Belajar Bisnis dari Kisah Siti Hajar 'Alaihissalam

Atas tuntunan Ilahi, Nabi Ibrahim 'Alaihis Salam menempatkan Siti Hajar 'Alaihis Salam. dan Ismail kecil di lembah tak bertuan. Sebuah tempat yang gersang, tempat dimana Allah Subhanahu Wa Ta'ala menetapkan "rumahNya" tersejak zaman Nabi Adam 'Alaihis Salam.

Dalam keridhaan ketetapan Suami yang tertuntun langit, Siti Hajar 'Alaihissalam. harus melalui episode yang menegangkan dalam hidupnya. Sebuah episode kehidupan yang diabadikan Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam peribadatan Sa'i saat Umat Islam melakukan Umroh. Sebuah episode kehidupan yang menjadi titik awal lahirnya sebuah peradaban di lembah gersang.

Ismail kecil menangis keras kehausan ditengah gersang. Sebagaimana seorang Ibu, hati Siti Hajar 'Alaihissalam. kalut dibuatnya. Matanya mencari-cari disekitaran gurun, namun tak ada tanda-tanda adanya air sedikit pun.

Di kejauhan terlihat adanya air, berlarilah Siti Hajar 'Alaihissalam. ke tempat tersebut. 'Shaffa', itulah bukit yang Ia daki. Sesampainya di bukit tersebut, tak sedikit pun air ditemukan, dirinya berdoa dan memohon kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala , lalu kemudian menebar pandangan kesegala arah.

Terlihat air dari kejauhan. Siti Hajar 'Alaihissalam pun berlari ke bukit yang lain. 'Marwah', itulah nama bukit tersebut. Sesampainya di Marwah, Siti Hajar 'Alaihissalam  tidak juga mendapatkan apa yang beliau cari.

Siti Hajar 'Alaihissalam kembali berfikir, mungkin di bukit yang tadi, ia tidak teliti, kembalilah ia kembali ke Bukit Shaffa. Lalu ke Marwah, lalu kembali lagi ke Shaffa, lalu ke Marwah, lalu ke Shaffa dan ke Marwah untuk terakhir kali.

Sesampainya di Bukit Marwah untuk kesekian kalinya, terdengarlah gemiricik air dari dekat tubuh Ismail 'Alaihissalam. Hadirlah mata air Zam Zam, yang tidak hanya menghapus dahaga Ismail kecil, namun juga dinikmati oleh generasi berikutnya sepanjang lintas peradaban. Hingga saat ini, mata air tersebut deras mengalir. Seakan menyediakan supply bagi para peziarah. Tak ada habis-habisnya. Tak ada kering-keringnya.

Episode kehidupan ini diabadikan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam tuntunan Ibadah Haji dan Umrah. Setelah melaksanakan Thawaf, jamaah Haji dan Umrah diwajibkan untuk melakukan Sa'i, dan diakhiri dengan tahalul.


Ada beberapa pelajaran bisnis yang dapat kita petik dari kisah Siti Hajar 'Alaihissalam. Kita dapat belajar bagaimana seharusnya kita berikhtiar menghadapi masalah.  Siti Hajar 'Alaihissalam telah melalui hal yang sangat membuat kalut dirinya dan akhirnya solusi hadir bukan hanya untuk Ismail, namun juga untuk generasi setelahnya.

Sama seperti bisnis, terkadang kita kalut ketika "bisnis kita menjerit menangis". Terkadang kita harus berlari-lari mencari cashflow. Terkadang kita melihat kegersangan market yang tak berujung. Mirip situasinya dengan apa yang dialami Siti Hajar 'Alaihissalam. Maka tidak ada salahnya ketika kita mencoba mengambil hikmah dari peristiwa tersebut.
Berikut beberapa pelajaran yang dapat kita ambil ;,

1. Sangka baik atas ketetapan Allah Subhanahu Wa Ta'ala .

Sebelum kita memaknai usaha dari Siti Hajar 'Alaihissalam, kita harus menyelami terlebih dahulu ruang hati beliau saat ditempatkan di lembah gersang. Beliau yakin, ini adalah ketetapan yang baik. Jika memang ini adalah ketetapan Allah Subhanahu Wa Ta'ala, pasti baik. Walau secara kasat mata, beliau seakan ditinggalkan di lembah gersang tak bertuan.

Titik tolak sangka baik ini adalah energi dalam usaha Siti Hajar 
'Alaihissalam. Siti Hajar 'Alaihissalam tidak marah kepada Nabi Ibrahim'Alaihissalam suaminya.
Siti Hajar 
'Alaihissalam juga tidak kecewa dengan putusan Allah Subhanahu Wa Ta'ala , mengapa Ia harus ditempatkan di lembah gersang. Fikiran dan hatinya tetap positif ke Allah Subhanahu Wa Ta'ala.  Allah Subhanahu Wa Ta'ala pasti punya maksud dan pasti ada kebaikan pada keputusan ini.

