BANGUNLAH BISNIS SUKSES DAN KELUARGA BAHAGIA

<img src="fazryan87.blogspot.com.jpg" alt="BANGUNLAH BISNIS SUKSES DAN KELUARGA BAHAGIA">

BANGUNLAH BISNIS SUKSES DAN KELUARGA BAHAGIA

Viral di media sosial. Sekitar bulan July 2019. Seorang pengusaha wanita mengungkapkan bangkrutnya perusahaan sepatu miliknya.Sisa stok dijual murah. Untuk pembelian semua stok. Pernyataan ini pun dipost terbuka di Instagram.
Saya tidak pada tempatnya untuk menyebut nama dan merk bisnisnya. Silakan saja di search ala dunia maya. InsyaAllah ketemu.

Postingan pengumuman tutup bisnis tersebut cukup panjang. Sang owner mengawali tulisannya dengan pengakuan bahwa bisnisnya dibangun dengan perjuangan panjang. Lalu kemudian sempat booming hingga sales 500 juta sebulan. Cukup besar untuk ukuran bisnis sepatu kreatif.

Sang owner mengakui akan besarnya beban operasi bisnis. Niat ekspansi tidak diimbangi dengan pencapaian sales yang ada. Karyawan bertambah, tapi sales tidak naik atau menambah. Niatan untuk tumbuh agresif pun menjadi jebakan maut di perjalanan bisnisnya.

Tapi Saya tidak menyoroti kalimat itu, Saya menyoroti kalimat pengakuannya bahwa dalam perjalanan bisnis ini, beliau sibuk mengurus perceraian dengan suami. Di saat-saat berat itu, ke kantor/pejabatpun ia tidak sanggup.

Nampaknya energi kerja sang owner habis babak-belur ketika berhadapan dengan masalah keluarga. Perceraian, rentetan sidang, pembagian harta, bahkan rebutan hak anak menjadi beban fikiran yang sangat berat bagi dirinya.

Saat energi kerja sudah hilang, datang ke kantor pun jadi teramat berat. Kontrol akan manajemen mulai melemah. Eksekusi program mulai kehilangan 'daya gedor' (kuasa naik-power up).

Organisasi mendingin dan melemah. Dan dapat disimpulkan bahwa inilah penyebab utama dari tutupnya bisnis sepatu/kasut beliau : "permasalahan keluarga".

Kisah nyata ini harusnya memberi pelajaran kepada kita semua, bahwa keluarga adalah basis dari energi kehidupan. Didalam keluarga lah kita menyerap energi terbaik untuk beraktiviti.

Ada sebagian pengusaha yang beranggapan bahwa hidup harus memilih, jika ingin sukses bisnis berarti harus mengorbankan keluarga. Tidak ada pengusaha yang bisa punya waktu normal untuk keluarga. Malam hari tetap harus meeting dan ketemu klien.

Akhirnya terbangun pola keluarga nombor 2. Anak yang penting tercukupi materi. Rumah hanya menjadi terminal untuk mandi dan ganti baju. Isi ulang bag. Setelah itu bertarung lagi 100% diluar keluarga. Hal yang dianggap pilihan dan memang terbaik.

Logika awalnya masuk, kerana merasa berinvestasi waktu dan tenaga untuk bisnis, maka pasti bisnisnya maju. Ada kaedah yang terlewat disini : 'sumber energi utama adalah keluarga. Baik sumber kekuatan, mahupun sumber pelemahan'.

Ketiadaan alokasi kebersamaan dengan keluarga sudah jelas akan mengurangi kedekatan dengan keluarga. Mengurangi kehangatan dengan pasangan. Dan mengurangi keterikatan hati dengan anak-anak.

Kisah diawal tulisan ini adalah tentang perceraian. Perceraian yang membuat sang owner hilang fokus.

Di kisah yang lainnya, Saya menemukan kisah seorang business owner besar yang harus kesusahan mengurusi anak yang kecanduan game online. Terbengkalai pengawasan kerana saat itu beliau dan istri harus fokus pada bisnis yang sedang perlu perhatian. Alhamdulillah hanya 6 bulan, itupun meninggalkan luka yang lama bagi beliau.

