MISTERI KUNCEN, Kisah Perjalanan Menggapai Menara Gading [Chapter I Part 5]

<img src="fazryan87.blogspot.com.jpg" alt="MISTERI KUNCEN, Kisah Perjalanan Menggapai Menara Gading [Chapter I Part 5]">

MISTERI KUNCEN, Kisah Perjalanan Menggapai Menara Gading [Chapter I Part 5]

Cerita Bersambung Horor, Humor, Komedi, untuk Hiburan Para Sahabat.

"DISUNAT HUUU"


Sejak sore, berkali-kali Tarso mendendangkan lagu dangdut "Malam Terakhir" nya Rhoma-Rita, yang syairnya diubah seenak-udelnya sendiri. Malam ini  malam terakhir bagi kita untuk melepaskan rasa pusing kepala. Esok kita akan pergi ke Sipenmaru.
Kuharapkan tiada lagi gangguan hantu...

Gebleg ni anak. Bukannya belajar malah ngglenggeng lagunya pakai  nyinggung-nyinggung hantu, pula! Padahal sudah ada traktat tak tertulis, di rumah Kuncen pantang bicara hantu! Rileks betul anak ini,  Ndes! 


"Tak belajar ta, So?" tanya saya heran.
 

"Taak! Sudah insyaf aku. Pengalaman sinau-belajar sebulan,  hasilnya ya bikin pening. Esok ujian, maka malam ini aku mau tidur nyenyak biar otak fresh!" ujarnya.

Logik sih, bagi dia. Lha kalau saya ya amburadul betul, orang kemarin sempat cuti belajar dua hari gara-gara mata soak. Malam ini justru harus "nyarutang" belajar dengan metode SKS: Sistem Kebut Semalam. 


Saya tengok Aris lagi main gitar. Dengan lagu yang itu-itu juga, kerana bisanya memang hanya itu. Saat saya tanya, dia cuma mengangkat alis sambil meneruskan lagu falsnya, "no woman no cry..no woman no cry..". Pas tenan dengan kejombloanmu, Ndess! (jomblo lelaki single)


Di kamar, Unang lagi baca buku. Asyik, ada temannya nih, fikir saya. Saat saya dekati, walaahh...ternyata yang dia baca serial cerita kung fu. "Kok malah baca Koo Ping Ho?" 


"Lagi belajar stategi menyerang soal Sipenmaru dengan ginkang dan lwekang.." jawabnya asal-asalan.


"Wooh..ya, sudah. Salam kepada Yo Ko dan Siauw Liong Lie"  jawab saya. 


"Lho, kok kamu ya ingat tokohnya, Ndes?" ujarnya heran sambil membolak-balik sampul buku yang dipegangnya.


"Hehe...aku sudah baca kok..." Puhh..cuma sendirian nih, belajarnya. Yah, moga-moga kerana malam ini malam terakhir, aman terkendali, tak ada gangguan hantu". 

Laah...kok saya jadi bicara hantu juga? 

Berhubung kami sedang konsentrasi belajar, urusan mulang ngaji kami serahkan ke Mas Ari. Sebenarnya kasihan juga, satu orang harus handel 23 anak. 


Kalau yang gede-gede sih gampang, tinggal suruh menghafal. Lha yang krucil-krucil ini yang repot, ditinggal ngajari yang satu, yang lain pada pating crowet sendiri. Malah ada yang keluyuran-merayau ke mana-mana. 

   READ MORE

MISTERI KUNCEN, Kisah Perjalanan Menggapai Menara Gading [Chapter I Part 4]
MISTERI KUNCEN, Kisah Perjalanan Menggapai Menara Gading [Chapter I Part 3]


Jam 19.15 saya sedang berusaha keras memahami rumus fluida
(fluid formula) bergerak, ketika tiba-tiba terdengar suara menangis dari pojokan.  


"Huuu! Huuu!" Bah, hantu mana pulak yang jam segini sudah buka praktek? Gerutu saya dalam batin.


Penasaran, saya dekati suara itu. Astaghfirullah, ada sosok kecil, gundul, sedang terisak di sana. Tuyulkah itu? Sedang nangis kerana  nelangsa-sedih
, mau curi duit di rumah ini tapi ternyata tak ada yang punya duit? 

"Hei... kamu tuyul, ya?! Kalau mau nyolong-maling duit di rumah wong sugih-kaya sana! Jangan di sini. Di sini melarat semua!" bentak saya sambil memberi isyarat agar dia pergi. 


"Huwaaaa..sakiiit! Sakiiit!" bukannya pergi, tapi tangis sosok kecil itu malah makin menjadi-jadi. Dari frekuensinya yang mendekati 55 desibel, jelas itu suara manusia. 


