KISAH RASULULLAH SHALLALLAAHU 'ALAIHI WA SALLAM [21]
KISAH RASULULLAH SHALLALLAAHU 'ALAIHI WA SALLAM [21]
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
KISAH RASULULLAHﷺ صل الله عليه و سلم
Bagian-21
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّد
"Allahumma Shalli 'Ala Muhammad"
Pembicaraan Abu Thalib Radhiallahu 'Anhu
Pada musim semi (springtime) tahun 595 Masehi, para pedagang Kota Makkah kembali mulai menyusun kafilah (kabilah) perdagangan musim panas mereka, untuk membawa barang dagangan ke Negeri Syria. Sayyiditina Khadijah Radhiallahu 'Anha, juga sedang mempersiapkan barang dagangannya, tetapi ia belum menemukan seseorang untuk menjadi pemimpin kafilahnya. Beberapa nama diusulkan orang, namun, tidak satu pun yang berkenan di hatinya.
Mendengar itu, Abu Thalib mendatangi Khadijah dan menawarkan kepadanya Muhammad, keponakannya yang baru berusia 25 tahun, untuk menjadi agen Khadijah. Abu Thalib tahu bahwa Muhammad belum cukup berpengalaman, tetapi ia sangat yakin bahwa Muhammad lebih dari sekadar mampu.
Sebagaimana penduduk Kota Makkah yang lain, Khadijah pun telah mendengar nama Muhammad. Satu hal yang Khadijah yakin adalah kejujuran Muhammad. Bukankah orang Makkah menjulukinya "Al Amin" atau "Orang yang boleh dipercaya". Maka, Khadijah menyetujui tawaran Abu Thalib. Bahkan ia hendak memberi imbalan dua kali lipat kepada Muhammad dari yang biasa diberikan kepada orang lain. Oleh kerana itu, Abu Thalib pulang dengan gembira.
Segera saja Abu Thalib dan Muhammad menemui Khadijah yang kemudian menerangkan tentang seluk-beluk perdagangan. Otak Muhammad yang cerdas bekerja dengan tangkas. Ia segera memahami semuanya. Tidak satu penjelasan pun yang ia minta untuk diterangkan ulang.
Maka, kafilah pun disiapkan dengan suara riuh rendah. Khadijah menyertakan seorang pembantu lelakinya yang terpercaya, Maisarah, untuk mendampingi Muhammad di perjalanan. Diantar Abu Thalib dan paman-pamannya (Pakcik/Om) yang lain, Muhammad datang pada hari yang telah ditentukan. Mereka disambut seorang Paman Khadijah yang sedang menanti mereka dengan surat-surat perdagangan.
Pemimpin kafilah membunyikan tanda dan semuanya segera berangkat. Pada musim panas, kafilah Makkah berangkat menjelang senja dan terus berjalan pada malam hari. Mereka beristirahat pada siang hari kerana perjalanan siang akan sangat melelahkan semua orang.
Maka, berangkatlah Muhammad menempuh jalur yang pernah ditempuh bersama pamannya 13 tahun yang lalu.
READ MORE
KISAH RASULULLAH SHALLALLAAHU 'ALAIHI WA SALLAM [20]
The Story of The Prophet Muhammad SAW
Imbalan untuk Muhammad
Imbalan yang diberikan Khadijah untuk seorang agen adalah dua ekor unta. Akan tetapi, Abu Thalib minta empat ekor unta. Maka, Khadijah pun menjawab,
"Kalau permintaan itu bagi orang yang jauh dan tidak kusukai saja akan kukabulkan, apalagi buat orang yang dekat dan kusukai."
Berdagang ke Negeri Syam
Dalam perjalanan, Muhammad mengenali bahwa Maisarah adalah teman yang baik. Dengan senang hati, Maisarah menunjukkan dan menceritakan sejarah berbagai tempat menarik yang mereka lewati. Muhammad juga menemui bahwa anggota kafilah yang lain sangat ramah dan akrab terhadapnya.
Setelah satu bulan berjalan, tibalah mereka di Negeri Syria
Setelah beristirahat beberapa hari, mulailah para pedagang menuju ke pasar. Walaupun ini adalah pengalaman pertama. Muhammad sama sekali tidak bingung dengan tugasnya. Maisarah tercengang melihat kelihaian (kepintaran)Muhammad mengambil keputusan, fikirannya yang tajam, serta kejujurannya. Semua barang yang mereka bawa laku terjual dengan jumlah keuntungan yang belum pernah didapatkan Khadijah sebelum itu.
Setelah itu, Muhammad membeli barang-barang berkualiti yang akan dibawa pulang ke Kota Makkah untuk dijual dengan harga tinggi.
Di Negeri Syria, setiap orang yang berjumpa dengan Muhammad pasti sangat terkesan olehnya. Penampilan Muhammad sangat mempesona, ramah, dan sangat besar perhatiannya pada setiap orang. Di tengah-tengah kesibukan itu, Maisarah melihat bahwa Muhammad selalu memanfaatkan setiap waktu senggang untuk menyendiri dan berfikir. Ini benar-benar tidak lazim bagi Maisarah. Ia tidak menyadari bahwa tuan mudanya ini memang sangat terbiasa meluangkan waktu untuk memikirkan nasib umat manusia.
Muhammad juga amat hairan melihat perpecahan berbagai kelompok Nasrani di Negeri Syria. Setiap masing-masing dari mereka memiliki jalan dan pendapat sendiri padahal seharusnya mereka bergabung dalam satu kelompok. Manakah yang paling benar dari semuanya itu. Fikiran-fikiran seperti ini membuat mata Muhammad selalu terbuka pada saat orang-orang lain terlelap tidur.
Akhirnya, waktu untuk pulang pun tiba. Barangan Oleh-oleh (hadiah/gift)untuk handai tolan pun dibeli dan semua barang dikemas. Waktu pulang adalah waktu yang paling menggembirakan kerana mereka akan berjumpa lagi dengan orang-orang tercinta di kampung halaman. Mereka tidak sabar lagi mendengar tawa ria anak-anak mereka saat kembali nanti dan mereka sadar jika waktu itu tiba, tidak akan kuat lagi mereka menahan air mata.
Hari Juma'at
Hari Juma'at pada zaman jahiliyah adalah hari bersuka ria di seluruh Jazirah Arab. Semua orang sibuk di pasar.
Dalam sebuah Hadits disebutkan bahwa, pernah terjadi, Khutbah Juma'at Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam hampir terganggu, kerana saat itu datang kafilah membawa barang dagangan.
Pada hari Juma'at, semangat berdagang-berniaga mengaliri darah semua orang pada saat itu.[hsz]
💐Bersambung ....Semoga Kita Mendapat Barokah Allah Azza Wa Jalla.
آمينَ يا رَبَّ الْعلَمِيْنَ ..بَارَكَ اللهُ فِيْك
Editor ; Helmy Network
Ilustrasi Image, Doc, FortunaNetworks.Com
VIDEO:
No comments
Post a Comment