KISAH SUFI, SANG KYAI [68]
Kisah Hidup, Kisah Nyata
"SEBUAH KISAH SUFI, ILMU TASAWUF YANG DITULIS DARI SEBUAH PENGALAMAN"
- Pada siri ke-67 Sang Kyai Dari berbagai macam orang yang datang dan ingin menjadi muridku, banyak juga yang awalnya hanya ingin keluar dari masalah yang dihadapi atau ingin mencari kebahagiaan hidup, atau alasan alasan lain yang dibawa oleh masing-masing oran. Juga banyak latar belakang kehidupan yang mereka lalui.
- Sehingga ketika bertemu denganku kemudian memunculkan berbagai cerita dan kisah, sebenarnya akan banyak jika ku tulis, dan akan memakan waktu yang lama.
- Akan ku tulis beberapa semoga ini bisa menjadi pembelajaran juga bisa diambil hikmah di balik kejadian yang terjadi. Maaf, jika nama nama mereka mungkin bukan yang sebenarnya, untuk menjaga rahasia masing-masing orang mungkin saja tidak mahu dipublikasi.
CAKRAWALA NEWS l Sahabat Fillah, kita lanjut kisahnya. Sebaiknya memang orang, apalagi yang dari
internet, kalau ke rumahku harusnya konfirmasi
dulu, kerana banyak juga yang terlanjur datang,
sedangkan saya sendiri tidak ada di rumah, kan
sayang sudah jauh-jauh datang.Pernah juga orang sudah jauh-jauh datang dari Jakarta, naik pesawat, mungkin orang sibuk, sebab ada juga seorang Ayah, kerana anaknya berteman denganku di internet lantas meminta Ayahnya yang datang ke rumah, pernah sudah jauh naik pesawat, sampai di Semarang baru konfirmasi, padahal aku sendiri sedang lelaku tidak menemui orang dan puasa bisu, ya kan akhirnya balik lagi ke Jakarta, kasihan juga. Tetapi mahu bagaimana lagi, saya juga masih tahap belajar, harus menjalankan banyak lelaku amaliyah mendekatkan diri pada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Setelah sholat Zohor ada tetamu perempuan diantar oleh dua lelaki, kerana habis zohor aku sudah menebak, pasti orang daerah Pekalongan saja, bukan orang jauh, memang orang Pekalongan sendiri.
“Ada keperluan apa?” tanyaku.
“Ini Mas, saya mahu mengantar adik saya yang selama ini merasakan keanehan.” jawab lelaki yang agak hitam.
“Keanehan apa?”
“Ini setiap dia tidur, di bawah tubuhnya, di ranjangnya, banyak ditemukan singgat dan ulat belatung.”
“Kok aneh, sejak kapan itu ?”
“Sudah ada 3 mingguan ini.”
“Apa tak ada yang dirasakan sakit?”
“Tidak Mas…, hanya saya merasakan mudah marah, emosi tak terkontrol, dan suka malas kalau ibadah.” jawab perempuan.
“Ini begini Mas ceritanya,” jelas salah satu lelaki yang tubuhnya agak hitam. “Adik saya ini kan punya pacar, sudah sekitar dua tahun pacaran. Nah, pacarnya itu memutuskan untuk memutuskan hubungan, dan tidak mahu menikah dengan adikku ini, maka adikku akan dinikah oleh Mas ini,” jelasnya sambil menunjukkan lelaki yang satunya lagi.
“Nah, pacarnya yang sudah memutuskan hubungan itu tak terima dengan rencana adikku mahu meikah itu, lantas dia mengancam tak akan membiarkan adikku ini menikah, dan akan mengganggunya, lantas kok kejadian kemudian di tempat tidur adikku ini tiap malam banyak sekali belatungnya, sudah dibersihkan juga ada ada terus. Jadi saya kawatir ada apa-apa dengan adikku ini, jadi saya minta bantuan sama Mas..”
“Oo jadi pacarnya mengancam?” tanyaku.
“Iya, padahal dia itu orang thareqat Mas..”
“Hhmm… tharekat juga banyak yang tak benar kok…, tharekat atau tidak kalau jahat dan berbuat dengan menggunakan santet juga tetap sama namanya juga sesat, kerana bersekutu dengan Jin dan syaitan.” jelasku.
“Iya Mas, tolong dibantu bagaimana adik saya ini..”
“Ya, InsyaAllah..” jawabku sambil mengambil air, ku tiup dan ku suruh minum, dan baru juga minum, perempuan itu langsung pingsan.
“Siapa ini..?” tanyaku. Jin dalam tubuh gadis itu diam saja, hanya bersuara lirih…
“Kamu kiriman kok ada di dalam tubuh perempuan ini?” tanyaku lagi.
“Ya… aku kiriman,”
“Dikirim siapa?”
“Dikirim pacar gadis ini.”
“Dikirim pakai dukun atau dikirim sendiri?”
“Dikirim sendiri…”
“Kamu keluar ya..”
“Tak mahu,” jawab Jiin dalam tubuh si gadis.
“Hhmm, kamu berani denganku, kok ku suruh keluar tak mau?”
“Tak berani, saya panas, saya takut..”
“Kok tak mau keluar?”
“Saya takut dengan yang mengirim saya.”
“Lebih takut denganku atau dengannya?”
“Lebih takut denganmu.”
“Coba pandang aku.”
“Tak berani.”
“Kenapa?”
“Panas, silau.”
“Keluar ya..”
“Aku tak bisa keluar.”
“Ku keluarkan ya..”
“Ya.”
“Kamu di mana tinggalnya?”
“Saya di kaki.” Lalu ku tarik Jinnya dari kakinya. Sebentar kemudian sudah ganti Jin lain, menggereng-gereng, seperti ganas, dan mahu menunjukkan keganasannya.
“Kamu siapa..?”
“Aku tak mahu jawab.” jawab Jin dalam tubuh si gadis. Ku tempel tanganku di tubuh si gadis, dan Jin dalam tubuhnya menjerit kepanasan.
“Kamu ingin melawanku?”
“Ampun, tak berani..”
“Lalu kamu kiriman siapa?”
“Saya kiriman Ayahnya pacar gadis ini.”
“Kok bisa dia..?”
“Iya dia dukun, sering dimintai orang untuk mencelakai orang lain.”
“Apa yang membawa belatung itu kalian?”
“Iya.”
“Ada berapa teman kamu di dalam?”
“Tinggal saya, tadi ada dua, yang satu sudah kamu keluarkan..”
“Kamu mahu ku keluarkan atau keluar sendiri?”
“Saya tidak bisa keluar.”
“Tempatmu di mana?”
“Saya di punggung.”
Segera ku tarik Jin dari punggung si gadis, aku berpesan sebaiknya mereka berhati-hati, kerana bisa saja lelaki pacar si gadis akan mengirim lagi, eehh, malah besoknya aku sendiri yang dikirim banyak belatung.
Pagi-pagi depan kamarku banyak sekali belatung, di lemari dan pakaian, jaket, juga di mana-mana banyak sekali belatung sebesar kelingking pada merayap. Ya, begitulah resikonya kalau menolong orang kena santet, pasti akan diserang oleh dukun santetnya.
Jika menolong 10 orang juga akan dikeroyok dukun santet 10 orang. Jadi jangan dikira orang yang berurusan dengan hal seperti ini, hanya enak-enakan, hal seperti ini kalau lengah sedikit akan celaka, dan bisa saja saya celaka, kalau tidak dalam lindungan Allah Azza Wa Jalla. Apalagi sebenarnya saya ini tak punya apa-apa yang bisa diandalkan, hanya berserah saja pada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Merenungi perjalanan peristiwa yang terjadi, sebelum terjadi terkadang sama sekali tidak pernah terlintas sedikitpun di fikiran saya, perjalanan akan terjadi seperti ini, kadang yang akan terjadi kemudian sama sekali tidak kita duga sebelumnya, yang kita duga banyak melesetnya, yang kita rancang bisa juga akan terjadi.
Tetapi tak sedikit yang meleset dari perkiraan, apa juga yang terjadi sebenarnya bukanlah masalah, jika kita masih tetap teguh berjalan di kaedah tuntutan keimanan dan ketaqwaan, sama sekali tak lepas dengan tali aqidah, dan selalu bersikukuh-teguh menjalankan amaliyah.
Banyak kejadian sehari-hari terjadi, kejadian-kejadian yang aku rasa sangat bermanfaat sekali ku jadikan pelajaran, untuk diriku sendiri, momen-momen berharga kadang amat sayang dilewatkan untuk menyimpannya dalam suatu data atau file, bisa berupa video atau foto, kerana kejadian yang sama juga belum tentu juga terulang terjadinya.
