MISTERI KUNCEN Kisah Perjalanan Menggapai Menara Gading [Chapter 3 Part 46]

<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="MISTERI KUNCEN Kisah Perjalanan Menggapai Menara Gading [Chapter 3 Part 46]">
Photo; Jimmy Hendrix © Provided by Fortuna Media

MISTERI KUNCEN Kisah Perjalanan Menggapai Menara Gading [Chapter 3 Part 46]

Cerbung (Cerita Bersambung) Horor, Humor, Komedi, Lucu, untuk hiburan para Sahabat

WAITING FOR GAMA
LANJUTAN CERBUNG KUNCEN


[Chapter 3 Part 46]

MENDADAK PNS

FORTUNA MEDIA - Tawaran itu datang tanpa "preamble/mukadimah". Sehabis sholat Juma'at, tiba-tiba pak Kakanwil (Ketua Kantor Wilayah) memanggilku ke ruangannya dan bertanya, "Sampean mau jadi PNS?"

Dapat pertanyaan itu, rasanya seperti dibyuki permen-gula2 nano-nano sebakule, lanjut digebyur/diguyur/disiram banyu/air sak embere/sebaldi. Manis, asem, asin, mbentoyot, klebus, menyegarkan!

Tentu jawaban saya ya kayak jomblo absolut ditawari rabi, "Mau, pakai banget!"

"Kalau mau, besok Senin ikut tes. Ini nomernya," lanjut pak Kakanwil.

"Tapi, saya belum daftar, pak?" ujarku ragu.

"Bikin surat lamaran saja, pakai kertas segel. Sampaikan ke saya besok pagi pukul delapan. Berkas lainnya diurus nanti kalau sudah diterima," katanya.

Wooh.. diterima? Mbok jangan gojeg toh, pak! Ndaftar aja belum? Tapi tentu saya hanya bilang, "Siap!" dan tak lupa terimakasih ala AD, AL, AU sekaligus.(tarbik hormat ala tentara)

Sambil dheg-dheg-pyur, malam itu saya berburu kertas segel dari warung ke warung. Alamaaak.. ternyata seantero Bubutan sampek Ketandan, gak ada yang punya! 

Bahkan di toko Jalan Tunjungan yang ada tulisannya 'stationary' juga gak ada! Lhaah.. stationary gak jualan kertas segel, iki sakjane toko alat tulis apa stasiun, se?

Gawat! Padahal besok pagi lamarannya harus dikumpulkan ke Pak Polonya Deppen (Departmen Penerangan). Segel oh segel, mengapa dirimu bikin sempel dan pegel?

Saat saya sedang mbanyaki, tiba-tiba Pak Bas muncul sambil mengulungkan kertas bercap merah yang saya cari-cari. "Awakmu butuh iki, kan?" ujarnya.

Saya terbelalak kaget. "Lhooh.. kok?"

Pak Bas tersenyum. "Kemarin ada orang Deppen ke PS. Nembung mau ngajak awakmu jadi PNS. Selama ini kan awakmu yang mengelola penerbitan mereka. Nah, mereka ingin posisimu diformalkan sebagai staf Penerbitan dan Pers."

Saya hanya diam mematung mendengar penjelasan Pak Bas. Ewuh dan sungkan berbaur jadi satu. 

"Mohon petunjuk pak.. bagaimana sebaiknya?"


"Waaak.. kayak Pak Harmoko ae, mohon petunjuk! Menurutku, ikut tes saja. Kalau lulus, itu rezekimu. Kertas segel yang saya bawa dari PS ini sebagai tanda, bahwa perusahaan memberikan lampu hijau."

Wuaaah.. Kok ada ya, perusahaan yang memberikan keleluasaan bagi karyawannya untuk meniti karir di luar. Perusahaannya sih kecil, tapi jiwanya sungguh amat besar...

"Tapi saya mohon, meski nanti statusmu sudah ada N di tengahnya, jangan tinggalkan PS. Ingat, PNS itu PS yang mendapat seselan N," pesan Pak Bas.

"Jadi, saya boleh kerja ndobel, pak?"


Pak Bas mengangguk.

Duuhh.. meleleh rasanya, ndesss! Andai saja gak ada Silikon dan Fadil di situ, Pak Bas pasti sudah saya peluk sambil sesenggukan. Tapi berhubung diawasi dua pasang mata bola, drama gak jadi tayang!

