MYSTERY CINCIN BERLIAN BERDAR4H [11]
MYSTERY CINCIN BERLIAN BERDAR4H [11]
PART-11“Pak Karman, jangan berbelit-belit. Ceritakan secara jelas apa yang terjadi.” Saya sudah cukup lama bingung dengan kes ini.
Pak Karman mulai bercerita dengan suara perlahan, sementara sepotong tangan itu, masih berada di lehernya.
Aku segera berlari masuk mengambil smart phone ku dan menyetel dalam posisi, 'on'.
“Suatu malam kami berlima mengunjungi sebuah rumah di pinggir jalan utama di kota Yogyakarta. Rumah yang sudah kami awasi sebelumnya, siapa penghuni rumah dan namanya dan lainnya. Kami dapat info rumah tadi dalam keadaan kosong, kerana seluruh penghuninya pergi ke luar negeri“.
Kembali kudengar riwayat saat Karman Cs mer0mp4k rumah Santi. Hingga tiba pada cerita Santi keluar dari kamar mandi.
“Malam itu kami semua larut dalam sukacita ketika usaha per0mp4kan kami berjalan sempurna. Semua harta benda berharga milik keluarga Pak Hanum bisa kami kumpulkan."
"Namun kami sangat kaget, ketika dalam kegembiraan itu kami melihat Santi keluar dari kamar mandi dalam kondisi mengantuk. Ternyata Santi batal untuk pergi ke Singapura, sesuai rencana semula."
"Ucup berteriak melihat Santi dan reflek mengejarnya sambil menyambar kelewang atau pedang panjang yang terletak di lantai. Santi yang segera tersadar ada yang tidak beres segera mencoba untuk masuk lagi kedalam kamar mandi. Terjadilah dorong-mendorong dari luar dan dalam. Pada hentakan keras dari dalam, justru pedang itu melukai tangan Ucup sehingga darah mengucur deras berceceran di lantai".
"Ucup yang terluka parah di tangan, merasa emosi dan berusaha untuk membunuh Santi. Kami semua segera berdiri membantu Ucup. Namun tiba-tiba timbul idea baru dibenakku. Adanya Santi di rumah ini merupakan tambang emas kami.“
Kulihat Pak Karman mengatur nafas perlahan masih dengan ekspresi ketakutan. Tiba-tiba sepotong tangan itu tadi, kembali mencekik leher Pak Karman. Seolah menunjukkan betapa kesalnya dia, mendapat perlakuan jelek dari pembunuhnya.
Pak Karman berusaha membebaskan cekikan itu, namun dia tak kuasa. Nafasnya tersengal, sengal. Wajahnya pucat pasi, berkeringat dingin. Usaha untuk mengusir rasa takut itu sangat terlihat.
Namun akhirnya dia bisa menceritakan kembali kisahnya, dengan terbata-bata. “Kuputuskan Santi akan kami gunakan sebagai tameng-perisai untuk minta wang tebusan pada Pak Hanung. Kasus ini berubah dari per0mp4kan biasa, tapi ditambah kasus penculikan."
Namun akhirnya dia bisa menceritakan kembali kisahnya, dengan terbata-bata. “Kuputuskan Santi akan kami gunakan sebagai tameng-perisai untuk minta wang tebusan pada Pak Hanung. Kasus ini berubah dari per0mp4kan biasa, tapi ditambah kasus penculikan."
"Membayangkan wang tebusan sangat besar dari Pak Hanung, membuat kami lagi-lagi sangat bahagia. Wang tebusan ini kemungkinan lebih besar dari hasil r0mp4kan kami saat itu. Pak dan Bu' Hanung pasti sangat rela menukar nyawa putri tunggalnya dengan wang tebusan yang kami minta.”
"Kerana jengkel tidak berhasil membunuh Santi yang sudah membuatnya terluka. Ucup kemudian marah dan menjambak rambut panjang Santi serta memotongnya dengan acak-acakan. Kami semua membiarkan Ucup melepaskan emosinya asal tidak membahayakan jiwa Santi."
"Rencana segera berubah, kami kemudian menggotong tubuh Santi yang dalam kondisi terikat, kami masukkan kedalam mobil bersama seluruh hasil r0mpakan".
"Perjalanan kami lanjutkan menuju kearah Prambanan, kami semua merasa gembira sekali. Sudah terbayang di pelupuk mata kami. Harta r0mp4kan itu akan kami bagi sesuai kesepakatan, ditambah lagi wang tebusan yang kami minta kerana menculik Santi".
"Namun tanpa kami sadari. Awing tukang kebun keluarga Pak Hanung yang melihat kondisi Santi terikat dengan mata tertutup kain. Serta dalam keadaan rambut terpotong acak-acakan, kusut masai, merasa iba. Bagaimanapun dia teringat semua kebaikan yang selama ini diberikan keluarga Pak Hanung, terutama kebaikan Santi padanya."
"Awing merasa menyesal, diam -diam dia berusaha melepaskan tali ikatan tangan, dan kaki Santi. Namun ketika usaha yang dilakukannya di kursi belakang itu hampir berhasil. Ucup memergoki perbuatan Awing, dia lantas berusaha untuk mencegahnya."
"Terjadilah adu fisik, perkelahian yang luar biasa. Ucup yang masih emosi kerana ulah Santi menyebabkan tubuhnya terluka. Berubah jadi macan-harimau kesurupan. Kami berusaha melerai perkelahian Awing dan Ucup, tapi terlambat. Kerana Awing sudah terbunuh dengan kondisi hancur di tusuk -tusuk pedang."
"Teriakan histeris Santi merubah rencana kami. Maksun yang punya saudara di dekat Candi Prambanan, kemudian singgah dan meminjam mobil Panther dengan alasan akan membawa pasien keluarganya yang sakit ke Jawa timur. Mobil itu kemudian diisi barang r0mp4kan, termasuk Santi yang kami culik".
"Kami segera mengatur strategi berpindah lokasi. Tanpa kami sadari tujuan kami selanjutnya mengarah ke Desa Kaliangkrik Magelang, tempat tinggal keluargaku" ujar Pak Karman. Sekaligus tempat tinggal dan tugas dari dokter Niken sahabat karib Mbak Santi, juga Pak Polisi Alex.
"Agar tidak dicurigai penduduk, perjalanan kami lanjutkan di malam hari. Kami menuju sebuah rumah yang berlokasi tersembunyi di dekat gerbang pandang Mangli. Sebuah tempat wisata indah dengan Daerah yang sangat tinggi dan berhawa dingin menuju puncak Gunung Sumbing".
"Namun ternyata wang hasil r0mp4kan ini memang betul-betul wang panas, timbul sifat serakah dan jiwa binatang dalam jiwa kami. Masing -masing kami cenderung curiga dan menganggap semua akan berusaha untuk memiliki harta berdarah itu. Kami mulai ribut dan tidak puas dengan rencana pembagian ini".
"Hingga akhirnya jatuh lah korban selanjutnya, seorang lagi terb*nuh. Orang itu diluar team per0mp4k kami, yang tangannya justru terpotong dan akhirnya jadi arwah gentayangan". 💐[hsz] To be Continued...
Courtesy and Adaptation Novel by Rini IndardiniEditor ; Romy Mantovani
Ilustrasi Image by media.tumblr.com
No comments
Post a Comment