Mengosongkan Tangki Harapan Dunia
Salah satu hal/perkara yang membuat kita berhenti melangkah adalah kekecewaan. Andai seseorang mampu melangkah lebih tekun, InsyaAllah ia akan perlahan mencapai apa yang ia tuju. Namun biasanya, hambatan dan ketidak sesuaian di lapangan membuat kita kecewa, marah, kesal, lalu berhenti melangkah.
Kekecewaan ini lahir kerana sebuah pengharapan. Besarnya harapan berarti besarnya potensi kekecewaan. "Makin besar harapan, makin besar potensi kekecewaan yang kita tanam".
Ada yang menarik pada Riwayat Hadist pertama di Arbain an Nawawiy. Hadist tersebut berbicara tentang niat. Secara sederhana, potongan hadist tersebut berbunyi seperti ini : "Siapa yang hijrah kerana wanita yang ingin dinikahinya atau perdagangan yang didambakan, maka ia akan mendapatkannya. Dan barangsiapa yang hijrah kerana Allah dan Rasul-Nya, dia akan mendapatkan Allah dan Rasul-Nya."
Hadist tersebut berbicara tentang sebuah dorongan harapan. Kepada siapakah kita sebenarnya berharap. Risalah Nabawi tersebut mendidik kita untuk keluar dari harapan kepada dunia, menuju harapan kepada Allah Azza WaJalla semata. Kaerana jika Allah sudah hadir, sebenarnya dunia masalah yang tidak terlalu rumit.
Inilah esensi ikhlas. Asal kata dari murni, tak bercampur dengan yang lain. Jika memang semua kerana Allah, maka kita harus membersihkan hati kita dari harapan kepada selain-Nya.
READ MORE
READ MORE
Buku 'Pesan Cinta-Nya' "KERINGAT TUKANG BECAK"
BILAKAH PERTOLONGAN ALLAH AKAN DATANG?
SERVANT OF THE PEOPLE: "BERPURA-PURALAH MENJADI HINGGA BENAR-BENAR TERJADI"
Waktu kita berjualan/berniaga, secara manusiawi kita akan berharap bahwa dagangan/barangan kita terjual. Harapan tersebut terkadang berbuah kekecewaan manakala dagangan kita tidak laku. Bersyukurlah jika kita dapat mengatasi kekecewaan itu.
Namun dibanyak kesempatan, beberapa orang tidak dapat mengatasinya. Sikapnya langsung melemah, layanan kepada customernya langsung memburuk dan terus banyak mengeluh.
Berjualanlah dengan tangki berharap yang kosong. Jika kita berjualan, cukuplah berharap Allah suka dengan usaha kita, berarti kita mahu bekerja, mahu berbuat untuk sesama. Ketika berjualan, berarti kita sedang membantu orang untuk mencukupi keperluannya, atau menghadirkan solusi ke dalam kehidupannya. Jika ia tidak berkenan, cukuplah ridha Allah jadi jalan terbaik untuk kita.
Berjualan dengan 'zero expectations' akan lebih memberi energi yang konsisten dan kontinu. Ada yang beli kita bersyukur, ditolak pembeli pun kita bersyukur. Apapun respon pembeli, hal itu tidak akan menurunkan kualitai diri kita.
*****
Melayani customer, layani saja sepenuh hati, tidak perlu berharap dia belanja banyak, atau belanja lagi, target KPI(Key Performance Indicator ) boleh boleh saja ada.
Layani dengan baik, kerana sejatinya melayani orang itu ibadah. Mencarikan barang yang dia perlukan berarti menolong. Membantu menjelaskan produk jasa/perkhidmatan berarti memahamkan. Pasti berpahala. Pasti dibalas Allah Subhanahu WaTa'ala.
Tidak perlu berharap dia tekan tombol "smile" di pengukuran kepuasan pelanggan. Bisa jadi yang dilayani baik malah membentak. Jika dia membentak, kita sudah aman : harapan kita bukan senyumannya, harapan kita senyuman Allah saja. Cukup.
******
Menjadi seorang Istri yang mengabdi kepada Suami. Cukuplah pengharapan hanya kepada Allah. Lakukan pengabdian agar Allah sayang kepadamu, mencintaimu, memberkahimu, janganlah pernah berharap apapun dari Suami. Tak perlu berharap dia semakin cinta, dia semakin sayang, dia menjadi setia, sungguh, hanya Allahlah yang pantas diharapkan. Suami itu manusia. Tiada yang menjamin konstan nya keshalehan manusia.
