjukkan Aku pada jalan itu ..." 😭😭😭

Terdengar suara Sang Jendral Adolfo Roberto memelas-merintih sedih.

Sang Syeikh tengah mengatur nafas untuk berkata-kata, ia lalu memejamkan matanya. 

Air matanya pun turut berlinang. 

Betapa tidak, jika sekian puluh tahun kemudian, ternyata ia masih sempat berjumpa dengan buah hatinya, ditempat ini. 

Sungguh tak masuk akal. 

Ini semata-mata bukti Kebesaran Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Sang Abi dengan susah payah masih bisa berucap.

"Anakku, pergilah engkau ke Negeri Mesir. Di sana banyak Saudaramu. Katakan saja bahwa engkau kenal dengan Syeikh Abdullah Fattah Ismail Al-Andalusy."

"Belajarlah engkau di Negeri itu".

Setelah selesai berpesan sang Syeikh menghembuskan nafas terakhir dengan berbekal kalimah indah "Dua Kalimah Syahadat..!

Beliau pergi menemui Rabbnya dengan tersenyum, setelah sekian lama berjuang di bumi yang fana ini.

***

Beberapa tahun kemudian.....

Ahmad Izzah telah menjadi seorang Ulama Besar di Negeri Mesir. 

Seluruh hidupnya dibaktikan untuk Syi'ar Agama Islam, sebagai ganti kekafiran yang di masa muda sempat disandangnya.

Banyak pemuda Islam dari berbagai penjuru dunia berguru kepadanya Beliaulah ... Syeikh Ahmad Izzah Al-Andalusy.

Sang Ulama itu berpesan kepada Seluruh Umat Islam se-dunia:

" Jangan engkau pilih Pemimpin yang menzalimi para Ulama dan Jangan engkau pilih pemimpin yang suka berdusta ".

Firman Allah Ta'ala:

"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrahnya itu. Tidak ada perubahan atas fitrah Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."

(Al-Qur'an, Surah Ar-Rum. 30:30)

***

Semoga Kisah Nyata ini menjadi Iktibar bagi kita, untuk berfikir, bersikap, bertindak, dan berpihak kepada Kebenaran yang Hakiki. Kerana Harta, Pekerjaan, Pengaruh, Pangkat, Jabatan, dan Kesenangan hidup di Dunia ini, hanya sesaat... Hanya  benar-benar menjelang Ajal kita datang.

Kembalilah Sahabat...kembalilah dengan berlari cepat kepada Allah .. berhijrah lah sesegera mungkin ...?! [hsz] 

Anonymous Source
Editor;
 Romy Mantovani

#Historical_Islam, #SyeikhAhmadIzzah_AlAndalusy, #KisahAlgojo,  #SyeikhAbdullahFattahIsmail_AlAndalusy, #KristianSepanyol,  #Cordoba, #Almeria, #Granada, #Andalusia,

VIDEO :

KESAKSIAN MUHAMMAD QASIM SEBAGAI IMAM MAHDI ADALAH PALSU & DUSTA BELAKA- BUYA DR. ARRAZY HASHIM, MA.

No comments