Sambil nongkrongi saya menulis lamaran, Silikon dan Fadil tak henti-hentinya ngojlogi. Entah kerana mereka ikut gembira, atau kecewa lantaran hati saya mendua.

"Awakmu bentar lagi jadi amfibi, hidup di dua alam. Isuk nang Gedangan (kantor Deppen), sore nang Bubutan!" kata Silikon.

"Makhluk nocturnal juga, sebab kalau malam melek'an ndhik Ketandan," sambung Fadil.

"Ha ha ha.. arep muni kodhok ambek kalong ae, mutere tekan Blauran!" potongku disambut kekeh berkepanjangan.

"Yang kasihan, bentar lagi Salam bakal wassalam. Kerana kalau Gun gajinya dobel, gak ngira areke doyan SS!" celetuk Fadil.

"Halaaah.. Nulis lamaran aja belum kelar, kok sudah bahas gaji dobel sembarang kalir!" potongku ngekek.

   BACA JUGA
MISTERI KUNCEN Kisah Perjalanan Menggapai Menara Gading [Chapter 3 Part 45]
SEJARAH AWAL KONFLIK UKRAINE, RUSSIA SUKSES DARI INFILTRASI NATO DAN PENGECUTNYA ALIANSI USA-NATO

Yang jelas malam itu saya klisikan gak bisa tidur. Bukan kerana ngoroknya Fadil yang seperti gergaji mesin, tapi kerana mikir alangkah ajaibnya jika saya benar-benar menjadi PNS. Jujur, profesi itu tak pernah masuk dalam bayanganku.

Orang bilang gaji PNS kecil, tapi yang rebutan pengin masuk seabrek-abrek. Banyak yang berani bayar puluhan juta agar bisa menyandang gelar PNS. Sampai-sampai saudaraku sendiri bilang, "Kalau gak nyogok, gak bakalan kamu jadi PNS!"

Nyogok sih bisa, tapi pakai pring, ndes! Lha duwene mung kuwi! Kalau pakai duit ya bisanya nanti tunggu lesung semi dan alu tumbuh akar.

Itulah yang membuatku jadi ilfil pada profesi ini. Bukan PNS-nya, tapi cara masuknya. Jangankan mendambakan, mimpi saja alergi. Ra pegawe negri ra patheken, ndes! Kerja di swasta gaji thithik-sedikit gapapa, yang penting halal dan masuknya gak nyogok!
(nyogok-rasuah-suap)


Lha kok gak ada hujan gak ada angin, ini ada yang nawari masuk PNS gratis-tis. Malah bilang bahwa saya direkrut kerana dibutuhkan. Tentu ini kesempatan yang sangat langka dan tidak mungkin ditolak.

Cekak cingkrangnya, Senin di bulan Agustus 1997, saya ikut tes tertulis dan wawancara CPNS. Tempatnya di kampus STIKOSA-AWS. Lokasinya cukup jauh dari KP5, angkutan umum pun sulit.

Untung Cak Bam dengan suka-rela bersedia mengantarkan saya dengan F-1-nya, Force One maksudnya. Pagi sebelum ke PS, ia ngedrop saya dulu ke AWS. Jiaan.. baik hati, tidak sombong dan suka menabung tenan owg arek-arek PS!

Singkat kata, saya yang mengantungi nombor tes 221 bisa datang tepat waktu dan mengerjakan tes dengan lancar. Dua minggu kemudian, hasil tes keluar. Saya dinyatakan lulus! 

"Woow, rekord. Durung-bekum daftar wis lulus. Ibarate koen iku durung mangan wis wareg-kenyang dhisik-dahulu!" komentar Silikon.

Waak.. enek ae arek-arek! Tapi gak salah juga sih. Karena baru kali ini ada peserta dengan status BTL (berkas tidak lengkap) mendapatkan predikat BLT (bisa lulus tes). Sayalah orangnya. He he.😂 

Maka PR selanjutnya adalah melengkapi berkas pendaftaran yang masih bolong-bolong. Caranya, ya harus pulang ambil ijazah, surat kelahiran, dll ke Obosonow.

Tidak usah diceritakanlah bagaimana montang-mantingnya saya melengkapi berkas. Kedawan, ndes! Yang jelas per 1998 SK CPNS saya sudah keluar. Sejak itu pula, saya mulai menjadi amfibi betulan. Pagi kerja di Deppen, siang ngantor di PS. Plus ngalong di KP5.