Mungkin bagi orang lain tak sebegitu berharga, tapi bagiku sangat berharga, makanya selalu ingin ku simpan dalam bentuk video, foto dan tulisan, kadang video dan foto masih belum bisa menjelaskan secara panjang lebar, momen yang terjadi, sehingga memerlukan uraian kata, rasa menulis sebenarnya tak terbendung, tangan dan jari terasa tergelitik geli, ingin sekali menulis yang banyak, sebanyak-banyaknya, tapi kadang baru mahu menulis sudah ada tetamu, dan kalau sudah ada jadi tak berhenti, silih berganti, ya, jadinya menulis terpaksa ditunda.
Ketika ada kesempatan saja jadinya tulisan dapat ku tulis, dan kerana waktu mepet/suntuk, jadi tulisan juga mana saja yang dapat ku ingat paling cepat, tak ada runtut-runtutan cerita, karangan ini kadang ku tulis waktu senggang/lapang, misal waktu tetamu lagi makan, kan senggang itu. Nah, tulisan lalu ku tulis, tetamu selesai makan, tulisan ku lanjutkan lagi.
Mbak Sun sms Istriku, isinya, minta izin, adiknya katanya ada Jinnya ketika disuruh melihat fotoku lantas menangis, dan ada Jin di tubuhnya, yang sudah semalaman dikeluarkan tapi kok masih banyak saja Jiin dalam tubuhnya jadi minta izin untuk dibawa ke Majlis, adiknya bernama Yaya, perempuan.
Padahal baru juga sebulan dua bulan ini pulang dari kerja di pasaraya Indomaret di Semarang, kok sudah tak kerasan (tak betah), dan akhirnya pulang, aku juga masih ingat, perasaan sebelum diterima di Indomaret di Semarang minta air doa kepadaku, dan esoknya sudah dapat panggilan kerja.
Paginya Yaya dibawa ke rumahku dalam keadaan digotong, kerana tidak sadar tapi menjerit-jerit, “Pak Kyai… Pak Kyai… tolong aku Pak, tolong dikeluarkan..” begitu jeritnya sambil menangis, segera ku suruh menidurkan dan mulai ku tangani, segera ku tempel dengan tangan, langsung saja menjerit kepanasan dan jadi orang lain, yang mengaku adalah Jin kiriman, dan setiap satu ku keluarkan, maka berganti dengan Jin lain, dan dari satu Jin dengan Jin lain itu tak saling kenal, kerana masing masing dikirim oleh orang yang berbeza.
Anehnya itu, adalah yang dikirim dari permasalahannnya orang yang saingan dengan Mbak Sun soal perniagaan, setelah seharian ku keluarkan, entah berapa puluh, Jin ada di tangan dan kaki ku tarik keluar.
Setelah selesai, maka berganti Jin yang dalam bentuk kelompok, kebanyakan mereka dari kuntilanak, dan pocong, dan semua ku tanya dikirim oleh satu orang, banyaknya sampai 1000 Jiin, sehingga aku sendiri kelelahan mengeluarkannya, sehingga ku suruh muridku untuk bergantian mengeluarkannya, Yaya sendiri sampai 3 hari sudah sama sekali tak sadar.
Dan jika Jin 1 dikeluarkan maka akan berganti Jin lain, anehnya, Jin itu antrian minta dikeluarkan, jadi mereka di dalam sudah tak tahan ingin dikeluarkan, kerana di dalam mereka merasa panas, dan merasa panasnya itu kerana Yaya ini semenjak menjalankan amalan zikir pondasi yang ku berikan, itu menurut kata Jinnya.
Jika ku tulis dalam bentuk dialog, akan amat panjang penulisannya, makanya ku tulis dalam bentuk simpelnya saja, kalau ingin tahu kisahnya dengan lengkap, waktu kejadian mungkin bisa datang langsung ke rumahku membawa USB-driver, atau memory card, agar bisa ku beri video lengkapnya. Sebab setiap Jin selalu ada saja dialognya, kok dialognya sama, maka akan cepat ku keluarkan sehingga dengan dialog baru. Sampai memori Handphone Istriku yang 16 giga penuh untuk merekam video, ternyata jinnya belum setengahnya ku keluarkan.
Aneh juga Jin bisa sebanyak itu di dalam tubuh, dan mereka cenderung yang terbanyak itu tinggal di hati, dan latifah yang lain, seperti latifah ruh, akhfa, kalau di punggung dan tempat lain paling yang tinggal satu dua, tapi kalau di hati sampai yang tinggal 3000 Jin, Jin itu ku tanya, katanya di dalam sangat luas, jadi masih banyak tempat bisa dipakai tinggal.
Yang membuatku hairan juga, ribuan Jin itu dikirim dari pengamalan "ilmu pelet" (Sihir cinta) seperti "pelet semar mendem", "semar mesem", "jaran goyang", dan "pelet mahabbah", ya anehnya walau peletnya beda-beda atau pengamalannya adalah unsur Al-Qur’an yang dipakai, kok ya sama Jinnya tetap yang masuk itu sebangsa "pocong", "kuntilanak", "gendruwo", "ular", "kera", "anjing". Dan lain-lain, ternyata apa juga ilmu peletnya, sebenarnya sistem kerjanya sama saja.
Ini beberapa dialog yang mungkin agak penting sekedar baca saja;
“Kamu siapa?” tanyaku pada Jin.
“Saya pocong.” jawabnya.
“Kok pocong?”
“Ya bentukku pocong.”
“Pura-pura jadi pocong.”
“Ooo sebenarnya hanya pura-pura ya?”
“Iya..”
“Kok pura-pura, lalu bentuk aslimu apa?”
“Tak tahu..”
“Lalu pakai putih-putih itu diambil dari mana?”
“Ya dari kain kafannya orang mati.”
“Untuk apa kok mengambil bentuk serupa pocong?”
“Ya agar orang takut, hi hi hi…”
“Masih banyak yang di dalam yang berupa pocong?”
“Masih banyak…”
“Berapa?”
“Masih terlalu banyak, aku tak bisa menghitung.”
Ku tarik keluar saja Jinnya, kerana sudah tidak ada dialog yang bisa diambil pelajaran. Ganti lagi Jin baru,
“Kamu siapa?” tanyaku.
“Saya kuntilanak..” jawabnya Jin yang ku ajak bicara.
“Perempuan kalau begitu?”
“Ya saya perempuan.”
“Kok kamu sampai masuk di dalam?”
“Saya dikirim, saya sendiri tak tahu kenapa saya dikirim di dalam tubuh gadis ini.”
“Apa untuk menaklukkan hati gadis ini?”
“Ya…”
“Memakai amalan?”
“Ya, yang mengirimku dukunnya, tapi anaknya disuruh mengamalkan amalan.”
“Amalan apa?”
“Tak tahu.” jawab kuntilanak.
“Apa jaran goyang?”
“Ya, seperti itu.”
“Terus kamu asalnya tinggal di mana?”
“Saya tinggal di bambu di pinggir sungai, dekatjembatan.”
“Daerah mana?”
“Warung asem.”
“Bagaimana prosesnya kok kamu dikirim ini?”
“Saya ditangkap sama dukunnya, saya dimasukkan botol, banyak juga teman-teman saya dari tempat-tempat angker yang diambil oleh dukun itu dari segala penjuru mana saja yang dianggap angker, lalu dimasukkan ke dalam botol, nanti kami akan dikirim kalau ada orang yang minta pada dukun itu untuk dikirim pada seseorang.”
“Kamu Muslim?”
“Saya Muslimah.” jawab kuntllanak.
“Coba baca surah Al-fatihah…”
Dia mulai membaca surah Al-fatihah sampai selesai.
“Kamu Muslim kok mau dikirim untuk menjahati orang?”
“Saya tidak berdaya.”
“Jadi kamu tak bisa menghindari untuk tidak ditarik ke dalam botol, dan dikirim?”
“Ya saya tak bisa menghindar, kerana saya diberi makan.”
“Apa makananmu?”
“Kembang.” (Bunga)
“Apa semua temanmu, makan kembang semua?”
Tidak, ada yang makan pasir, tanah, lumut.”
"Kok pakaianmu itu warnanya putih, mengambil dari mana, kenapa tidak warnanya merah?”
“Hihihihi, dari kain kafan orang yang meninggal.”
“Dijahitkan di mana?”
“Ya, tidak dijahitkan lah…”
“Apa tidak lepas kalau dipakai, jadi dipakai kemulan saja begitu.”
“Kok wajahmu pakai bedak tebal begitu, bedak dari apa? apa dari kapur?”
“Ya tidaklah, masak dari kapur, nanti perih, ya dari tepung singkong,”
“Dicuri ya singkongnya?”
“Hihihi… tau saja..”
“Kenapa, memakai wajah yang rusak ada darahnya begitu? Maksudnya apa?”
“Ya, saya kan dari orang yang meninggal ketabrak mobil di jembatan, perempuan hamil, yang melewati jembatan, lalu ketabrak mobil danmati.”
“Coba pandang wajahku..”
“Ampun panas, maaf… ampun, saya bohong, itu cuma cerita akal-akalan yang saya buat, agar orang mengira saya arwah penasaran.”
