MYSTERY CINCIN BERLIAN BERDAR4H [12]


<img src="fazryan87.blogspot.com.jpg" alt="MYSTERY CINCIN BERLIAN BERDAR4H [12]">

MYSTERY CINCIN BERLIAN BERDAR4H [12]

PART-12

"Mobil yang dikemudikan Sumo meluncur kencang kearah Gerbang Pandang Desa Mangli. Berbelak belok melewati jalan berbatu keras, hingga akhirnya kami  kemudian sampai di sebuah Villa milik Mr. Smith. Villa berukuran besar dengan arsitektur indah itu dipercayakan padaku," ujar Pak Karman.

"Saat ini pemilik Villa itu sedang kembali ke negaranya. Biasanya dia akan datang saat liburan setahun 2 x bersama keluarga kecilnya. Aku bertanggung jawab penuh untuk memelihara Villa itu, kebetulan Aku dapat kepastian bahwa Mr. Smith batal untuk berlibur ke sini tahun ini."

"Kami menurunkan semua hasil r0mp4kan di tingkat atas Villa, sedangkan Santi yang dalam kondisi terikat dan tertutup matanya, kami tempatkan di salah satu kamar di tingkat dua itu. Kamar itu dilengkapi dengan kamar mandi, dan demi keamanan jendela-jendela besarnya dilengkapi tralis besi. Pemandangan kamar itu sangat indah, langsung bersisian dengan jurang. Ada sebuah pintu kecil di bagian bawah kamar yang ditempati Santi, pintu itu tempat keluar masuknya Si Jeje, kucing berbulu abu-abu jenis British short-hair milik anak Mr. Smith".

"Malam itu kami beristirahat di Villa, tidur dengan nyenyak penuh rasa bahagia. Di Villa itu Aku ditemani Istriku, Danu sepupuku, serta Ayu keponakan ku yang juga adalah pacar Si Awing, tukang kebun keluarga Santi."

"Ayu merasa sangat terpukul mendengar kematian Awing. Ayu kaget Awing terbunuh kerana berusaha membantu Santi lepas dari penculikan. Rasa sedih itu begitu memukul perasaan Ayu. Dia sebetulnya sudah mengingatkan Awing untuk tidak memenuhi permintaan ku untuk membantu per0mp4kan di rumah Santi. Namun nasi sudah menjadi bubur."

"Keesokan harinya kami mulai berembug-berbincang untuk merencanakan pembagian hasil r0mp4kan. Sebagai kepala per0mp4k Aku minta jatah 30% sedangkan mereka berempat termasuk alm.Awing masing-masing sekitar 23%. Tapi lagi-lagi anak buahku jadi ribut, mereka minta agar Aku lebih sedikit saja. 25% sisanya dibagi rata."

"Keributan masalah pembagian itu belum usai, masing-masing menganggap bahwa mereka paling berperanan dan berjasa saat mer0mp4k kemarin. Mereka juga tidak setuju Alm.Awing mendapat pembagian yang akan diberikan pada Ayu, kerana Ayu itu keponakanku. Ayu yang turut hadir disitu bersama Istriku serta Danu, merasa jengkel, dan makin sakit hati."

"Dia beranjak pergi menuju kamar Santi, membawakan makan siang. Ayu membuka kamar itu, kemudian menutup pintu kembali. Kami semua masih ribut masalah pembagian r0mp4kan, sambil mulai memilah-milah barang berharga di luar kamar yang ditempati Santi."


"Tiba di kamar itu, Ayu hiba melihat Santi yang dikenalnya sebagai pemilik rumah mode “House of Santi”, perempuan muda cantik dan anggun. Namun kini nampak dalam kondisi wajah pucat, tak terawat, rambutnya dalam kondisi terpotong acak-acakan penampilannya dalam baju tidur yang sudah kusut masai."

Tangan Santi masih terikat kebelakang, juga mulutnya masih di lakban-diplaster. Ayu membuka satu persatu ikatan itu, kecuali kakinya. Kemudian mempersilahkan Santi untuk makan siang yang sudah terlambat."