Saat saya cek dan saya pegang, ya memang tubuhnya padat berisi. Artinya anak sungguhan. Tapi mengapain dia ada di ruang dapur? Ngapain pula nangis nggriyeng? 


"Cep cep..apanya yang sakit, Dik?" tanya saya perlahan. Si kecil menuding-nuding anunya sambil terus merintih. 


Saat sarungnya saya buka. Astaga, ternyata kondisi anunya persis seperti habis disunat! 


"Kamu habis sunat?" Ia menggeleng. "Tadi pipis-kencin* di sini, trus disentil-dijentik sama huuuu..." 


"Siapa yang menyentil anumu?" kejar saya. 

Ia hanya menggeleng sambil meneruskan tangisnya. 

Saya fikir goblok juga saya. Sudah jelas dia jawab "huuu" (who?)
kok masih saya tanya. Ya, jelas yang nyunat ya si who tadi!


Hwuaduuh...terpaksa malam itu kami mengantar si anak ke rumah  orang tuanya. Menerangkan kalau anak itu habis disunat Lelembut.  


Bapaknya bertindak cepat membawa si anak ke Pak Mantri (pembantu/atendant klinik) terdekat. Tapi Pak Mantri bilang bahwa hasil sunatannya ditinjau dari kaedah medis sudah benar dan bagus. 


"Pun cukup sepisan mawon sunate. Makanya jika disunat lagi malah telas!" kata Mantri. Kami pun terbahak


Pulang dari ngantar si bocah, waktu sudah jam 23.30. Terlalu larut untuk mulai belajar lagi. Maka kami pun bersiap-siap tidur. 


Saya ikut teman-teman saja lah..tidur lebih utama dari pada ngantuk! Tapi saya lihat si Tarso masih ngglibet-kebingungan saja, tak mau balik ke kamarnya.   


"Ayo tidur, katanya kamu mau tidur gasik?" ujar saya. Tarso hanya memandang kami dengan tatapan gimana, gitu.


"Aku tak tidur, tidur sama kalian semua ya, Nda..," ujarnya dengan suara bergetar. Jelas dia menyimpan rasa takut yang amat sangat.


"Laah..mengapa kok dirimu takut begitu? Lha wong yang diganggu cuma anak kecil.Tak usah parno begitu," Unang meyakinkan.   


"Tapi nganu je, Ndes..."
"Nganu apa, So?"

"Aku... durung (belum lagi) sunat, je."

Kami kontan terdiam beberapa saat. Lalu tawa kami meledak.
Ternyata oh ternyata..Tarso...


BISIKAN LIRIH

Gara-gara Tarso takut setengah mati disunat lelembut, malam itu ia kami proteksi secara khusus.

Tiga tempat tidur kami kawinkan jadi satu dan Tarsonya kami tempatkan di tengah. Bagaimana kalau lelembut si tukang sunat datang. Ya akan kami halangi, mbuh gimana carannya nantiklah. Kalau ngeyel tetap mau nyunat, ya saya terpaksa akan bilang, "Saya sudah beib..tuh cari aja yang belum...hehe"...


"Eh, baru lima menit berlalu, Tarso sudah ngorok berat. Bunyinya kayak campuran suara orang nggergaji dan sepur- train-induk/kepala keretapi lewat. Benar-benar missing link sama problem yang dia hadapi. Apa dia milih tidur biar tak lihat kalau tukang sunatnya datang? 


"Jindul ik. Sing dikawal sudah pada amblas. Malah disini tak bisa tidur sendirian," gerutu Unang. Saya pun terpaksa nyumpel-tutup kuping-telinga dengan bantal.  


Tapi suara gemuruh tenggorokan itu tetap tembus sampai rumah siput telinga dalam! Malam itu saya tak bisa tidur nyenyak.


Bukan hanya kerana ngoroknya Tarso, tapi juga kerana mikir gek-gek tidak lolos Sipenmaru. Jujur, aku tidak pantas bodho, tapi ya tidak patio pintar. Mulanya saya beli formulir IPC (IPA-IPS).


Tapi gegara diojok-ojoki Aris, pilihan pertama saya jatuhkan ke Teknologi Industri Pertanian UGM (Univ,Gajah mada). Baru nyusul Teknik Mesin Undip(Univ,Diponegoro), dan Komunikasi UNS.


"Jangan khawatir, Ndes! De'e (kamu, dialek Obosonow-Wonosobo) kan lucu, pasti ketampa-diterima di UGM. Kasihan UGM, suasananya akan terlalu baku kaku selamanya tanpa kehadiran dirimu!" nasihat Aris.


Jindul..sejak kapan level kelucuan menjadi tolok ukur masuk UGM?  Kecuali kalau kepanjangan UGM adalah "Universitas Guyon Maton!"