Hari ini, mungkin sebagian Anda sedang mengalami kegersangan bisnis. Mungkin "bisnis Anda sedang menjerit". Mungkin juga sebagian dari Anda sedang mengalami keterdesakan disana sini. Sebelum bergerak berusaha, alangkah baiknya kita cek hati kita, Apakah ada marah di hati kita? Apakah hati kita sudah redho atas apa yang terjadi hari ini? Apakah ada sangka baik di hati kita?

Banyak diantara kita yang berusaha dalam kemarahan, "seharusnya aku tak harus begini, kalau aku tidak ketemu dia!". Atau "Aku kesal sangat, tak perlu jadi begini kalau dia nurut sama Aku!". Atau "kok Allah Subhanahu Wa Ta'ala tega betul ya, Aku jadi begini, Apa salahku coba.?".
Pra-sangka hati seperti diatas hanya akan membuat kita berputar-putar dalam labirin masalah. Sudah jatuh, tertimpa tangga, tertusuk paku. Sudah bermasalah, lalu kita marah kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Lagi susah..

Sahabatku, dengan penuh rasa empati, Saya tahu Anda kesal dan marah, tapi atas rasa sayang Saya kepada Anda, belajarlah dari Siti Hajar 
'Alaihissalam. Terimalah yang sudah terjadi, tatap masa depan, maafkan diri dan pihak-pihak terkait, lalu bergeraklah dengan lepas dan penuh energi positif di hati. InsyaAllah Anda akan menemukan Zam Zam Anda.

2. Berdoa, kemudian bergerak menunjukkan keyakinan

Yang menarik dalam Ibadah Umrah, prosesi Thawaf haruslah dalam keadaan berwudhu', sedangkan tidak dengan proses Sa'i. Kode fiqh ini seakan menekankan aura "ikhtiar" didalam proses berlarinya Siti Hajar'Alaihissalam.

Apakah Siti Hajar 
'Alaihissalam
 tidak berdoa saat Ismail kecil kehausan? ..Ya pasti, dan catatan sejarah menunjukkan hal itu. Namun, apakah Siti Hajar 'Alaihissalam berhenti di titik berdoa? Tidak sama sekali.!

Siti Hajar 
'Alaihissalam berlari 7x track Shaffa - Marwah dan sebaliknya. Tidak satu atau dua. Namun 7x. Sebuah simbol ikhtiar yang tidak main-main. Menandakan usaha maksimal tanpa henti.

Sama seperti kisah Nabi Musa 
'Alaihissalam, jika keimanan dan amal hati saja cukup untuk menyelesaikan masalah, cukuplah keyakinan Musa 'Alaihissalam bahwa Allah Subhanahu Wa Ta'ala tidak meninggalkannya, harusnya lautan terbelah saat itu juga. Namun Allah Subhanahu Wa Ta'ala memerintahkannya untuk memukul tongkat. Allah Subhanahu Wa Ta'ala ingin melihat amal kita, aksi kita, perbuatan kita.

Demikian pula dengan Siti Hajar 'Alaihissalam, beliau menunjukkan keseriusannya dalam membuktikan Iman, bahwa pasti ada jalan keluar, maka dari itulah ia berlari.

Sahabat, aksikan yakinmu, aksikan doamu, aksikan rencana baikmu. Sekuat kamu bisa berlari, sebanyak apapun yang bisa kamu perbuat.

3. Tidak berhenti walau hasil tak terasa.

Pada awal-awal usaha pencariannya, Siti Hajar 'Alaihissalam masih melibatkan fikiran logiknya, "mungkin Saya tidak teliti, Saya akan kembali lagi, siapa tahu ada air disana".

Namun setelah usaha ke 4, ke 5 dan seterusnya, beberapa redaksi yang Saya baca (silakan didiskusikan jika berbeda pendapat-pen),
Siti Hajar 
'Alaihissalam hanya berlari, Ia hanya terus berlari, kerana itulah yang ia bisa lakukan. Dari bukit satu, ke bukit yang lain, ia tidak lagi memikirkan, apakah ada atau tidak, ia hanya ingin bergerak mencarikan air untuk Ismail, ia hanya ingin menunjukkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala bahwa ia terus bergerak. Ia tidak diam.

Sahabat, bisa jadi ada diantara kita yang pada hari ini sedang sangat kesulitan. Bisa jadi ada diantara kita yang sangat kebingungan. Usaha menawarkan produk hanya berujung gagal dan gagal. Seperti putaran proses yang tidak ada ujungnya. Dan sebagian diantara kita memutuskan untuk berhenti, sebelum keluarnya mata air "zam zam" yang kita cari.

Sahabat, Kolonel Sandres penemu resipi "CFK", harus menawarkan resipinya ke 1000 lebih rumah, dan barulah diterima ke rumah yang ke-seribu sekian. Thomas Alfa Edison harus melakukan ribuan kali percobaan untuk menemukan lampu. Dan banyak lagi kisah konsisten diluar sana.