Jika Allah Subhanahu WaTa'ala redha, semoga Allah menurunkan cinta ke hati suami. Suami jadi sayang. Jika Allah redha, semoga Allah menurunkan kesetiaan di hati Suami, Suami jadi setia.
Namun jikalau Suami ternyata tidak begitu, tidak cinta, tidak sayang bahkan tidak setia. Kekecewaan kita kan biasa saja. Kerana sedari awal, bukan itu yang kita harapkan.
Sekali lagi. Mengabdilah tanpa harapan dunia. Berharap saja pada yang pantas diharapkan. Dialah Allah Subhanahu WaTa'ala yang tak pernah lengah melihat pengabdian seorang Istri kepada Suaminya.
*****
Menjadi pekerja, berharaplah pada keredhaan Allah semata. Gaji boleh saja ada. Bonus boleh saja tersedia. Namun janganlah hati berharap pada gaji dan bonus semata. Janganlah jua berharap pada jenjang karir yang mempesona.
Berharap pada gaji, bisa saja menyakitkan. Bisa saja hati menyadari, bahwa ternyata kerja yang telah diabdikan ternyata tak berimbang dengan gaji yang diterima. Sakit nantinya.
Berharap bonus juga berbahaya, bisa saja bonus tiada, bisa kerana pasar/market yang melambat, produksi yang tertahan, atau malah kerana kejadian alam yang ada diluar kendali kita. Stress jadinya.
Berharap naik jabatan juga nestapa. Bisa saja manusia salah menilai. Salah memberi apresiasi. Bisa saja tidak naik jabatan. Jika hati banyak berharap, nanti banyak kecewanya. Frustasi jadinya.
Bekerja saja untuk dilihat Allah. Selesaikan jobdesc atas tanggung jawab kita sebagai pekerja yang merasa dilihat Allah. Kejar Key Performance Indicator (KPI) agar perusahaan/syarikat bertumbuh/berkembang, jika perusahaan bertumbuh, akan banyak yang sejahtera. Perusahaan jadi bisa terus bertahan, bisa bayar gaji karyawan, bisa terus berjalan, semoga Allah menilai baik kontribusi kita. Biarlah Allah yang membalas kerja-kerja kita. Pasti Pas! Bahkan lebih dari yang kita kerjakan.
*****
Jadi pembicara, tak perlu berharap orang menangis tersentuh. Nanti jika tidak menangis, Anda yang malah menangis. Tidak perlu berharap orang berubah, tergerak, lalu mengucap terima kasih ke Anda.
Berbicara kebaikan, niatkan saja untuk jadi jalan kebaikan banyak orang. Niatkan menolong orang memahami kebaikan. Dan berharaplah Allah Subhanahu WaTa'ala suka, Allah Subhanahu WaTa'ala senang, Allah Subhanahu WaTa'ala redha.
Andai ada yang tidak faham, tidak mengerti, evaluasi diri kita. Perbaiki metodenya. Tapi tak perlu kecewa, hati milik Allah Subhanahu WaTa'ala.
Hati, Allah Subhanahu WaTa'ala yang genggam. Hidayah Allah Subhanahu WaTa'ala yang punya. Tiada kita punya kemampuan untuk menggerakkan hati manusia. Kita hanya bagian bunyi-bunyian saja.
Jadi penulis, (aduh, mungkin Saya ini), Tidak usah berharap di like, di share, di comment. Tulis saja yang baik, yang tulus. Jika memang baik, nanti juga di like. Jika manfaat, InsyaAllah orang akan share.
*****
Sekian yah. Mengajak diri sendiri dan Sahabat pembaca semuanya, untuk sama-sama mengosongkan tangki harapan dunia. Mari sama-sama putus harap ke dunia, Mari sambung harapan hanya ke Allah Subhanahu Wa Ta'ala semata.
Berharaplah pada yang memang Maha Membalas. Yang paling benar perhitungannya. Paling benar ukurannya. Pandangan Allah Subhanahu Wa Ta'ala tidak bakal luput. Dia tahu seberapa banyak tetes keringat yang digiatkan. InsyaAllah. Lurus harap kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala saja.
Silahkan forward tulisan ini ke linemasa (timeline) Anda, atau Sahabat terkasih Anda. Terima Kasih
**********
Adaptasi dari Artikel by Rendy Saputra [KR Business Notes]
No comments
Post a Comment