Wahyudin 'Pemulung Ganteng' Kini Menatap Doctoral Degree ke Luar Negeri
" Dan bila kamu menginginkan sesuatu, semua unsur semesta akan berkonspirasi membantumu untuk mewujudkannya ," demikian kutipan novel The Alchemist karya sastrawan Paoelo Coelho.
Hey Dude,Ketika saya membaca kisah seorang insan bernama Wahyudin kini berusia 24 tahun berasal dari Kampung Kalimanggis,Gang Lame, Jatisampurna, Bekasi, Jawa Barat, Indonesia.Bagaimana perjuangan hidupnya sejak dari kecil semasa masih belajar disekolah rendah lagi hingga meniti kejayaan menjadi mahasiswa di menara gading berkat usaha kerja keras,doa, kesabaran,keyakinan dan masih banyak lagi.
Ianya membuat sesiapa yang mengenalinya atau membaca kisahnya dimedia sosial akan merasa kagum.Malah membuat kita rasa malu pada diri kita sendiri dan semoga kisah ini dapat memotivasi Anda pembaca dan juga para remaja, anak-anak bangsa kita di Malaysia yang mempunyai banyak peluang dan sokongan kerajaan untuk berjaya memajukan diri.Namun mensia-siakan peluang besar untuk sukses dalam pembelajaran demi masa depan.
Berikut ini kisah hidup Wahyudin yang diberitakan oleh website Detik.com.
Jumat (19/6/2015).Dan dikutip oleh FortunaMedia.com.untuk postingan blog ini.
Wahyu demikian panggilan mesra namanya,adalah anak sulung dari tiga bersaudara dan ibunya adalah istri kedua dari ayahnya.Dari pernikahan dengan istri pertama, ayahnya memiliki lima orang anak.
Ayahnya bekerja sebagai buruh tani yang juga melakukan pekerjaan perkhidmatan ojek.(transport guna motosikal).Ibunya pun bertani dengan menggarap tanah orang yang hasilnya hanya cukup untuk makan,bukan untuk kos persekolahan.
Saudara-saudaranya bahkan harus putus sekolah dan membantu ayahnya bekerja untuk sekedar mengisi piring(perut).
Dengan kondisi ekonomi yang serba kekurangan itu, orang tuanya sibuk memenuhi keperluan sara hidup Wahyu dan saudara-saudaranya. Sekolah pun tidak menjadi prioriti utama keluarga Wahyudin.
.
"Awalnya ketika saya darjah 4 SD(sekolah rendah),saya mulai merasa tidak mungkin bisa sekolah sampai SMP," ujar Wahyudin, bercerita tentang kisah hidupnya kepada wartawan Detik.com.
Ketika itu ia pun mulai menabung uang jajannya agar bisa sekolah. "Saat itu saya berfikir kalau tidak sekolah,hidup saya bisa seperti abang dan kakak saya. Saya cuma bisa memendam di dalam hati kerana tidak berani cerita ke orang tua saya yang galak,(Tapi) saya tak mau terima nasib, saya harus keluar dari rantai kemiskinan," kenangnya.
Kehidupan Wahyu kecil tentu tidak seperti anak-anak yang masih bersekolah rendah lainya, yang hanya tinggal belajar,tidak memikirkan masalah uang bulanan sekolah.(maaf di Indonesia yuran sekolah dibayar setiap bulan).
Sampai suatu ketika ia bermain ke rumah tetangganya yang berprofesi sebagai pemulung di kampungnya. Tetangga kampung yang bernama Ani dan anaknya yang bernama Jery hidup dengan cara memulung.(memulung dan pemulung maksudnya pekerjaan mengutip sampah-barangan recycle yang boleh dijual kembali)
Kerana keinginannya yang kuat buat membiayai sekolah, maka Wahyu menyatakan ingin ikut menjadi pemulung pada tetangganya itu. "Biar dapat duit supaya bisa sekolah. Dulu saya tidak tahu itu mulung, saya tahunya ngumpul sampah jadi duit," jelas Wahyu.
