KISAH SUFI, SANG KYAI [67]

 <img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="KISAH SUFI, SANG KYAI [67]">

KISAH SUFI, SANG KYAI [67]

Kisah Hidup, Kisah Nyata

"SEBUAH KISAH SUFI, ILMU TASAWUF YANG DITULIS DARI SEBUAH PENGALAMAN"

  • Pada siri ke-66 Sang Kyai mengisahkan, kedatangan pasien bernama Pak Sutono dan anaknya yang kerasukan menginap di rumahku berhari-hari, banyak juga yang ku petik pelajaran dari orang setengah baya ini, selama bicara denganku, banyak yang diceritakan, kisahnya bermacam-macam, yah dari kisah seseorang itulah kita kadang memetik hikmah, dan pelajaran, tidak mesti kita melakukan kesalahan sendiri, untuk memahami arti hidup dan kehidupan, sekecil apapun kita jadikan pelajaran.

    “Maaf Pak… apa ini musholla?” tanya pak Sutono padaku sambil menunggui anaknya yang sudah tenang setelah ku keluarkan Jinnya.

    • “Bukan Pak… ini majlis…” jawabku singkat......“Dzikir apa Pak…?” tanyanya lagi.
    • “Bapak lihat sendiri apa yang tertulis di dinding itu?” jawabku singkat lagi sambil mengambil rokok dan ku nyalakan. Aku berusaha menghadapi tetamu senyaman mungkin, agar tetamuku juga merasa nyaman di depanku, ku tawarkan rokok pada Pak Sutono.

CAKRAWALA NEWS l Disebabkan anaknya sudah sembuh, Pak Sutono pamit dan berjanji, akan bersama serombongan temannya penjual bubur kacang hijau minta izin untuk ikut pengajian rutin, ku iyakan saja.

Padahal aku juga yakin itu hanya basa-basi, dan sampai cerita ini ku tulis juga tidak nongol/muncul ikut pengajian sama sekali, aku tidak memperdulikan, bagiku ajakanku sudah dicatat di sisi Allah Subhanahu Wa Ta'ala menjadi amal ibadah, dan tidak akan hilang atau terganggu dengan kedatangan atau tidak datang, atau dusta atau tidaknya orang yang ku ajak.

Ketika kejadian soal anaknya Pak Sutono itu ada banyak juga pasien di rumahku yang kebanyakan adalah soal serangan ghaib dan soal Jin, ada yang bertanya, kenapa kok orang tasawuf, atau orang thareqat itu selalu bersinggungan dengan klenik dan soal ghaib dan Jin?

Sebenarnya secara pribadi, saya sama sekali tidak tahu soal makhluk Jin, dan aneka klenik (various superstitions/berbagai kepercayaan karut).
 Jadi memberi pertolongan semata mata bersandar pada Allah Azza Wa Jalla, jadi jangan dikira lantas saya sendiri tahu soal Jin, apalagi soal isi s3njata, kalau dideteksi dengan ilmu trawang atau ilmu teropong, ya jelas akan tidak ada apa-apanya, kerana memang orang thareqat itu hanya belajar bagaimana membersihkan ruhani, sehingga ruhani itu pantas diisi oleh Allah Ta'ala sifat ikhlas, redho, sabar, qona'ah, menerima taqdir Allah Azza wa Jalla.

Jadi kok kemudian ada kelebihan apapun dalam diri maka itu sama sekali saya sendiri tidak 
tahu, tahunya setelah dipraktekkan, ooo ternyata saya diberi atau dianugerahi Allah Ta'ala kelebihan seperti ini… orang yang sudah menjalankan amaliyah dariku juga akan tahu kalau yang dijalankan oleh orang thareqat itu sama sekali tidak ada unsur mempelajari ilmu ghaib, dan mempelajari ilmu hikmah, semua hanya membersihkan diri dari budi pekerti tercela dan mengganti dengan budi pekerti terpuji, jadi kok kemudian ada orang yang minta pertolongan ini-itu, sebenarnya secara hakikatnya juga tak tahu. Apa ini nanti bisa menolong apa tidak, Ya, pasrah saja pada pertolongan Allah Azza Wa jalla.

Sementara itu, datang seorang ibu-ibu, setengah baya, aku 
seperti pernah melihatnya tapi di mana ya, lupa.

“Apa ada yang bisa saya bantu Bu?” tanyaku, setelah duduk di depan Ibu yang kurus kering tubuhnya.

“Saya ini sakit Kyai…” jawabnya lirih…

“Sakit apa?”

“Sakit disantet orang..”