"Mereka berbincang-bincang, Ayu merasa sangat bahagia bisa dekat dengan seorang perempuan yang sangat dikaguminya. Perempuan yang selama ini dikenalnya dari cerita-cerita Awing, tentang kehidupan yang mewah bergelimang harta, kekayaan juga kasih sayang. Justru inilah jadi pangkal sebab musabab kami punya idea untuk mer0mp4k di rumah Santi, atas saran dariku," ujar pak Karman.

"Santi kemudian meminta bantuan Ayu untuk menyimpan cincin pertunangan yang dipakainya. Dia tidak ingin cincin berharga baik secara kejiwaan mahupun secara nilai materi itu diketahui dan dirampas oleh kami".

"Dengan gemetar Ayu menerima dan mencoba untuk memenuhi permintaan Santi untuk menyimpan cincin bermata indah. Cincin itu lantas di cobanya, Ayu mengagumi cincin itu, memandangnya dengan binar mata yang berbeda."

"Tiba-tiba pintu terbuka, Maksun masuk ke dalam kamar yang memang tidak dikunci. Dia memergoki cincin berlian yang baru dipakai Ayu. Dia tahu bahwa nilai cincin berlian itu ratusan juta. Dengan tergesa-gesa Ayu berusaha menyembunyikan cincin yang dipakainya. Tapi terlambat."


"Akhirnya terjadi keributan kerana cincin itu seolah lengket di jari Ayu, mereka beradu fisik yang akhirnya mengundang kehadiran Ucup, Sumo juga Aku sendiri. Ayu meronta-ronta berusaha mempertahankan cincin milik Santi yang dipakainya. Dia memecahkan sebuah botol, dan dijadikan senjatanya yang kemudian melukai kami semua. Ucup yang selalu memegang klewang panjang lagi-lagi menyerang, namun luka yang belum sembuh saat di rumah Santi membuat gerakannya lamban."

"Maksun merebut senjata itu, Aku berusaha melerai, kerana bagaimanapun Ayu adalah keponakan ku. Namun lagi-lagi kekuatan Ayu semakin membabi buta, dia di keroyok tiga(3) lelaki. Akhirnya satu tusukan klewang dengan tenaga maksimal yang di hujamkan Maksun ke dada Ayu mengahiri perlawanan perempuan muda ini. Dia tewas bersimbah darah.“

Kulihat Pak Karman menunduk sambil menahan sakit. Jari tangan berdarah di leher itu tiba-tiba mencekik erat. Pak Karman merasakan kesakitan luar biasa, matanya mendelik seolah akan keluar. Cekikan mengendur dan dia berkata. “Ampuni Aku Nduk...”


Pak Karman melanjutkan ceritanya, "Usai kematian Ayu kami semua segera mengangkat jenazahnya. Di kamar itu kami lihat Santi terkulai pingsan melihat Ayu terbunuh. Kami tidak menyangka bahwa akan terjadi korban lain yang terb*nuh".

"Sesaat kemudian kuminta Danu dan Sumo untuk membuat galian lubang untuk mengubur jenazah Ayu. Di Daerah kebun yang tertutup tembok berbatasan dengan kolam renang."

"Ketika kami berniat untuk mengubur Jenazah Ayu, Ucup yang memang terkenal paling sadis diantara kami berempat. Kemudian mengingatkan untuk mengambil cincin berlian berharga itu".

"Semula kami enggan, namun Ucup bersikeras, katanya cincin itu berharga ratusan juta. Kembali kami berusaha untuk melepas cincin di jemari tangan Ayu, dengan segala cara. Namun gagal, seolah cincin itu sudah menyatu di tangan Ayu. Kami terus berusaha, namun gagal lagi."

"Kerana hari makin sore dan takut ada yang memergoki kejahatan kami. Akhirnya Ucup mengambil klewang kemudian memotong tangan Ayu. Agar cincin nanti bisa diambil dan disimpan. Sedangkan jasad Ayu segera kami kubur."