“Jangan bohong di depanku..”
“Ya, saya tak berani. Saya dikeluarkan saja.”
Maka kuntilanak itu saya keluarkan, dan berganti dengan Jin yang lain, sampai 3000 Jin, sehingga sampai seminggu lebih Yaya harus menginap di majlis.
Walau memakan waktu lama, akhirnya pengeluaran Jin pun sampai tuntas, yang bikin aku merasa hairan, kenapa Jinnya ada yang masuk pada sebuah batu kerikil di kamarku, pernah juga aku hairan, waktu guruku pernah memberiku batu kerikil kecil sebesar jempol tangan, batu itu tidak ada bagusnya sama sekali, kerana sebagaimana batu kerikil biasa, tapi kerana pemberian guruku, ya batu kerikil itu ku simpan, sebagai rasa takdzim pada guruku.
Selepas banyak Jin ada di tubuh Yaya, ku ambil batu, kerana aku sendiri tak tau sama sekali soal batu, entah batu untuk bangunan atau batu mulia, di mataku tetap sama, walau secara lahiriyahnya satu batu biasa dan yang satu batu mulia, yang warnanya menurut sebagian orang ada keindahannya, ya, di mataku tidak ada yang indah.
Aku ingat kadang di saat-saat tertentu, guruku sangat menyukai batu, dan suka membuat mainan batu, batu dikumpulkan yang indah dan aku sama sekali tak ada ketertarikan ingin tau, kerana memang tak tertaik dengan batu, batu ku tunjukkan pada salah satu Jin yang ada di dalam tubuh Yaya.
“Ada yang tau soal batu tidak Jin yang di dalam?” tanyaku, dengan nada rendah, kerana kami walau mereka yang di dalam adalah Jin, kami sudah seperti teman saja.
“Sebentar saya tanyakan.”
Lalu ku tunggu Yaya yang tengah dikuasai Jin terdiam, mungkin Jin di dalam pada mencari yang tau soal batu,
br />“Saya tau…” suara salah satu jin.
“Coba lihat batu ini…? Apa isinya, ada tak isinya?” tanyaku.
“Wah berat sekali batu ini.”
“Apa ada isinya?”
“Iya ada… hah, kenapa teman-temanku yang kemarin di dalam tubuh ini dan sudah keluar, kenapa ada di dalam batu ini..”
“Yang benar?”
“Iya benar… mereka pada berpegangan pada besi.”
“Besi? Besi apa?”
“Besi penjara… di dalam ada penjaranya, dan mereka semua di dalam penjara,”
“Apa benar seperti itu?”
“Benar Kyai, saya tak berani membohongi Kyai..”
“Jadi teman-temanmu di dalam?”
“Iya.”
“Apa kamu mau ku masukkan ke dalam?”
“Jangan Kyai… saya dikembalikan saja pada yang mengirim saya..”
“Untuk apa?”
“Ya, biar saya hajar dia biar kapok.”
“Ya sudah, ku keluarkan..” maka jin ke keluarkan.
Kejadian ribuan Jin ini, banyak sekali ku ambil manfaat, dan pelajaran, juga sangat baik ku pakai mengetes murid-muridku yang baru menerima kunci doa, setelah menyelesaikan puasa 41 harinya, sehingga bisa tidak, ilmunya dipakai, ku tes dengan ku suruh menarik Jin dalam tubuh, dan Alhamdulillah semua yang ku tes memuaskan, dan ilmunya dapat dipakai.
Setelah pengeluaran jin selesai, dan Yaya sudah sihat seperti sedia kala, dia mulai pulang, dan bekerja di pabrik lagi. Tetapi baru bekerja di pabrik, dia sudah kemasukan Jin kiriman lagi, padahal rumah Mbak Sun sudah dipagar, cuma kerana memagarnya ditancap di dinding, Jin yang di dalam ditanya, kenapa bisa masuk? Mereka menjawab, bahwa masuk lewat bawah tanah.
Lagi-lagi ku keluarkan Jin yang masuk, sekali waktu ku tanya, kadang ku suruh melihat ada tidaknya Jin di dalam tubuh tetamu yang datang, juga kadang jika Jinnya bisa ilmu urat, ku suruh mengobati orang yang salah urat, sebelum ku keluarkan, Jinnya sendri sebenarnya tidak mau dikirim, tapi mereka tak berdaya, bahkan dukunnya sebenarnya kata Jinnya tak mau mengirim, tapi kerana di bayar mahal, dan jika tidak bekerja jadi dukun, yang dimakan tidak ada, ya terpaksa tetap saja dijalankan profesi dukun, kata Jinnya.
Sebenarnya si dukun sudah terlentang, tak berdaya, dan berulangkali muntah darah, dan badannya sakit, tapi ya, kerana memerlukan obat terpaksa menerima dibayar dan menjalankan tugas mengirim JIn lagi.
Aku mengambil hikmahnya saja, pada kejadian yang terjadi, ambil manfaatnya, berfikir tentang manfaat, ada kejadian kesurupan massal di MTS (Madrasah Tsanawiyah) Wali Songo, awalnya begini, anak-anak MTS ada kegiatan biasa, setiap hari Juma’at mengadakan pembacaan sholawat di salah satu siswa. Nah, kebetulan pas saat itu ada sebuah jembatan yang diperbaiki, yang dekat dengan sekolah, orang awam juga tak tau kalau di jembatan itu ada kerajaan Jinnya, kerana jembatannya diperbaiki, dan otomatis kerajaan yang di jembatan itu ambruk. Maka Jinnya pada marah, dan merasuki pada anak-anak sekolah yang kerasukan.
Tatkala, kerasukan terjadi di tempat rumah siswa yang dipakai baca sholawat bersama, maka terjadilah ramai orang kampung menonton, biasa setiap ada kejadian orang yang merasa punya ilmu, ingin menunjukkan punya ilmu, lantas eksyen, ya, ada yang Kyai, guru silat, sesepuh Desa, bahkan para dukun ramai ingin menunjukkan kebisaannya mengeluarkan Jin.
Biasanya, ada yang dengan main pencak-silat dulu seperempat jam, baru mengeluarkan Jin, ada yang mengambil air, lalu duduk bersila membaca surah Yasin, ditiupkan air, lantas air disemburkan ke yang kerasukan, ada juga yang sholat dulu, lalu mengeluarkan Jin, semua memakai cara-cara masing-masing bahkan ada yang menyembah-nyembah ke arah utara, baru mengeluarkan Jinnya, ya, namanya juga bermacam-macam cara orang yang mengeluarkan, jadi bermacam-macam juga cara yang dipakai. Tapi, tak satupun membuahkan hasil.
Suasana jadi ramai, kerana Jinnya menjerit-jerit, yang kerasukan dipegangi orang banyak, aku dapat bercerita ini dari cerita Kang Slamet, yang memang rumahnya bersebelahan dengan kejadian, jadi aku tak tau sendiri, ceritanya dari Kang Slamet sendiri, karena rumahnya dekat dengan kejadian.
Maka, Kang Slamet pun datang, melihat orang pada kerasukan, dia juga langsung mempraktekkan apa yang ku ajarkan, dan dua anak bisa dikeluarkan Jinnya, yang kerasukan ada 5 anak, jadi masih 3 orang lagi.
Ada sang Dukun yang ikut membantu, melihat Kang Slamet mengeluarkan dengan mudah, merasa tidak enak mungkin, maka mereka melarang Kang Slamet mengeluarkan Jin yang masih di 3 siswa, ya, Kang Slamet mundur, kerana sang dukun ingin tampil mengeluarkan Jinnya, kerasukan terjadi jam 9 pagi, dan sampai jam 10 malam, 3 siswa yang kerasukan masih belum juga bisa dikeluarkan, sudah dibanting, dipiting/direngkuh, digeleng-gelengkan kepalanya, dipencet jempolnya, dipencet hidungnya, dibolak balik, juga dikitik-kitik, tetap saja Jin tidak mau keluar, dan bertahan di dalam. Akhirnya siswa dibawa pulang, dalam keadaan masih kerasukan.
Besok-besoknya kerasukan makin parah saja, makin banyak yang kerasukan, sehingga sampai terjadi pembicaraan di pasar, di toko, di warung lesehan Megono, semua membicarakan kerasukan yang menimpa siswa MTS Wali Songo, ada guru yang bicara mau dibawa ke rumahku, tapi ku tunggu tak juga ada yang datang, sampai sekolah diliburkan, tiap hari hanya para dukun dan paranormal dari segala penjuru didatangkan untuk menyelesaikan kejadian kerasukan itu, tapi tak juga ada hasilnya apa-apa, malah masing-masing ingin manunjukkan kalau merekalah yang mampu, walau akhirnya sama sekali tak ada hasil apa-apa, yang ku dengar terakhir ada yang cerita sampai di telingaku, sebulan sudah berlalu, dan kerasukan masih juga tetap terjadi, dan yang terakhir ku dengar yang kerasukan ditangani dengan diulekkan bawang dan dikeceri jeruk nipis, prihatin juga. Tapi masak aku datang menawarkan diri menolong, kok rasanya kayak cari nama dan ketenaran/popular saja.