Sudah betul begitu, ya asyik betul. Soalnya aku sudah punya sertifikat  "ToNGL" Test of Ngekek Guyon sak Lempohe! 


Baru hanya sekelip mata merem, saya bermimpi. Mimpi basah. Haa... iya, mimpi basah beneran! Kami berempat sedang menyeberangi sungai besar. 


Saya, Unang, Tarso kesulitan meski sudah berenang dan klebus. Tapi Aris mak jlig-jlig-jlig...dengan gampangnya meloncati batu-batu dan sampai ke seberang.


Setelah itu dada-dada kayak orang tak punya hutang!

Asyem! Begitu nglilir saya sadar bahwa itu firasat bagi kami bertiga. Firasat yang tak terlalu baik. Wah, sepertinya tidak diterima masuk betul ini ye.

Maka saya pun berdoa agar Allah Ta'ala memejamkan mata saya sekali lagi. Jika bisa mimpi lagi, akan saya revisi mimpi saya yang pertama dengan mimpi baru yang lebih optimis!


Setidaknya, saya bisa ikut nyeberang lah..Meskipun sudah dimerem-meremkan sampai sepet mata, tetep saja mata tak mau terpejam.


Makin mendekati pagi, peluang untuk merevisi mimpi pun makin kecil. Ya, sudah lah.. terima nasib sudah gitu semestinya gagal. Toh dunia tak selebar kolor-celana dalam-celdam) Kolorbpedhot, beli nih, Ndess!! Tak punya dhuwit lak ya bisa patungan dulu..yang penting saya patungnya...


Eh, tapi tes-e kan masih besok. Belanda masih jauh. Kok sudah ngeper duluan nih, kenapa! Kudu-semetinya berpikir positif. Ada pepatah mengatakan, "Jangan pesimis." Kerana  "Jangan pesimis lebih enak daripada jangan terong dan jangan tempe." Hahaha... 


Jam tiga setengah saya sudah bangun. Memang ya, tidak bangun, wong tidur wae tidak tadi. Ogah angun dhewek-sendiri, teman-teman saya obrak-obrak. "Asholatu khoirum minan nauuuum!!"  teriak saya. 

Semua gragapan. Saat melihat jam, semua menggerutu tak karuan.

"Jindul, jik wayahe jam kerja maling wis gugah-gugah," gerutu Unang.

"Kalau mahu budhal kampus sekarang silahkan, Ndess! Ngelap-ngelap ruang ujian sana!"
imbuh Aris. Tarso bangkit sambil uceg-uceg mata, lalu bilang, "Aku tak sholat, Ndes, lagi M!!"


Bwahaha... semua mrenges together dan..akhirnya bangun semua. Benar-benar setia kawan. 'Una solidarde'. Bahasa Polandiane:  Ruji  rubeh. Lekji lekbeh. Turu siji turu kabeh. Melek siji melek kabeh!
Saya langsung menyambar handuk-tuala dan menuju kamar mandi. Bukan kerana sregep adus, tapi kerana kalau mandinya belakangan, air sumur sudah kecoklatan seperti larutan Choki Choki. 


Saat mau masuk kamar mandi, tiba-tiba terdengar bisikan lirih, "Lulusss..lulussss." Saya menilingkan telinga. Ini rungon-rungonen, apa kenapa? Tapi bisikan itu terdengar lagi, sangat  jelas, "Luluss .. luluss...". Sayapun spontan menjawab, "Amiiin! Doakan,ya Mbah. Muga-muga aku sedaya saged diterima masuk Gadjah Mada.
"Weh, dunia terbalik-balik. Masak lelembut yang melubndongakke? Tapi tak salah, kan? Saya minta tetap pada Allah SWT, la simbah dunia maya kuwi tak kan membantu doa..Ya,entah doanya apa, terserah dia.


Yang jelas, kata-kata "lulus" itu melecut optimisme saya sampai sundul wuwung. Pokoknya pagi itu saya jadi luar biasa bersemangat.


Kerana belum masuk waktu Subuh, saya sempatkan tahajud diteruskan dengan zikir minta perlindungan dan kekuatan dariNya.


Nglincipi-meraut potlot-pensel 2B yang mau dipakai ureg-ureg lembar jawaban saja sampai dua kali. Nyetrika-iron baju l dua  kali. Sarapan juga (maunya) dua kali. Sayang anggaran terbatas...


Kita ikut doakan ya, supaya besok di nombor 6, ujiannya lancar dan semuanya lulus. To be Continued..
Courtesy to (Karya; Nursodik Gunarjo)
Adaptasi dari judul asal '
KUNCEN Kisah Perjalanan Menembus Gadjah Mada'  

Editor; HSZ/FortunaNetworks.Com
Kredit Ilustrasi Image; 
pinterest.com/pin/
Follow me at;
 
twitter.com/helmysyamza

No comments