"Usai pekerjaan yang meletihkan lahir batin, kami kembali ke rumah. Untuk melihat potongan tangan Ayu yang tadi dibungkus sehelai kain dan disimpan di dalam almari."

"Namun betapa terkejutnya kami semua, ketika tangan yang memakai cincin itu hilang dari tempatnya. Dan beberapa hari kemudian mulailah teror yang menimpa kami, terjadi pemb*nuhan satu persatu, hingga kini giliranku".

   READ MORE; MYSTERY CINCIN BERLIAN BERDAR4H [11]

Pak Karman menghela nafas sejenak, namun tangan berdarah yang mulai mengeluarkan bau busuk itu mulai mencekik lagi.

“Pak Karman, dimana Santi disekap, dan tunjukkan makam Ayu?” Aku mulai kesal dengan cerita pemb*nuhan pada sosok Ayu yang belum kukenal. Dia gadis baik yang jadi korban ketamakan Pamannya, juga kesadisan komplotan Pamannya.

“Baik dr. Niken, akan saya antar ke Villa tempat Mbak Santi berada,”

“Juga makam Ayu, agar kami dapat memberikan tempat dan menguburkan yang layak baginya.” Kembali aku bersuara tegas. Aku jatuh hiba, bersimpati dan berterimakasih, arwah gadis ini mengantar Pak Karman agar datang ke rumahku dan membongkar kejahatan mereka.

“Iya dokter“
Kulihat nafas Pak Karman tersengal-sengal lagi, dia seolah mencapai puncak deritanya. Aku kemudian berkata dengan suara yang lembut.

“ Ayu.. Terimakasih bantuanmu, sudah membuka tabir kejahatan ini. Jangan lanjutkan Ayu. Biarlah Si Karman menerima balasan dari Tuhan. Biar dia menyelesaikan tugasnya, menunjukkan lokasi tempat Santi di culik, juga makammu. Percayalah Ayu, kami akan mengurus jenazahmu.”

Kulihat jari itu mulai mengendur, perlahan melonggarkan cekikannya. Dan tiba-tiba hilang tak berbekas. Aku sejenak terpana dan bernafas lega, demikian juga Pak Karman dan kami semua yang ada di ruang itu.

Hari menjelang pagi, rasanya tubuhku letih lahir batin. Mataku tak dapat terpicing. Segera ku ambil smartphone ku dan ku hubungi Mas Alex.
Agak lama telephone ku tersambung, waktu baru menunjukkan pukul 3.45 dini hari.

Kudengar suara telephone diangkat. “Ya, Niken ada apa? “ Suara berat Mas Alex yang baru bangun tidur terkejut.

“Mas, Aku baru saja selesai merakam pengakuan rangkaian per0mpok4n dan pemb*nuhan yang dilakukan Pak Karman CS.”

“Oh ya? Maksudnya rangkaian peristiwa sekarang ini?” Suara Mas Alex terdengar bersemangat. “Tunggu Niken, aku segera ke rumahmu!”

“Kutunggu Mas, kita ketempat penyekapan Santi.”

“Santi? Apakah dia masih baik-baik? Ah, sudahlah Niken tunggu aku sebentar lagi.”

Aku sejenak menarik nafas, kulihat pak Karman duduk di kursi ruang tamuku dengan sedikit gemetar. Kusuruh Mak Yah menyiapkan teh manis hangat.

Aku sendiri masuk ke kamar, dan berusaha memicing kan mata sejenak sambil menunggu kehadiran Mas Alex.

Kupanjatkan puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, Sahabatku tercinta lolos dari malapetaka. Santi, bagaimana keadaanmu? Aku rindu.! 💐[hsz] 
To be Continued...

Courtesy and Adaptation Novel by Rini Indardini
Editor ; Romy Mantovani
Ilustrasi Image by 
media.tumblr.com 

No comments