Sementara Yaya, yang ketika itu ku tinggal memimpin zikir di Jepara,Jawa Tengah, dia yang sudah sembuh dibawa pulang oleh Mbaknya, eeh; ada kabar saat waktu aku di Jepara, kalau Yaya dikirim lagi, setelah ditanya katanya kerana Kyainya pergi ke Jepara, jadi dukunnya berani mengirim Jin lagi, wah wah rupanya mencari peluang kepergianku, setelah aku pulang dari Jepara, malamnya ku suruh kerumahku, biar ku bersihkan lagi. Jadi ingat dengan MTS Wali Songo yang siswanya kerasukan. Maka ku tanya Jin yang di dalam.
“Tau MTS Wali Songo?” tanyaku, “Yang sedang terjadi kerasukan masal.”
“Iya tau,” jawab Jinnya, “Itu Jin dari kerajaan Jin yang tinggal di jembatan, kerana jembatannya diperbaiki, jadinya Jinnya pada marah, dan merasuki anak sekolah.”
“Ooo begitu rupanya..?”
“Ya..”
“Kalau kerajaan berarti ada raja dan ratunya?”
“Ya ada..”
“Bisa kamu memanggilkan raja dan ratunya.”
“Wah saya tak berani.”
“Ya kalau bisa rakyatnya, atau punggawanya..”
“Ya kalau itu saya berani, sebentar saya panggilkan..”
“Ya..” Sebentar Jin yang ada di tubuhnya Yaya memejamkan mata… kemudian…
“Ada apa memanggil saya?”
“Kamu siapa?” tanyaku yang tak tau yang datang masuk ke tubuhnya Yaya ini siapa.
“Saya punggawa kerajaan.” jawab Jin.
“Yang pada memasuki anak-anak sekolah itu?”
“Iya…”
“Kamu bisa memanggilkan ratumu ke sini?”
“Bisa… akan saya panggilkan…”
Sebentar Yaya memejamkan mata, tak sampai 2 menit ganti lagi suara.
“Siapa yang memanggil saya?”
“Saya..”
“Kamu siapa?”
“Saya orang biasa..” jawabku.
“Kenapa memanggilku?” tanyanya.
“Kerana saya ingin tau masalahnya apa kok anak sekolah MTS Wali Songo pada kerasukan, apa itu ulah kalian?”
“Iya itu ulah anak buahku.”
“Alasannya apa?”
“Kerana kerajaanku yang ada di jembatan itu dirusak.”
“Kan mereka hanya mau memperbaiki jembatan.”
“Tapi kenapa tak minta izin?”
“Mau minta izin pada siapa, kan mereka tak ada yang tau kalau di jembatan itu ada kerajaanmu.”
“Kan bisa dari para Kyai minta izin.”
“Wah, Kyai di sini juga tidak ada yang tau alam gaib.”
“Kalau begitu, anak sekolah itu akan saya suruh rasuki terus oleh anak buahku.”
“Kamu Muslimah?”
“Ya saya Muslimah.”
“Kenapa begitu dengan Muslim lain?”
“Ya, kerana kami diganggu…”
“Lhah, kalau saya yang mengatasi kerasukan massal itu apa akan kamu lawan?”
“Saya tak berani..” Tiba-tiba Yaya ada tanda adanya Jin yang masuk lagi, tubuhnya mengejang, lalu diam.
“Siapa yang memanggil-manggil Istriku.”
“Saya…”
“Kamu siapa?”
“Coba dipandang saya..” Dia menatapku,
“Aahh, ilmumu kecil, tak ada apaapanya.” katanya meremehkan,
“Ya, memang saya tak punya apa-apa.., apa kamu yang memerintah anak sekolah itu dirasuki?”
“Ya saya yang memerintah.”
“Bagaimana kalau kita adu kesaktian, biar kita saling kenal..”
Dia mulai menyerangku, namun berulang kali menyerang serangannya hanya mental akhirnya dia pergi keluar dari tubuh Yaya.
“Suamiku sudah pergi..”
“Bagaimana.. apa urusan sekolah itu keputusannya bagaimana?”
Sebentar Yaya diam dan mengejang, tanda kalau ada Jin lain yang masuk.
“Siapa?”
“Aku, aku anaknya yang memimpin merasuki anak sekolah itu.”
“Lalu bagaimana, apa akan terus dirasuki?”
“Ya, akan terus ku rasuki ku obrak abrik semua.”
“Bagaimana kalau kita adu kesaktian dulu?”
“Ya..!”
“Serang aku, kalau kamu merasa punya ilmu apapun, silahkan dikeluarkan semua.”
Dia mulai menyerangku dari segala penjuru, tapi tak satupun serangannya bisa mengenaiku, malah secara batin membuatnya terlempar dan terlempar lagi.
“Bagaimana, masih dilanjutkan?” tanyaku, melihatnya berhenti menyerangku.
Dia mencoba menyerang lagi, tapi tetap saja tak berdaya melawanku,
“Ya aku menyerah..”
“Lalu bagaimana, apa masih dilanjutkan merasuki anak sekolah?”
“Ya..”
“Kok iya, berarti mau melawanku?”
“Tidak berani.”
“Kalau saya yang mengurusi kerasukan itu, apa kamu mau melawanku?”
“Tidak..” lalu Jin itu pun pergi…
Yaya mengejang, “Saya punggawanya..” dia menangis.
“Kenapa kamu menangis?”
“Ratu disiksa Suaminya…”
“Lhoh kok begitu..?”
“Iya kasihan Ratu..”
“Coba panggil Suaminya kesini..” kataku.
“Ya.” dia terdiam, dan Yaya mengejang.
“Ada apa lagi memanggilku?”
“Apa benar kamu suka menyiksa Istrimu?”
“Ya urusanku, mau menyiksa Istriku, itu Istriku sendiri.”
“Tidak bisa begitu.., aku yang melarang..”
“Apa urusanmu melarangku?”
“Kerana kerajaanmu ada di wilayah kekuasaanku, aku penguasa Jawa Tengah, semua gaibnya, jadi urusanmu itu jadi urusanku.” Dia mendengus marah.
“Ayo kita adu ilmu lagi.”
“Tidak, aku tak bisa melawanmu,”
“Lalu apa kamu tetap akan menyiksa Istrimu?”
“Ya aku akan tetap menyiksa.”
“Apa kamu Islam?”
“Tidak…, saya kafir.”
“Hm, pantas..” Kami terdiam.
“Jadi tak mau ku larang untuk tidak menyiksa Istrimu?”
“Ya aku akan tetap menyiksanya.”
“Apa kamu harus ku tebas dengan pedang.” Aku malah terbawa emosi.
“Silahkan.” Ku cabut pedang gaib, lalu ku tebaskan padanya, dia terjengkang…
“Ah pedangmu tak mempan padaku..” katanya. Lalu pedang ku arahkan ke lehernya…
“Ampuun.., ampun.. iya.. iya aku tak akan meyiksa Istriku.”
“Benar…?”
“Benar.” Pedang ku tarik baru ku masukkan dia sudah ngoceh lagi.
“Aah, pedangmu tak mempan padaku..”
Pedang ku cabut lagi dan ku acungkan pada lehernya, dan dia minta ampun lagi, dan tak berdaya. Lalu pedang ku masukkan.
“Bagaimana?”
“Ya aku taat, aku tunduk,”
“Masih mau menyiksa Istrimu?”
“Tidak.. saya ingin masuk Islam..”
“Benar?”
“Benar.. angkat aku jadi murid..”
“Tapi kamu harus taat dan tunduk padaku juga semua anak buahmu dan kerajaanmu.”
“Ya saya siap tunduk dan taat..”
“Ikuti bacaan syahadat yang ku ajarkan.”
“Ya..”
Lalu ku ajarkan dia dua kalimat syahadat, dan setelah itu lukanya ku obati, dan dia mohon diri.
Yaya mengejang lagi tanda ada jin masuk lain.
“Siapa?”
“Saya, Ratu..”
“Apa Suamimu sudah tidak menyiksamu?”
“Iya sudah tidak, saya rela kok disiksa, tak apa-apa..”
“Ya tak bisa seperti itu..”
“Siapa namamu…?” Dia menyebutkan nama…
“Bagaimana sekarang soal tinggal anak buahmu?”
“Ya tak tau, kerana Istana kami sudah rusak.” “
Tinggal di rumah sebelahku itu mau.”
“Di mana?”
“Di rumah sebelah itu.”
“Ya mau..”
“Nah, rakyatnya semua diajak ke rumah sebelah itu ya..”
“Ya..”
“Jadi muridku yang taat..”
“Ya.”
“Jaga tempat sekitar rumahku, dan kalau ada pengajian ikut ngaji ya..”
“Ya..”