Sejak itu, 10 tahun yang lalu, Wahyu memulung mulai dari jam 1 malam hingga pagi waktunya sekolah. Kemudian memulung itu dilanjut lagi dari jam 22.00 hingga pukul 02.00 dini hari.
Wahyudin tak malu jadi pemulung.
Ketika hari cerah itu Wahyudin (24) tersenyum bangga bercerita akan perubahan yang dialaminya. Sebuah pencapaian yang mungkin siapa pun tak akan menyangka, tetapi terbukti benar adanya.(Foto Wahyudin ketika memulung atau memungut sampah untuk dijual)
Baca juga; 5 Cara Yang Betul Untuk Anda Perlu Berbelanja Lebih Banyak Wang.
Dua tahun lalu Wahyu masih ditemui memanggul karung berisi kardus-kardus(kotak) bekas yang siap dijual per kilogramnya. Sebuah profesi yang dia jalani dengan tekun dan tabah tanpa rasa malu.
Jika di Malaysia kini kita hanya melihat pendatang asing dari Myanmar dan Bangladesh,India melakukan pekerjaan ini untuk menyara hidup keluarga mereka.
Baca juga;7 Blogger Wanita Indonesia Paling Berpengaruh Yang Memotivasi Anda.
Rupiah demi rupiah ia kumpulkan hingga akhirnya menghasilkan uang. Sebagian dari uang tersebut digunakannya untuk membeli beberapa ekor anak ayam. "Anak ayam itu saya ternakkan, kemudian ditabung. Terkumpul sekitar satu jutaan rupiah buat saya masuk sekolah menengah di SMPN 28 Bekasi," katanya.
Ketika masih belajar di SMP dia masih terus memulung untuk uang jajan sampai bayar yuran SPP sekolah.
Kebetulan nenek Wahyu memberinya sepasang anak kambing untuk diternakkan. Hasilnya dia gunakan untuk uang masuk sekolah ke SMA 7 Bekasi.(SMA setaraf tingkatan 4 di Malaysia)
Keperluan kos makin besar saya tambah mulung dan gembala kambing, ketika di SMP tambah berjualan makanan gorengan, SMA tambah mulung, gembala kambing, mengajar tuisyen dan disambil 'on air' jadi penyiar di radio swasta, jualan susu murni, dagang asongan(jualan dengan gerobak) di pinggir rel keretapi, semua ada 7 profesi di luar sekolah," papar Wahyu penuh semangat.
Memikul 7 profesi itu pun tak lantas membuat prestasinya mengendur. Peringkat di kelas tetap dia capai penuh cemerlang hingga akhirnya mendapat jalan untuk berkuliah.
"Sekolah tetap dapat ranking, di kuliah S1 juga pointer IPK saya 3,85," ujar dia.
Wahyu menempuh jenjang sarjana di Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka). Dia graduate pada tahun 2013 dan masih berprofesi sebagai pemulung.
Sindiran dan sinisme diterima Wahyu dari teman-temannya ketika mengetahui profesinya yang identik dengan sampah dan kotor.Wahyu mengakui sempat kesal dan malu, namun disimpannya rasa itu dalam hati.
" Dan bila kamu menginginkan sesuatu, semua unsur semesta akan berkonspirasi membantumu untuk mewujudkannya ," demikian kutipan novel The Alchemist karya sastrawan Paoelo Coelho.
Kata-kata hikmah dari novel ini menjadi motivasi buat Wahyudin 'Mas Ganteng', pemulung muda yang saat itu lagi bingung untuk mencari biaya kuliah.
Wahyu menceritakan ketika tiba waktu ia lulus SMA, ada ketakutan bahwa dirinya tak bisa kuliah. Maklum, orang tuanya hanya petani penggarap lahan orang yang harus menghidupi 8 perut anak-anaknya.
Apakah yang dilakukannya untuk menghadapi situasi ini?
