Mengapa Terjadi Elemen Perlambatan Pergerakan Pasukan Kaum Muslimin

<img src="fazryan87.blogspot.com.jpg" alt="Mengapa Terjadi Elemen Perlambatan Pergerakan Pasukan Kaum Muslimin">
Menceritakan pelajaran dari kesalahan Generasi Sahabat bukanlah merendahkan. Begitulah Al Qur'an merekam pelajaran bagi generasi selanjutnya.

Termasuk misalnya bagaimana para Generasi Sahabat berselisih tentang pembagian harta rampasan perang paska-kemenangan Perang Badar. Semua adalah pelajaran untuk kita hari ini dan dalam tetap kerangka kesadaran bahwa Generasi Sahabat adalah generasi yang terbaik yang pernah hadir di muka bumi.

Begitu juga dengan kelalaian pasukan kaum Muslimin di Perang Hunain. Pembacaan sejarah adalah pembacaan pembelajaran. Maka pada serial tulisan kali ini, kita akan berfokus pada bahasan :

"Mengapa terjadi elemen perlambatan pergerakan di tubuh pasukan Kaum Muslimin."


Dalam membaca kisah perjalanan perjuangan Rasulullah Shallallahu "Alaihi Wa Sallam dan para Sahabat, Kita diharuskan melihat konteksnya secara menyeluruh.

Konteks Perang Hunain ini terjadi beberapa pekan setelah Fathu Makkah. Penaklukkan Quraisy Makkah. Sebuah penaklukan besar, pada musuh utama Kaum Muslimin yaitu Kafir Quraisy Makkah.

Ini adalah perang urat syaraf yang cukup panjang. Dimulai dari Perang Badar pada tahun 2 Hijriyah, lalu perang Uhud di 3 Hijriyah, berlanjut di Perang Khandaq di 5 Hijriyah, sampai akhirnya penaklukan Makkah di 8 Hijriyah.

Artinya Kaum Muslimin baru saja merasakan kemenangan besar. Seakan-akan berhasil menaklukan 'elemen perlawanan paling getol'
(the most hardworking)
: yaitu Kafir Quraisy Makkah.

Maka para Ulama Tarikh & Sejarah Islam pun menarik kesimpulan, bisa jadi perlambatan gerak Kaum Muslimin kerana adanya euforia kemenangan. Ada perasaan merasa kuat.

Termaktub dalam riwayat, terdengar oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, beredar pembicaraan di kalangan pasukan Muslimin :
“Kita tidak akan kalah hari ini kerana kekurangan pasukan”

Ada perasaan kuat, perasaan besar, dan ini penyakit hati yang kemudian menyebar di pasukan.

Komentar ini sampai ke pendengaran Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, , dan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam pun, bermunajat atas kekhawatiran adab buruk pasukan ini,
اللَّÙ‡ُÙ…َّ بِÙƒَ Ø£ُØ­َاوِÙ„ُ، ÙˆَبِÙƒَ Ø£ُصَاوِÙ„ُ، ÙˆَبِÙƒَ Ø£ُÙ‚َاتِÙ„ُ
Ya Allâh Azza wa Jalla , dengan (kekuatan)-Mu Aku berjuang, dengan (kekuasaan)-Mu Aku melawan, dan dengan (pertolongan)-Mu Aku berperang.

Namun selain masalah merasa besar, ada yang sebenarnya lebih menarik untuk dibahas.

12.000 pasukan ini terdiri dari 10.000 pasukan Kaum Muslimin Muhajirin dan Anshor, lalu 2.000 pasukan Muslim yang baru saja masuk Islam paska penaklukan Makkah.

Maka pembacaannya adalah sebagai berikut,

Ada 10.000 pasukan yang sudah bersama dengan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, dalam kurun waktu 8 tahun. Mendapatkan proses tarbiyah yang panjang, dipersaudarakan di Madinah. Saling berinteraksi. Dan mengalami perjuangan panjang bersama.

Menjadi "ujian" didalam pasukan adalah adanya 2.000 saudara Muslimin yang baru saja masuk Islam. Belum mantap keimanannya, belum mantap proses edukasinya, belum terbiasa bersama pasukan Kaum Muslimin.

Proses pembauran inilah yang diperhatikan oleh Ulama Sejarah Islam, bahwa tidak mudah menyamakan suhu frekuensi perjuangan dengan para Muallaf Makkah ini. Inilah yang ditengarai menjadi sebab lalainya pasukan Kaum Muslimin.
*****
Sebuah organisasi perusahaan wajib mendidik team yang ada didalamnya. Itu wajib. Maka pendidikan - pembentukan - pengkaderan, apapun namanya, adalah hal yang HARUS dilakukan oleh sebuah organisasi.

Peristiwa Hunain memberi pelajaran kepada kita bahwa kualiti manusia tidak bisa berbohong. Manusia yang dibentuk dengan seksama akan menghasilkan output yang berkualiti, sementara manusia yang belum selesai terbentuk akan membawa masalah tersendiri kepada perusahaan.

Maka tidak ada namanya SDM "tinggal pakai". Bahasa anak muda sekarang : plug and play. Colok lalu mainkan. Tak ada teori begitu pada pembentukan SDM (Sumber Daya Manusia/Karyawan) atau Human Capital(HC) di organisasi.

Anda harus melakukan investasi pada team, mendidik, menguji hasil didikan, mengevaluasi, memberikan ruang percobaan untuk implementasi, sebelum team kita terjun pada "Perang yang Sesungguhnya".

Itulah yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu'Alaihi Wasallam. Beliau mendidik Sahabat, "membangun narasi Nubuwat" yang menggerakkan, menggelorakan optimisme di hati, menyampaikan khabar gembira tentang masa depan cerah Kaum Muslimin.

Lahirnya sepasukan Kaum muslimin yang kokoh bukanlah kerja sehari semalam.
Maka, sudahkah Anda mendidik team Anda dengan benar?
Semoga kita bisa belajar banyak dari Perang Hunain.
Belajar dari 'Shirah Nabawiyah'. Belajar dari tarbiyah Al Qur'an.

Silahkan copypaste dan forward tulisan ini ke jejaring sahabat Anda. Semoga bermanfaat,
=====


No comments