“Kalau ku panggil, harus datang..”
“Ya kami semua siap sedia , tunduk dan taat pada Kyai..”
“Rakyatmu yang belum Islam, di-Islamkan..”
“Ya insyaAllah, Kyai doakan kami..”
“Ya… ingat yang taat padaku.”
“Kami akan tunduk dan taat, apapun Kyai perlukan kami siap memberikan bantuan.”
“Nah begitu..”
Alhamdulillah, semua permasalahan kerasukan masal di sekolah semua selesai.
>
“Besok ke sini lagi, saya akan ajari zikir yang benar, nanti diamalkan, ajak sholat berjamaah rakyatmu yang Muslim.”
“Ya Kyai, kami berterimakasih sekali.”
Malam jam 9, suasana hening, ada tetamu juga dan aku sedang mengajari Ratu untuk menjalankan zikir pondasi, Alhamdulillah sekali ku ajarkan caranya semua langsung bisa melakukan, tidak terbayang, banyak punya murid dari Bangsa Jin, yang bukan hanya seribu dua ribu, bahkan sampai ratusan ribu…. Ini amanah dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala, semoga saja aku kuat menjaga amanah yang dibebankan di pundakku, aku yakin, Allah Maha Bijaksana, dan aku yakin Allah Ta'ala akan memberikan kekuatan untuk menjaga amanah ini. Sehingga memberikan amanah ini, sebab aku sendiri adalah hamba yang daif, tidak berdaya, tiada daya upaya apa-apa, kecuali hanya atas pertolongan Allah Azza Wa Jalla semata. [HSZ]
To be Continued...
Peringatan; Dilarang Keras meng-copy, mem-posting, menyalin secara keseluruhan artikel ini. tanpa izin Admin Blog ini. Jika terjadi pelanggaran tersebut Anda akan ditindak mengikut Undang-Undang yang berlaku di negara Anda.
@Copyright by Cakrawala News
WARNING; It is forbidden to copy, post, copy this article entirely without Admin Blog permission. In case of any such violation you will be prosecuted following the applicable laws of your country.
@ Copyright by Cakrawala News
“Ampun, tak berani..”
“Lalu kamu kiriman siapa?”
“Saya kiriman Ayahnya pacar gadis ini.”
“Kok bisa dia..?”
“Iya dia dukun, sering dimintai orang untuk mencelakai orang lain.”
“Apa yang membawa belatung itu kalian?”
“Iya.”
“Ada berapa teman kamu di dalam?”
“Tinggal saya, tadi ada dua, yang satu sudah kamu keluarkan..”
“Kamu mahu ku keluarkan atau keluar sendiri?”
“Saya tidak bisa keluar.”
“Tempatmu di mana?”
“Saya di punggung.”
Segera ku tarik Jin dari punggung si gadis, aku berpesan sebaiknya mereka berhati-hati, kerana bisa saja lelaki pacar si gadis akan mengirim lagi, eehh, malah besoknya aku sendiri yang dikirim banyak belatung.
Pagi-pagi depan kamarku banyak sekali belatung, di lemari dan pakaian, jaket, juga di mana-mana banyak sekali belatung sebesar kelingking pada merayap. Ya, begitulah resikonya kalau menolong orang kena santet, pasti akan diserang oleh dukun santetnya.
Jika menolong 10 orang juga akan dikeroyok dukun santet 10 orang. Jadi jangan dikira orang yang berurusan dengan hal seperti ini, hanya enak-enakan, hal seperti ini kalau lengah sedikit akan celaka, dan bisa saja saya celaka, kalau tidak dalam lindungan Allah Azza Wa Jalla. Apalagi sebenarnya saya ini tak punya apa-apa yang bisa diandalkan, hanya berserah saja pada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Merenungi perjalanan peristiwa yang terjadi, sebelum terjadi terkadang sama sekali tidak pernah terlintas sedikitpun di fikiran saya, perjalanan akan terjadi seperti ini, kadang yang akan terjadi kemudian sama sekali tidak kita duga sebelumnya, yang kita duga banyak melesetnya, yang kita rancang bisa juga akan terjadi.
Tetapi tak sedikit yang meleset dari perkiraan, apa juga yang terjadi sebenarnya bukanlah masalah, jika kita masih tetap teguh berjalan di kaedah tuntutan keimanan dan ketaqwaan, sama sekali tak lepas dengan tali aqidah, dan selalu bersikukuh-teguh menjalankan amaliyah.
Banyak kejadian sehari-hari terjadi, kejadian-kejadian yang aku rasa sangat bermanfaat sekali ku jadikan pelajaran, untuk diriku sendiri, momen-momen berharga kadang amat sayang dilewatkan untuk menyimpannya dalam suatu data atau file, bisa berupa video atau foto, kerana kejadian yang sama juga belum tentu juga terulang terjadinya.
Mungkin bagi orang lain tak sebegitu berharga, tapi bagiku sangat berharga, makanya selalu ingin ku simpan dalam bentuk video, foto dan tulisan, kadang video dan foto masih belum bisa menjelaskan secara panjang lebar, momen yang terjadi, sehingga memerlukan uraian kata, rasa menulis sebenarnya tak terbendung, tangan dan jari terasa tergelitik geli, ingin sekali menulis yang banyak, sebanyak-banyaknya, tapi kadang baru mahu menulis sudah ada tetamu, dan kalau sudah ada jadi tak berhenti, silih berganti, ya, jadinya menulis terpaksa ditunda.
Ketika ada kesempatan saja jadinya tulisan dapat ku tulis, dan kerana waktu mepet/suntuk, jadi tulisan juga mana saja yang dapat ku ingat paling cepat, tak ada runtut-runtutan cerita, karangan ini kadang ku tulis waktu senggang/lapang, misal waktu tetamu lagi makan, kan senggang itu. Nah, tulisan lalu ku tulis, tetamu selesai makan, tulisan ku lanjutkan lagi.
Mbak Sun sms Istriku, isinya, minta izin, adiknya katanya ada Jinnya ketika disuruh melihat fotoku lantas menangis, dan ada Jin di tubuhnya, yang sudah semalaman dikeluarkan tapi kok masih banyak saja Jiin dalam tubuhnya jadi minta izin untuk dibawa ke Majlis, adiknya bernama Yaya, perempuan.
Padahal baru juga sebulan dua bulan ini pulang dari kerja di pasaraya Indomaret di Semarang, kok sudah tak kerasan (tak betah), dan akhirnya pulang, aku juga masih ingat, perasaan sebelum diterima di Indomaret di Semarang minta air doa kepadaku, dan esoknya sudah dapat panggilan kerja.
Paginya Yaya dibawa ke rumahku dalam keadaan digotong, kerana tidak sadar tapi menjerit-jerit, “Pak Kyai… Pak Kyai… tolong aku Pak, tolong dikeluarkan..” begitu jeritnya sambil menangis, segera ku suruh menidurkan dan mulai ku tangani, segera ku tempel dengan tangan, langsung saja menjerit kepanasan dan jadi orang lain, yang mengaku adalah Jin kiriman, dan setiap satu ku keluarkan, maka berganti dengan Jin lain, dan dari satu Jin dengan Jin lain itu tak saling kenal, kerana masing masing dikirim oleh orang yang berbeza.
Anehnya itu, adalah yang dikirim dari permasalahannnya orang yang saingan dengan Mbak Sun soal perniagaan, setelah seharian ku keluarkan, entah berapa puluh, Jin ada di tangan dan kaki ku tarik keluar.
Setelah selesai, maka berganti Jin yang dalam bentuk kelompok, kebanyakan mereka dari kuntilanak, dan pocong, dan semua ku tanya dikirim oleh satu orang, banyaknya sampai 1000 Jiin, sehingga aku sendiri kelelahan mengeluarkannya, sehingga ku suruh muridku untuk bergantian mengeluarkannya, Yaya sendiri sampai 3 hari sudah sama sekali tak sadar.
Dan jika Jin 1 dikeluarkan maka akan berganti Jin lain, anehnya, Jin itu antrian minta dikeluarkan, jadi mereka di dalam sudah tak tahan ingin dikeluarkan, kerana di dalam mereka merasa panas, dan merasa panasnya itu kerana Yaya ini semenjak menjalankan amalan zikir pondasi yang ku berikan, itu menurut kata Jinnya.
Jika ku tulis dalam bentuk dialog, akan amat panjang penulisannya, makanya ku tulis dalam bentuk simpelnya saja, kalau ingin tahu kisahnya dengan lengkap, waktu kejadian mungkin bisa datang langsung ke rumahku membawa USB-driver, atau memory card, agar bisa ku beri video lengkapnya. Sebab setiap Jin selalu ada saja dialognya, kok dialognya sama, maka akan cepat ku keluarkan sehingga dengan dialog baru. Sampai memori Handphone Istriku yang 16 giga penuh untuk merekam video, ternyata jinnya belum setengahnya ku keluarkan.