Malam itu, Oktober 1999, saya sedang nonton berita TV di KP5, ketika Presiden Gus Dur mengumumkan pembubaran Deppen dan Depsos (Departmen Sosial). Loalaa.. kantorku dilikuidasi, reek!

Awalnya kaget dan terpukul juga rasanya. Baru saja setahun pakai seragam abu-abu bergambar orang memanggul bola dunia, eh.. sudah digusur kantornya. Ibarat pengantin, bulan madu belum habis, sudah keburu dientup tawon!

"Terus yak apa nasibmu, Gun, nganggur lak-an?" celetuk Cak Bam.

"Gak lah, Cak. Kan masih ada PS," jawabku spontan.

"Woh, iya ya. Malah bisa fokus ngancani aku, ha ha ha.." kata Cak Bam.

"Terimalah nasibmu dengan lapang dada. Jika dadamu seluas lapangan, setidaknya kalau gak kerja, masih ada yang ngajak main bal-balan!" nasihat Cak Iryan.

"Jangan lupa, pepatah mengatakan banyak jalan menuju Rome. Maka jika kesulitan menemukan Roma, ganti saja dengan Khong Guan, Nissin atau Rengginang!" tambah Fadil.

"Waduh, katanya kantor sampean kebubaran. Tenang saja, pasti sebentar lagi kegantian dan pasti kebagusan!" Pak Jeglek gak mau kalah.

Bwa ha ha ha... Okeee, jos sak ekstra-ne, ndess! Salut saya pada kawan-kawan yang membesarkan hati dan memberikan motivasi. Yen iki motivasi tenan, dudu mateni u kayak modele Maido. Ha ha ha..😁

Maka ketika pegawai Deppen yang lain pada protes turun ke jalan, saya malah sibuk di PS. Nintingi naskah, ngetik, bikin ilustrasi, ngartun, bantu lay-out, ngepel, usung-usung.. 

Post power syndrome? No way! Pasca pembubaran, saya malah merasa seperti Power Rangers, yang full power without angers. Mau marah ya kepada siapa dan untuk apa. Mending dinikmati sambil meresapi atau mereskebo. Kuat dilakoni, ora kuat disalami, eh maksude diajak ngopi neng Salam!

"Koen gak kuatir tah, PNS-mu ilang? Kan SK PNS-mu belum turun," tanya Silikon.(
SK-PNS- Surat Kepegawaian- Pegawai Negeri)


"Gak. Percaya saja sama Yang Ngecat Lombok-Chili." jawabku.

"Iya, Kin. Tiap orang itu sudah ada garis nasibnya sendiri-sendiri kok. Ada yang lurus, ada yang belak-belok, ada yang bruwet!" tegas Cak Bam.

"Setuju. Lha menurut penerawangan sampean, garis nasibku yak apa?" tanya Silikon.

"Tergantung garis tanganmu, Kin. Coba buka tangan kirimu, biar saya lihat!" ujar Cak Bambang serius.

Silikon menyodorkan telapak tangannya. Cak Bam mengamati dengan seksama. Sejenak kemudian ia berdecak sambil menggeleng-gelengkan kepala.

"Yak apa, Cak?"

"Sori, Kin.. nasibmu sureeeem!"

"Sampean tahu dari mana?"

"Garis tanganmu membentuk huruf R!"

"Artinya?" kejar Silikon tak sabar.

"R itu singkatan dari Rugos. Jadi selamanya kamu akan jadi tukang gosok Rugos pakai potelot bujel!"

"Diampuuuutt!" seru Silikon sambil ngruwes Cak Bambang.

Tak pelak, b0m ketawa pun meledak.
[hsz] 

To be Continued...

Untuk Anda yang belum baca siri cerbung yang sebelumnya,
Anda boleh lihat disini linknya;
  Misteri Nusantara  

Courtesy and Adaptation of Novels by, Nursodik Gunarjo
Kredit Ilustrasi Image; Doc, Romy Mantovani 

#indonesia, #kuncen, #misteri, #misteri,

VIDEO ; 

RUSSIAN ORTHODOX CHRISTIAN BISHOP 💖 SAYA MELIHAT ISLAM AKAN MEMIMPIN DUNIA DAN MEMAKMURKANNYA

No comments