Hanya hilang perhatian 6 bulan, tetapi sang anak harus sakit kecanduan bertahun-tahun.

Ada lagi kisah tentang generasi kedua yang sama sekali tidak nyambung dengan generasi pertama. Beliau meniatkan bahwa perusahaan dibangun untuk generasi ke generasi. Kerana tidak ada kedekatan dengan anak, maka anak tak faham isi hati dan kepala Ibu-Bapa. Niat sang anak cuma satu : "menjual murah perusahaan. Dapat cash. Lalu bersenang-senang".

Sangat banyak cerita kelam tentang pengusaha yang harus babak-belur kerana masalah keluarga. Baik kegalauan kerana pasangan hidup, pertengkaran, perceraian.

Banyak juga cerita tentang kegalauan pengusaha terhadap anak-anaknya. Entah berupa kenakalan, pembangkangan, hingga pernikahan anak yang tidak pas di hati mereka. Semua berawal dari ketiadaan alokasi investasi waktu dan fikiran bagi keluarga.

Tulisan ini Saya niatkan untuk membangun kesadaran diantara kita semua. Al Qur'an tidak pernah salah memberi arahan.
ÙˆَجَعَÙ„ۡÙ†َا ٱلَّÙŠۡÙ„َ Ù„ِبَاسٗا
..dan Kami menjadikan malam sebagai pakaian
ÙˆَجَعَÙ„ۡÙ†َا ٱلنَّÙ‡َارَ Ù…َعَاشٗا
..dan Kami menjadikan siang untuk mencari penghidupan,
[AlQur'an Surah An-Naba', Ayat 10-11]

"Malam sebagai pakaian", sebagian Ulama tafsir menyebutnya sebagai istirahat. Malam hari kembali ke rumah. Pakaian punya sifat menutupi diri dari hal sangat private. Maka makna derivat dari ayat "libasa" adalah waktu untuk keluarga, kerana diskusi dan interaksi keluarga adalah hal private bagi manusia.

AlQur'an memberi semangat tentang pembagian waktu. Jika memang kerja shift malam, maka beristirahatlah di siang hari. Jika memang bisa bekerja di siang hari, gunakanlah malam untuk bersama keluarga.

Mari bangun kerja efektif. Sebenarnya kita sangat bisa bekerja dari Syuruq ba'da Subuh hingga jelang Maghrib. Untuk wilayah gugusan Nusantara, durasinya sudah mencapai 12 jam.

Lakukan pekerjaan early morning. Jam 7;00 pagi sudah On untuk bekerja merencanakan banyak hal, meeting kordinasi bisa jam 8;00 pagi, kontrol operasional bisa dilakukan hingga jam 10;00, lalu menerima klien, tamu, temu-temu relasi, bisa dilakukan hingga waktu Ashar.

Ashar hingga Maghrib mengevaluasi pekerjaan dan bersiap untuk ke rumah. Ba'da Maghrib sampai terlelap adalah waktu bersama keluarga.
Makan malam bersama.
Mendengarkan keluh-kesah pasangan.
Menemani anak mengulang pelajaran.
Mendegarkan anak tentang apa yang dilaluinya sepanjang hari.
Hadir penuh sebagai Ayah dan Ibu.

Bagi sahabat yang memang harus kerja dinas keluar kota, maka manfaatkan benar waktu bersama keluarga saat Anda mendapat jatah waktu off. Manfaatkan off benar-benar off. Ada hal yang tak bisa Anda ulang.

Kerana pada akhirnya keluarga adalah sumber energi utama.
Sumber penguatan ataupun pelemahan.
Kerana kehidupan sebenarnya terintegrasi. Anda tidak mungkin menyekat bisnis dan keluarga. Rusak disalah satu nya, maka rusak di keduanya.

Silakan forward tulisan ini ke linemasa/timeline Anda, atau Sahabat terkasih Anda.
*****

Adaptasi dari Artikel by Rendy Saputra [KR Business Notes]

No comments