Aneh juga Jin bisa sebanyak itu di dalam tubuh, dan mereka cenderung yang terbanyak itu tinggal di hati, dan latifah yang lain, seperti latifah ruh, akhfa, kalau di punggung dan tempat lain paling yang tinggal satu dua, tapi kalau di hati sampai yang tinggal 3000 Jin, Jin itu ku tanya, katanya di dalam sangat luas, jadi masih banyak tempat bisa dipakai tinggal.
Yang membuatku hairan juga, ribuan Jin itu dikirim dari pengamalan "ilmu pelet" (Sihir cinta) seperti "pelet semar mendem", "semar mesem", "jaran goyang", dan "pelet mahabbah", ya anehnya walau peletnya beda-beda atau pengamalannya adalah unsur Al-Qur’an yang dipakai, kok ya sama Jinnya tetap yang masuk itu sebangsa "pocong", "kuntilanak", "gendruwo", "ular", "kera", "anjing". Dan lain-lain, ternyata apa juga ilmu peletnya, sebenarnya sistem kerjanya sama saja.
Ini beberapa dialog yang mungkin agak penting sekedar baca saja;
“Kamu siapa?” tanyaku pada Jin.
“Saya pocong.” jawabnya.
“Kok pocong?”
“Ya bentukku pocong.”
“Pura-pura jadi pocong.”
“Ooo sebenarnya hanya pura-pura ya?”
“Iya..”
“Kok pura-pura, lalu bentuk aslimu apa?”
“Tak tahu..”
“Lalu pakai putih-putih itu diambil dari mana?”
“Ya dari kain kafannya orang mati.”
“Untuk apa kok mengambil bentuk serupa pocong?”
“Ya agar orang takut, hi hi hi…”
“Masih banyak yang di dalam yang berupa pocong?”
“Masih banyak…”
“Berapa?”
“Masih terlalu banyak, aku tak bisa menghitung.”
Ku tarik keluar saja Jinnya, kerana sudah tidak ada dialog yang bisa diambil pelajaran. Ganti lagi Jin baru,
“Kamu siapa?” tanyaku.
“Saya kuntilanak..” jawabnya Jin yang ku ajak bicara.
“Perempuan kalau begitu?”
“Ya saya perempuan.”
“Kok kamu sampai masuk di dalam?”
“Saya dikirim, saya sendiri tak tahu kenapa saya dikirim di dalam tubuh gadis ini.”
“Apa untuk menaklukkan hati gadis ini?”
“Ya…”
“Memakai amalan?”
“Ya, yang mengirimku dukunnya, tapi anaknya disuruh mengamalkan amalan.”
“Amalan apa?”
“Tak tahu.” jawab kuntilanak.
“Apa jaran goyang?”
“Ya, seperti itu.”
“Terus kamu asalnya tinggal di mana?”
“Saya tinggal di bambu di pinggir sungai, dekatjembatan.”
“Daerah mana?”
“Warung asem.”
“Bagaimana prosesnya kok kamu dikirim ini?”
“Saya ditangkap sama dukunnya, saya dimasukkan botol, banyak juga teman-teman saya dari tempat-tempat angker yang diambil oleh dukun itu dari segala penjuru mana saja yang dianggap angker, lalu dimasukkan ke dalam botol, nanti kami akan dikirim kalau ada orang yang minta pada dukun itu untuk dikirim pada seseorang.”
“Kamu Muslim?”
“Saya Muslimah.” jawab kuntllanak.
“Coba baca surah Al-fatihah…”
Dia mulai membaca surah Al-fatihah sampai selesai.
“Kamu Muslim kok mau dikirim untuk menjahati orang?”
“Saya tidak berdaya.”
“Jadi kamu tak bisa menghindari untuk tidak ditarik ke dalam botol, dan dikirim?”
“Ya saya tak bisa menghindar, kerana saya diberi makan.”
“Apa makananmu?”
“Kembang.” (Bunga)
“Apa semua temanmu, makan kembang semua?”
Tidak, ada yang makan pasir, tanah, lumut.”
"Kok pakaianmu itu warnanya putih, mengambil dari mana, kenapa tidak warnanya merah?”
“Hihihihi, dari kain kafan orang yang meninggal.”
“Dijahitkan di mana?”
“Ya, tidak dijahitkan lah…”
“Apa tidak lepas kalau dipakai, jadi dipakai kemulan saja begitu.”
“Kok wajahmu pakai bedak tebal begitu, bedak dari apa? apa dari kapur?”
“Ya tidaklah, masak dari kapur, nanti perih, ya dari tepung singkong,”
“Dicuri ya singkongnya?”
“Hihihi… tau saja..”
“Kenapa, memakai wajah yang rusak ada darahnya begitu? Maksudnya apa?”
“Ya, saya kan dari orang yang meninggal ketabrak mobil di jembatan, perempuan hamil, yang melewati jembatan, lalu ketabrak mobil danmati.”
“Coba pandang wajahku..”
“Ampun panas, maaf… ampun, saya bohong, itu cuma cerita akal-akalan yang saya buat, agar orang mengira saya arwah penasaran.”
“Jangan bohong di depanku..”
“Ya, saya tak berani. Saya dikeluarkan saja.”
Maka kuntilanak itu saya keluarkan, dan berganti dengan Jin yang lain, sampai 3000 Jin, sehingga sampai seminggu lebih Yaya harus menginap di majlis.
Walau memakan waktu lama, akhirnya pengeluaran Jin pun sampai tuntas, yang bikin aku merasa hairan, kenapa Jinnya ada yang masuk pada sebuah batu kerikil di kamarku, pernah juga aku hairan, waktu guruku pernah memberiku batu kerikil kecil sebesar jempol tangan, batu itu tidak ada bagusnya sama sekali, kerana sebagaimana batu kerikil biasa, tapi kerana pemberian guruku, ya batu kerikil itu ku simpan, sebagai rasa takdzim pada guruku.
Selepas banyak Jin ada di tubuh Yaya, ku ambil batu, kerana aku sendiri tak tau sama sekali soal batu, entah batu untuk bangunan atau batu mulia, di mataku tetap sama, walau secara lahiriyahnya satu batu biasa dan yang satu batu mulia, yang warnanya menurut sebagian orang ada keindahannya, ya, di mataku tidak ada yang indah.
Aku ingat kadang di saat-saat tertentu, guruku sangat menyukai batu, dan suka membuat mainan batu, batu dikumpulkan yang indah dan aku sama sekali tak ada ketertarikan ingin tau, kerana memang tak tertaik dengan batu, batu ku tunjukkan pada salah satu Jin yang ada di dalam tubuh Yaya.
“Ada yang tau soal batu tidak Jin yang di dalam?” tanyaku, dengan nada rendah, kerana kami walau mereka yang di dalam adalah Jin, kami sudah seperti teman saja.
“Sebentar saya tanyakan.”
Lalu ku tunggu Yaya yang tengah dikuasai Jin terdiam, mungkin Jin di dalam pada mencari yang tau soal batu,
br />“Saya tau…” suara salah satu jin.
“Coba lihat batu ini…? Apa isinya, ada tak isinya?” tanyaku.
“Wah berat sekali batu ini.”
“Apa ada isinya?”
“Iya ada… hah, kenapa teman-temanku yang kemarin di dalam tubuh ini dan sudah keluar, kenapa ada di dalam batu ini..”
“Yang benar?”
“Iya benar… mereka pada berpegangan pada besi.”
“Besi? Besi apa?”
“Besi penjara… di dalam ada penjaranya, dan mereka semua di dalam penjara,”
“Apa benar seperti itu?”
“Benar Kyai, saya tak berani membohongi Kyai..”
“Jadi teman-temanmu di dalam?”
“Iya.”
“Apa kamu mau ku masukkan ke dalam?”
“Jangan Kyai… saya dikembalikan saja pada yang mengirim saya..”
“Untuk apa?”
“Ya, biar saya hajar dia biar kapok.”
“Ya sudah, ku keluarkan..” maka jin ke keluarkan.
Kejadian ribuan Jin ini, banyak sekali ku ambil manfaat, dan pelajaran, juga sangat baik ku pakai mengetes murid-muridku yang baru menerima kunci doa, setelah menyelesaikan puasa 41 harinya, sehingga bisa tidak, ilmunya dipakai, ku tes dengan ku suruh menarik Jin dalam tubuh, dan Alhamdulillah semua yang ku tes memuaskan, dan ilmunya dapat dipakai.
Setelah pengeluaran jin selesai, dan Yaya sudah sihat seperti sedia kala, dia mulai pulang, dan bekerja di pabrik lagi. Tetapi baru bekerja di pabrik, dia sudah kemasukan Jin kiriman lagi, padahal rumah Mbak Sun sudah dipagar, cuma kerana memagarnya ditancap di dinding, Jin yang di dalam ditanya, kenapa bisa masuk? Mereka menjawab, bahwa masuk lewat bawah tanah.
