ALUR PERJUANGAN NABI MUSA 'ALAIHISSALAM

Allah Subhanahu Wa Ta'ala mengilhamkan sebuah target di hati Nabi Musa 'AlaihisSalam, bergeraklah menuju tanah Palestine, bawalah Bani Israil yang tertindas oleh kezaliman Fir'aun. Eksodus besar-besaran pun dimulai. Dengan sebuah pegangan jaminan dari Allah Ta'ala.


Nabi Musa 
'AlaihisSalam dan Bani Israil bergerak bersama menuju titik yang diilhamkan. Sesampainya ditepi lautan yang menghadang, dan susulan Fir'aun, Bani Israil pun meragukan janji Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

"Kita akan terkejar wahai Musa"
Secara makna lebih gamblang - mudahnya... "kita akan terkejar, habis kita...dan mana janji Tuhan?"

Berbeda dengan Rasulullah Muhammad Sallallahu 'Alaihi Wasallam, yang menggunakan "Innallah ma'ana" Allah bersama kita, Nabi Musa 'Alaihis Salam mengatakan "Inna Ma'iya Robbiy"  Rabb Ku bersamaku, "sayahdiin" dan akan memberiku petunjuk.

Sebuah kode semesta, bahwa keraguan tidak akan akan dibersamai Allah. Dan Allah Ta'ala hanya membersamai yang yakin pada-Nya saja.

Ujung ceritanya jelas. Nabi Musa 'Alaihis Salam selamat bersama Bani Israil. Fir'aun dan pasukannya terlahap lautan.

     READ MORE

ENTHUSIASME BISNIS
BANGUNLAH BISNIS SUKSES DAN KELUARGA BAHAGIA
RUANG PERSAINGAN BISNIS SUDAH BERUBAH

Jika titik tuju eksodus adalah tuntunan Allah Subhanahu Wa Ta'ala, berarti segala mimpi baik yang terbersit di hati adalah dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala juga.

Kita banyak salah faham akan niat yang muncul di hati, kita selalu mengira niat tersebut adalah 100% dari getaran pendapat pribadi kita. Padahal hati tidak kuasa berniat kecuali Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang ilhamkan.

Niat meng-umrahkan Ibu-Bapa, niat memberikan kehidupan yang layak bagi keluarga, niat untuk berbuat baik lebih luas, adalah "tanah Palestine" yang diilhamkan Allah Subhanahu Wa Ta'ala ke hati kita.

Jika impian baik itu dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala , maka ia adalah jaminan tercapai, jaminan sampai, jaminan Allah Subhanahu Wa Ta'ala bantu hingga akhir. Selama niatnya baik dan memang lurus kerana-Nya.

Namun disinilah "Alur Musa" selalu berulang pada mereka yang menempuh jalan Iman.

Akan hadir sebuah masa dimana situasi seakan tidak mendukung, bahkan terlihat buntu, berat dan mencekam.

Disinilah Allah Subhanahu Wa Ta'ala menguji Hambanya, apakah seorang Hamba benar-benar meyakini jaminan Allah Subhanahu Wa Ta'ala atau malah menganggap Allah Subhanahu Wa Ta'ala meninggalkannya.

Dan disinilah Allah Subhanahu Wa Ta'ala hadirkan "Bani Israil" yang bertugas menggoyang keimanan.

"Kita akan terkejar"
"Kita tidak akan pernah sampai target"
"Mana janji Tuhan?"
"Katanya Allah bantu, mana?"
"Jangan-jangan iman kita sia-sia?"
Begitulah alurnya. Selanjutnya tergantung pada jawaban kita pada "Israil" disekitar kita.
*****
Seorang Leader menargetkan 10M sales. Kerja keyakinan sudah dilakukan, ikhtiar siang-malam sudah dilakukan, semua ilmu pengetahuan sudah diterapkan. Data demi data sudah dikumpulkan dan coba dieksekusi.

Ternyata capaian belum mencapai 1M pun. Bahkan terlihat jauh dari target.

Disinilah "Bani Israil" akan dihadirkan untuk menggoyang keimanan.

"Berhentilah sudah. Cukuplah sudah. Segini saja. Tidak akan pernah sampai. Tuhanmu meninggalkanmu. Tidak akan ada pertolongan. Nasibmu begini."

Ketika Anda meyakini gangguan Israil itu, sebenarnya Anda sudah menghalau Allah Subhanahu Wa Ta'ala dari hidup Anda.

Tetapi jika Anda memilih posisi Nabi Musa 'Alaihis Salam untuk tetap yakin, maka disanalah keimanan Anda tervalidasi.

Iman itu perlu validasi -pengesahan - confirmation
Iman tidak teruji di masa mudah, lapang, sesuai rencana.
Iman diuji di masa gelap, susah, sempit, bahkan terhimpit.
Apakah di situasi sebegitu tidak berpihak, Anda masih percaya dibersamai Allah?
Apakah di situasi sebegitu tidak menguntungkan, Anda masih percaya dengan pertolongan Allah?
Apakah di situasi sebegitu mengerikan, Anda masih mau berdoa kepada Allah? Atau Anda sudah lelah meminta lagi, kerana Anda merasa Allah gagal bekerja pada hidup Anda?

Jika Anda memilih untuk mengatakan "Kalla, Inna Ma'iya Rabbiy Sayahdiin" ... Tidak... Tidak gitu wahai Israil, Rabb ku bersamaku, dan akan memberiku petunjuk".
Maka ilham tongkat Nabi Musa 'Alaihis Salam akan dikaruniakan.
Lautan akan dibelahkan.
Musuh akan ditenggelamkan.
Cita-cita baik akan disampaikan.
*****
Berbisnis adalah proses berjalan, mendaki, bergerak menuju target.
Seperti langkah seorang Musa ke tanah Palestine. Tidak mudah. Dan tidak akan pernah mulus.

Ditengah jalan akan selalu ada Bani Israil. Yang seakan-akan membersamai tapi sejatinya melemahkan Iman. Akan selalu ada pasukan Firaun yang berniat menghabisi langkah.

Tugas kita adalah terus bergerak. Sampai mentok -- stuck. Dan ketika stuck, di titik itulah Iman tidak boleh hilang.

Semua orang boleh ragu bahwa Anda tidak akan mencapai "tanah Palestine". Tetapi Anda sebagai leader bisnis tidak boleh ragu. Walaupun didepan mata Anda lautan, dan dibelakang Anda pasukan pembunuh yang siap menghabisi.

Selama niatmu baik... kerjakanlah.
Selama niatmu lurus... lakukanlah.
Selama niatmu untuk faedah banyak orang... kenapa harus ragu?
Selama niatmu untuk bermanfaat lebih luas... mengapa targetmu harus kamu edit?
Selama memang ada api kebaikan pada misi hidupmu... mengapa kamu melemah?

Titik simpang sejarah seorang Nabi Musa 'Alaihis Salam adalah saat ditepi lautan itu.
Apakah Ia tetap yakin, atau malah memilih keyakinan Bani Israil.

Maka... titik ruang gelap itu adalah momen pembuktian Iman... jangan salah isi jawaban.

Silakan forward tulisan ini ke time-line Anda, atau sahabat terkasih Anda.
***

Adaptasi Artikel by Rendy Saputra KR Business Notes ]

No comments