"Tahu begitu saya langsung tulis proposal. Di situ saya merencanakan, kalau saya mau kuliah saya harus memulung 3 tahun lagi, baru saya bisa kuliah," kisah Wahyu.Rencana masa depannya untuk kuliah ia tuangkan dalam bentuk tulisan dan gambar. Kemudian tulisan dan gambar itu dipajang di kamarnya.
Dia memperhitungkan untuk mendapat biaya masuk kuliah harus mengeluarkan uang Rp 7 juta. Sementara tabungan yang ia miliki kini hanya Rp 2 juta.
"Artinya saya harus kumpulkan 3 lori sampah. Di situ saya gambar dan saya tulis, saya tujukan kepada Allah. Saya yakin kalau proposal saya dikabulkan oleh Allah pasti saya bisa kuliah," imbuhnya.
Wahyu pun berikhtiar hingga akhirnya, tak sampai 3 tahun, dia bisa berkuliah tahun itu juga. Ada beberapa orang yang bersimpati kepada Wahyu sampai akhirnya bersedia membantu biaya kuliahnya.
"Waktu itu ada beberapa tetangga saya yang dermawan, mereka membantu saya untuk bisa kuliah.
Kerana terkejut saya diberi bantuan saya langsung teriak-teriak ke ibu saya, 'Emak, Wahyu bisa kuliah'," ujar Wahyu. Sampai akhirnya ketika kuliah dia masih terus melanjutkan profesi memulung. Dia memilih kuliah di Universitas Muhammadiyah Prof Dr HAMKA (Uhamka) di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Wahyudin 'Mas Ganteng' tabah menghadapi godaan wanita-wanita muda.
Wahyudin memiliki wajah cukup rupawan. Nah, selain cacian dan sinisme dari yang pernah dia terima dari teman-teman sekolahnya, Wahyudin juga harus tahan jadi sasaran godaan para pembantu rumah tangga muda saat mencari nafkah di kejiranan yang dilaluinya.Hal ini diceritakan oleh beberapa penduduk perumahan Taman Laguna Bekasi,Jawa Barat. yang dikonfirmasi detikcom, "Ada cerita lucu. Setiap waktu dia suka mengambil sampah di komplek Laguna selalu digoda oleh sama pembantu-pembantu muda," ujar salah satu pemilik rumah tempat Wahyudin memulung sampah, Elma Sungkar (42)
.
Elma menceritakan, Wahyudin yang selalu diteriaki 'Ganteng-ganteng', sampai-sampai mendapat julukan 'Mas Ganteng'. "Dia sampai dibilang mas-mas ganteng. Habis wajahnya mirip artis, siapa yang sangka kalau dia seorang pemulung," ujarnya.
Menurutnya Wahyudin merupakan salah seorang pemuda yang inspiratif bagi remaja-remaja di kawasan tempat tinggalnya. Selain ganteng, menurutnya perilaku Wahyudin juga sopan dan santun.
"Untuk standard sebagai pemulung kan dia punya sifat mulia. Bersih, santun, orang tak bakal menyangka. Dia itu inspiratif betul, banyak orang yang perhatian dengan dirinya," kata Elma..
Kiprah Wahyu menjadi pemulung dikenal di perumahan Taman Laguna Bekasi. Wahyu menjadi satu-satunya pemulung yang diizinkan memulung di kompleks perumahan itu kerana semua warga sudah mengenalnya sejak kecil.
.
Hasil memulung antara Rp 30 ribu-Rp 50 ribu per hari, plus menjual makanan gorengan cukup membantu Wahyu untuk kuliah. Ditambah, dia mendapatkan beasiswa dari kampusnya dan Jabatan Pendidikan DKI-Jakarta. Ada pula kerabat yang bersimpati dan membantu biaya kuliahnya.
Tak hanya biaya kuliah, Wahyu terkadang juga dihadiahkan barang-barang seperti gadget hingga jam tangan. Tak heran, penampilan Wahyu kini tampak necis(natty-rapi,tampan).
Bersambung disini; Kejayaan Wahyudin 'Mas Ganteng'Berkat Sokongan Penuh Ibu Bapa Angkatnya.
No comments
Post a Comment