Sahabat, tidak ada hasil bukan berarti tidak ada progress. Seperti pohon bambu, dalam 3-tahun pertama, tidak ada pertumbuhan yang terlihat, tapi akarnya sedang bertumbuh kebawah, menghujam, menjadi pondasi. Setelah akar kokoh, barulah bambu tersebut melesat tumbuh.

Sama seperti kita hari ini, bisa jadi yang kita lakukan seperti jalan ditempat, tetapi disanalah Allah Subhanahu Wa Ta'ala didik otot sabar kita, Allah Subhanahu Wa Ta'ala didik otot syukur kita, Allah Subhanahu Wa Ta'ala didik otot kerja kita. Sehingga Allah Subhanahu Wa Ta'ala pantaskan kita untuk besar. Allah Subhanahu Wa Ta'ala beri pondasi. Allah Subhanahu Wa Ta'ala rekrut langsung. Ini yang jarang kita sadari.

Kembali ke poin perbahasan, Yups, terus jualan, tidak apa-apa tak ada yang beli, bukan berarti tak ada hasil, ini proses agar Anda makin kuat. Jangan berhenti. Jangan melemah. Jangan mundur, mengalah, merajuk.

4. Solusi yang hadir bisa saja tak berhubungan dengan ikhtiar.

Sahabat, tengok Siti Hajar 'Alaihissalam, area pencarian airnya ada diantara Shaffa dan Marwah, tetapi Air Zam-Zam nya muncul di kaki Ismail didekat Ka'abah Bitullah. Ya Rabb, tidakkah kita melihat kebesaran Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Urusan kita itu bergerak, tidak usah pusing nanti "zam-zam"- nya keluar dari mana. Jika ada jalan bergerak, jika ada jalan berikhtiar, bergerak saja. Sekiranya Allah Subhanahu Wa Ta'ala sudah menilai kita bergerak maksimal, Allah Subhanahu Wa Ta'ala sanggup keluarkan Zam - Zam kehidupan kita, dari titik yang kita tidak sangka.

Banyak sebenarnya kita dengar cerita, Sahabat kita menjual donat, bertemu dengan pelanggan yang menjual mobil, dan akhirnya mobilnya tidak sengaja terjual di tangan penjual donat tersebut. Bayangkan teman, jual donat dan jual mobil itu jauh sangat. Namun jika Allah Subhanahu Wa Ta'ala berkehendak, Jadi! Allah Subhanahu Wa Ta'ala hanya perlu keseriusan Anda untuk terus berlari.

Maka, kalau memang pusing, bingung memikir jalan ikhtiar, ya, bergerak saja. Ada kesempatan jadi relawan, yuk, gabung. Ada kesempatan bantu teman jualan gorengan, ya, sudah bantu. Ada diajak teman temankan dia lihat peternakan, hayuk bergerak. Kita ini tidak pernah tahu dimanakah Zam - Zam kita berada.

5. Yakinlah, ketika kesulitan itu teratasi, akan banyak orang yang akan mendapat manfaat.

Yang terakhir, agar kita termotivasi, marilah ingat dan yakini, bahwa Zam - Zam yang akan memancar nanti di kehidupan kita itu, bukan hanya untuk menyelesaikan masalah kita saja, pasti ada manfaatnya bagi orang lain.

Ada sahabat Saya hutangnya 7,7M, sekarang sudah lunas. Kerana usahanya yang tidak berhenti-berhenti, akhirnya usaha produk digitalnya maju. Banyak affiliate yang dapat berkah. Karyawannya banyak. Mitra sinerginya banyak sangat. Hampir semua orang yang bermitra dengan beliau dapat kecipratan zam-zam nya. Alhamdulillah.

Jadi Sahabatku, larimu hari ini bukanlah untuk dirimu saja. Sa'imu bukan hanya untuk dirimu saja. Tapi bisa jadi, Sa'i mu hari ini bisa jadi sebab lahirnya bisnis yang bermanfaat dari generasi ke generasi. Jadi janganlah berhenti, besarkan jiwamu, tinggikan harapanmu. Peradaban sedang menunggu melesatnya bisnismu.
*****
Sahabat, panjang ya tulisan ini, maaf panjang, kerana Saya juga sedang Sa'i, usia-usia produktif seperti Saya dan sebagian Anda adalah usia Sa'i. Memang itulah tahapannya. sama dengan teman-teman semua..

Semoga Sa'i kita adalah Sa'i yang tulus redho. Semoga ikhtiar kita ini dihitung Allah Subhanahu Wa Ta'ala dengan kebaikan. Semoga mata air zam-zam kita sebentar lagi memancar. Aamiin. Ya Mujibassailin.
Silakan forward tulisan ini ke litimeline Anda, atau sahabat terkasih Anda.

No comments