Lagi-lagi ku keluarkan Jin yang masuk, sekali waktu ku tanya, kadang ku suruh melihat ada tidaknya Jin di dalam tubuh tetamu yang datang, juga kadang jika Jinnya bisa ilmu urat, ku suruh mengobati orang yang salah urat, sebelum ku keluarkan, Jinnya sendri sebenarnya tidak mau dikirim, tapi mereka tak berdaya, bahkan dukunnya sebenarnya kata Jinnya tak mau mengirim, tapi kerana di bayar mahal, dan jika tidak bekerja jadi dukun, yang dimakan tidak ada, ya terpaksa tetap saja dijalankan profesi dukun, kata Jinnya.
Sebenarnya si dukun sudah terlentang, tak berdaya, dan berulangkali muntah darah, dan badannya sakit, tapi ya, kerana memerlukan obat terpaksa menerima dibayar dan menjalankan tugas mengirim JIn lagi.
Aku mengambil hikmahnya saja, pada kejadian yang terjadi, ambil manfaatnya, berfikir tentang manfaat, ada kejadian kesurupan massal di MTS (Madrasah Tsanawiyah) Wali Songo, awalnya begini, anak-anak MTS ada kegiatan biasa, setiap hari Juma’at mengadakan pembacaan sholawat di salah satu siswa. Nah, kebetulan pas saat itu ada sebuah jembatan yang diperbaiki, yang dekat dengan sekolah, orang awam juga tak tau kalau di jembatan itu ada kerajaan Jinnya, kerana jembatannya diperbaiki, dan otomatis kerajaan yang di jembatan itu ambruk. Maka Jinnya pada marah, dan merasuki pada anak-anak sekolah yang kerasukan.
Tatkala, kerasukan terjadi di tempat rumah siswa yang dipakai baca sholawat bersama, maka terjadilah ramai orang kampung menonton, biasa setiap ada kejadian orang yang merasa punya ilmu, ingin menunjukkan punya ilmu, lantas eksyen, ya, ada yang Kyai, guru silat, sesepuh Desa, bahkan para dukun ramai ingin menunjukkan kebisaannya mengeluarkan Jin.
Biasanya, ada yang dengan main pencak-silat dulu seperempat jam, baru mengeluarkan Jin, ada yang mengambil air, lalu duduk bersila membaca surah Yasin, ditiupkan air, lantas air disemburkan ke yang kerasukan, ada juga yang sholat dulu, lalu mengeluarkan Jin, semua memakai cara-cara masing-masing bahkan ada yang menyembah-nyembah ke arah utara, baru mengeluarkan Jinnya, ya, namanya juga bermacam-macam cara orang yang mengeluarkan, jadi bermacam-macam juga cara yang dipakai. Tapi, tak satupun membuahkan hasil.
Suasana jadi ramai, kerana Jinnya menjerit-jerit, yang kerasukan dipegangi orang banyak, aku dapat bercerita ini dari cerita Kang Slamet, yang memang rumahnya bersebelahan dengan kejadian, jadi aku tak tau sendiri, ceritanya dari Kang Slamet sendiri, karena rumahnya dekat dengan kejadian.
Maka, Kang Slamet pun datang, melihat orang pada kerasukan, dia juga langsung mempraktekkan apa yang ku ajarkan, dan dua anak bisa dikeluarkan Jinnya, yang kerasukan ada 5 anak, jadi masih 3 orang lagi.
Ada sang Dukun yang ikut membantu, melihat Kang Slamet mengeluarkan dengan mudah, merasa tidak enak mungkin, maka mereka melarang Kang Slamet mengeluarkan Jin yang masih di 3 siswa, ya, Kang Slamet mundur, kerana sang dukun ingin tampil mengeluarkan Jinnya, kerasukan terjadi jam 9 pagi, dan sampai jam 10 malam, 3 siswa yang kerasukan masih belum juga bisa dikeluarkan, sudah dibanting, dipiting/direngkuh, digeleng-gelengkan kepalanya, dipencet jempolnya, dipencet hidungnya, dibolak balik, juga dikitik-kitik, tetap saja Jin tidak mau keluar, dan bertahan di dalam. Akhirnya siswa dibawa pulang, dalam keadaan masih kerasukan.
Besok-besoknya kerasukan makin parah saja, makin banyak yang kerasukan, sehingga sampai terjadi pembicaraan di pasar, di toko, di warung lesehan Megono, semua membicarakan kerasukan yang menimpa siswa MTS Wali Songo, ada guru yang bicara mau dibawa ke rumahku, tapi ku tunggu tak juga ada yang datang, sampai sekolah diliburkan, tiap hari hanya para dukun dan paranormal dari segala penjuru didatangkan untuk menyelesaikan kejadian kerasukan itu, tapi tak juga ada hasilnya apa-apa, malah masing-masing ingin manunjukkan kalau merekalah yang mampu, walau akhirnya sama sekali tak ada hasil apa-apa, yang ku dengar terakhir ada yang cerita sampai di telingaku, sebulan sudah berlalu, dan kerasukan masih juga tetap terjadi, dan yang terakhir ku dengar yang kerasukan ditangani dengan diulekkan bawang dan dikeceri jeruk nipis, prihatin juga. Tapi masak aku datang menawarkan diri menolong, kok rasanya kayak cari nama dan ketenaran/popular saja.
Sementara Yaya, yang ketika itu ku tinggal memimpin zikir di Jepara,Jawa Tengah, dia yang sudah sembuh dibawa pulang oleh Mbaknya, eeh; ada kabar saat waktu aku di Jepara, kalau Yaya dikirim lagi, setelah ditanya katanya kerana Kyainya pergi ke Jepara, jadi dukunnya berani mengirim Jin lagi, wah wah rupanya mencari peluang kepergianku, setelah aku pulang dari Jepara, malamnya ku suruh kerumahku, biar ku bersihkan lagi. Jadi ingat dengan MTS Wali Songo yang siswanya kerasukan. Maka ku tanya Jin yang di dalam.
“Tau MTS Wali Songo?” tanyaku, “Yang sedang terjadi kerasukan masal.”
“Iya tau,” jawab Jinnya, “Itu Jin dari kerajaan Jin yang tinggal di jembatan, kerana jembatannya diperbaiki, jadinya Jinnya pada marah, dan merasuki anak sekolah.”
“Ooo begitu rupanya..?”
“Ya..”
“Kalau kerajaan berarti ada raja dan ratunya?”
“Ya ada..”
“Bisa kamu memanggilkan raja dan ratunya.”
“Wah saya tak berani.”
“Ya kalau bisa rakyatnya, atau punggawanya..”
“Ya kalau itu saya berani, sebentar saya panggilkan..”
“Ya..” Sebentar Jin yang ada di tubuhnya Yaya memejamkan mata… kemudian…
“Ada apa memanggil saya?”
“Kamu siapa?” tanyaku yang tak tau yang datang masuk ke tubuhnya Yaya ini siapa.
“Saya punggawa kerajaan.” jawab Jin.
“Yang pada memasuki anak-anak sekolah itu?”
“Iya…”
“Kamu bisa memanggilkan ratumu ke sini?”
“Bisa… akan saya panggilkan…”
Sebentar Yaya memejamkan mata, tak sampai 2 menit ganti lagi suara.
“Siapa yang memanggil saya?”
“Saya..”
“Kamu siapa?”
“Saya orang biasa..” jawabku.
“Kenapa memanggilku?” tanyanya.
“Kerana saya ingin tau masalahnya apa kok anak sekolah MTS Wali Songo pada kerasukan, apa itu ulah kalian?”
“Iya itu ulah anak buahku.”
“Alasannya apa?”
“Kerana kerajaanku yang ada di jembatan itu dirusak.”
“Kan mereka hanya mau memperbaiki jembatan.”
“Tapi kenapa tak minta izin?”
“Mau minta izin pada siapa, kan mereka tak ada yang tau kalau di jembatan itu ada kerajaanmu.”
“Kan bisa dari para Kyai minta izin.”
“Wah, Kyai di sini juga tidak ada yang tau alam gaib.”
“Kalau begitu, anak sekolah itu akan saya suruh rasuki terus oleh anak buahku.”
“Kamu Muslimah?”
“Ya saya Muslimah.”
“Kenapa begitu dengan Muslim lain?”
“Ya, kerana kami diganggu…”
“Lhah, kalau saya yang mengatasi kerasukan massal itu apa akan kamu lawan?”
“Saya tak berani..” Tiba-tiba Yaya ada tanda adanya Jin yang masuk lagi, tubuhnya mengejang, lalu diam.
“Siapa yang memanggil-manggil Istriku.”
“Saya…”
“Kamu siapa?”
“Coba dipandang saya..” Dia menatapku,
“Aahh, ilmumu kecil, tak ada apaapanya.” katanya meremehkan,
“Ya, memang saya tak punya apa-apa.., apa kamu yang memerintah anak sekolah itu dirasuki?”
“Ya saya yang memerintah.”
“Bagaimana kalau kita adu kesaktian, biar kita saling kenal..”
Dia mulai menyerangku, namun berulang kali menyerang serangannya hanya mental akhirnya dia pergi keluar dari tubuh Yaya.
“Suamiku sudah pergi..”
“Bagaimana.. apa urusan sekolah itu keputusannya bagaimana?”
Sebentar Yaya diam dan mengejang, tanda kalau ada Jin lain yang masuk.
“Siapa?”
“Aku, aku anaknya yang memimpin merasuki anak sekolah itu.”
“Lalu bagaimana, apa akan terus dirasuki?”
“Ya, akan terus ku rasuki ku obrak abrik semua.”
“Bagaimana kalau kita adu kesaktian dulu?”
“Ya..!”
“Serang aku, kalau kamu merasa punya ilmu apapun, silahkan dikeluarkan semua.”
Dia mulai menyerangku dari segala penjuru, tapi tak satupun serangannya bisa mengenaiku, malah secara batin membuatnya terlempar dan terlempar lagi.
“Bagaimana, masih dilanjutkan?” tanyaku, melihatnya berhenti menyerangku.
Dia mencoba menyerang lagi, tapi tetap saja tak berdaya melawanku,
“Ya aku menyerah..”
“Lalu bagaimana, apa masih dilanjutkan merasuki anak sekolah?”
“Ya..”
“Kok iya, berarti mau melawanku?”
“Tidak berani.”
“Kalau saya yang mengurusi kerasukan itu, apa kamu mau melawanku?”
“Tidak..” lalu Jin itu pun pergi…
Yaya mengejang, “Saya punggawanya..” dia menangis.
“Kenapa kamu menangis?”
“Ratu disiksa Suaminya…”
“Lhoh kok begitu..?”
“Iya kasihan Ratu..”
“Coba panggil Suaminya kesini..” kataku.
“Ya.” dia terdiam, dan Yaya mengejang.
“Ada apa lagi memanggilku?”
“Apa benar kamu suka menyiksa Istrimu?”
“Ya urusanku, mau menyiksa Istriku, itu Istriku sendiri.”
“Tidak bisa begitu.., aku yang melarang..”
“Apa urusanmu melarangku?”
“Kerana kerajaanmu ada di wilayah kekuasaanku, aku penguasa Jawa Tengah, semua gaibnya, jadi urusanmu itu jadi urusanku.” Dia mendengus marah.
“Ayo kita adu ilmu lagi.”
“Tidak, aku tak bisa melawanmu,”
“Lalu apa kamu tetap akan menyiksa Istrimu?”
“Ya aku akan tetap menyiksa.”
“Apa kamu Islam?”
“Tidak…, saya kafir.”
“Hm, pantas..” Kami terdiam.
“Jadi tak mau ku larang untuk tidak menyiksa Istrimu?”
“Ya aku akan tetap menyiksanya.”
“Apa kamu harus ku tebas dengan pedang.” Aku malah terbawa emosi.
“Silahkan.” Ku cabut pedang gaib, lalu ku tebaskan padanya, dia terjengkang…
“Ah pedangmu tak mempan padaku..” katanya. Lalu pedang ku arahkan ke lehernya…
“Ampuun.., ampun.. iya.. iya aku tak akan meyiksa Istriku.”
“Benar…?”
“Benar.” Pedang ku tarik baru ku masukkan dia sudah ngoceh lagi.
“Aah, pedangmu tak mempan padaku..”
Pedang ku cabut lagi dan ku acungkan pada lehernya, dan dia minta ampun lagi, dan tak berdaya. Lalu pedang ku masukkan.
“Bagaimana?”
“Ya aku taat, aku tunduk,”
“Masih mau menyiksa Istrimu?”
“Tidak.. saya ingin masuk Islam..”
“Benar?”
“Benar.. angkat aku jadi murid..”
“Tapi kamu harus taat dan tunduk padaku juga semua anak buahmu dan kerajaanmu.”
“Ya saya siap tunduk dan taat..”
“Ikuti bacaan syahadat yang ku ajarkan.”
“Ya..”
Lalu ku ajarkan dia dua kalimat syahadat, dan setelah itu lukanya ku obati, dan dia mohon diri.
Yaya mengejang lagi tanda ada jin masuk lain.
“Siapa?”
“Saya, Ratu..”
“Apa Suamimu sudah tidak menyiksamu?”
“Iya sudah tidak, saya rela kok disiksa, tak apa-apa..”
“Ya tak bisa seperti itu..”
“Siapa namamu…?” Dia menyebutkan nama…
“Bagaimana sekarang soal tinggal anak buahmu?”
“Ya tak tau, kerana Istana kami sudah rusak.” “
Tinggal di rumah sebelahku itu mau.”
“Di mana?”
“Di rumah sebelah itu.”
“Ya mau..”
“Nah, rakyatnya semua diajak ke rumah sebelah itu ya..”
“Ya..”
“Jadi muridku yang taat..”
“Ya.”
“Jaga tempat sekitar rumahku, dan kalau ada pengajian ikut ngaji ya..”
“Ya..”
“Kalau ku panggil, harus datang..”
“Ya kami semua siap sedia , tunduk dan taat pada Kyai..”
“Rakyatmu yang belum Islam, di-Islamkan..”
“Ya insyaAllah, Kyai doakan kami..”
“Ya… ingat yang taat padaku.”
“Kami akan tunduk dan taat, apapun Kyai perlukan kami siap memberikan bantuan.”
“Nah begitu..”
Alhamdulillah, semua permasalahan kerasukan masal di sekolah semua selesai.
>
“Besok ke sini lagi, saya akan ajari zikir yang benar, nanti diamalkan, ajak sholat berjamaah rakyatmu yang Muslim.”
“Ya Kyai, kami berterimakasih sekali.”
Malam jam 9, suasana hening, ada tetamu juga dan aku sedang mengajari Ratu untuk menjalankan zikir pondasi, Alhamdulillah sekali ku ajarkan caranya semua langsung bisa melakukan, tidak terbayang, banyak punya murid dari Bangsa Jin, yang bukan hanya seribu dua ribu, bahkan sampai ratusan ribu…. Ini amanah dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala, semoga saja aku kuat menjaga amanah yang dibebankan di pundakku, aku yakin, Allah Maha Bijaksana, dan aku yakin Allah Ta'ala akan memberikan kekuatan untuk menjaga amanah ini. Sehingga memberikan amanah ini, sebab aku sendiri adalah hamba yang daif, tidak berdaya, tiada daya upaya apa-apa, kecuali hanya atas pertolongan Allah Azza Wa Jalla semata. [HSZ]
To be Continued...
Peringatan; Dilarang Keras meng-copy, mem-posting, menyalin secara keseluruhan artikel ini. tanpa izin Admin Blog ini. Jika terjadi pelanggaran tersebut Anda akan ditindak mengikut Undang-Undang yang berlaku di negara Anda.
@Copyright by Cakrawala News
WARNING; It is forbidden to copy, post, copy this article entirely without Admin Blog permission. In case of any such violation you will be prosecuted following the applicable laws of your country.
@ Copyright by Cakrawala News
Untuk Anda yang belum baca siri ini yang sebelumnya,
Anda boleh baca disini : KISAH SUFI, SANG KYAI
Editor; Helmy Network
Ilustrasi Image; Doc, Cakrawala News
#indonesia, misterinusantara, #KisahKyaiLentik KisahSangKyai, #KisahSufi, #SangKyai,
![KISAH SUFI, SANG KYAI [68] <img src="https://fazryan87.blogspot.com/gambar-tumbler-tuku.jpg" alt="KISAH SUFI, SANG KYAI [68]"/>](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSPSQC2zE73NcY3vA4lOe_egd8vkIY54X04bgcQqQ5j4d3FYhxGbIkN-l8Wb4yzb4wAr8hpMkT0Q7OFlQfAEpykdBVM9CNidb2Bg3hKgsGexKybenPWTuT0iwzJUDe8YdvYH46FwJuIym7B3YDbTMFz5mmWf-2Xnlmna0qLg251s68EhHKIPvUScsPbOUG/w271-h400/61c1a9a2-62b7-4444-8caf-61a4080609a7.jpg)
![KISAH SUFI, SANG KYAI [68] <img src="https://fazryan87.blogspot.com/gambar-tumbler-tuku.jpg" alt="KISAH SUFI, SANG KYAI [68]"/>](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9cGNaUxGSbahifhiNz8ksYYmM_vi2AjZpXllivHgT6urShdIt90RQqMuPbRhw5_u26vdk3KTP0ZUPKOgo2p8K5Kmr4S6R4WTKSQazE9_n5tRs-_v9CPtgEHt9eCfhqU6s7uZr2asGVjg00vP21y-fZ8x_GdhTFFZoDKsrpHzrTLhh3Md_PrYgeKUWjitT/w400-h400/bef32012-5150-4b16-84d0-9b27b1730eaf.jpg)
No comments:
Post a Comment