“Disantet…?” tanyaku hairan.

“Iya.” jawabnya masih dengan nada lirih. “Iya saya disantet sudah sejak 5 tahun silam, dan sudah saya obatkan kemana-mana, tapi tak sembuh juga..”

“Boleh diceritakan bagaimana awal mulanya?”

 “Saya bekerja membuat rengginang (kalau di Jawa Timur namanya krecek, makanan dari ketan/pulut yang ditanak, dikeringkan dan diberi rasa trasi/belacan, atau rasa gula merah), usaha saya makin meningkat pesat sampai saya titipkan ke Matahari Mall, atau mall, juga supermarket Indomaret, banyak pesanan dari mana-mana, sampai saya punya banyak karyawan, dan bisa untuk menyekolahkan anak saya sampai tingkatan kuliah University. Namun 5 tahun yang lalu, awalnya di rumah kayak ada pasir yang ditaburkan, atau terdengar ledakan berkali-kali tiap malam, dan anehnya kemudian beras ketan yang saya masak jadi berwarna seperti warna batu bata yang dihancurkan, sehingga tidak bisa saya jadikan rengginang, lama-lama usaha saya bangkrut, dan saya juga sakit, sakit saya ini seperti ada yang berjalan di dalam tubuh, ya seperti ulat kelabang gitu, sehingga rasanya sakit sekali. Tetapi anehnya ketika saya ke Hospital 
kok tidak ada apa-apa, tidak ada penyakit di tubuh saya, sementara sakit saya makin parah saja. Akhirnya saya bawa ke pengobatan orang pintar dan dari tubuh saya dikeluarkan ada paku, benang, rambut.” kisahnya memelas (lemah/sedih).

 “Lalu bagaimana setelah dikeluarkan, apa sembuh?” tanyaku.

“Ya sembuh, tapi cuma sekali.., besoknya malah kambuh lagi malah semakin sakit dari sebelumnya, perut seperti ditusuk-tusuk… bahkan bernafas rasanya sampai tak bisa, saya hanya tidur tidak berdaya, anehnya kalau saya tunaikan sholat ada saja gangguannya..”

 “Gangguannya bagaimana itu Bu?”

 “Pernah saya sedang berdiri sholat, tiba-tiba di tempat saya sujud ada pocong yang sedang tiduran, ya saya kan jadi tidak bisa sujud, saya mundur, pocong itu mengikuti merubah duduknya, saya akhirnya kabur, dan tidk jadi sholat, saya sudah lelah berobat, sampai tetangga saya mengajak dzikir di majlis Kyai ini..”

“Ooo, Ibu pernah ikut zikir di majlis toh? Pantesan kayaknya saya pernah lihat, cuma saya lupa di mana, lalu bagaimana?”

“Nah, waktu zikir ke sini kemarin kan saya membawa air yang ditaruh di tengah jamaah itu, air itu saya pakai mengepel/mob rumah, dan saya pakai mandi.”

 “Lalu bagaimana kelanjutannya?”

“Ya waktu rumah saya mob, terjadi banyak ledakan, entah di dalam tanah atau di atas genteng, suaranya seperti petasan sampai rumah saya bergetar, Ya, saya yakin saja, juga saya pakai mandi, dan Alhamdulillah sakit saya berkurang banyak..”

“Syukur kalau begitu.”

“Juga saya sudah mulai membuat rengginang lagi. Tetapi dua hari yang lalu, kok sakit saya kembali lagi, bahkan beras ketan/pulut yang saya mahu buat rengginang bukan hanya berwarna merah, tapi berwarna hitam seperti pasir aspal/tar.., ini bagaimana Kyai, tolong saya dibantu.”

“Ya, InsyaAllah saya akan bantu Ibu ini, semoga Allah menolong kita dari orang-orang fasik, coba Ibu minum air yang ku beri, biar yang dalam tubuh saya keluarkan dulu, kalau di rumah, itu harus dipagar, kalau tidak dipagar juga diobati, misal sembuh dihantam lagi juga akan kena kerana tidak dipagar, InsyaAllah nanti ku beri pagaran untuk rumahnya, semoga nanti akan selamat, dan usahanya berkah.” kataku menghibur.

Setelah Ibu itu meminum air yang ku doakan, dan ku suruh menempelkan jari di fotoku, sebentar kemudian pingsan, dan ku tarik satu persatu apa yang dikirim orang. Setelah semua keluar dia sadar, dan ku berikan pagaran untuk rumahnya, dan setelah merasa tubuhnya enakan dia pamit pulang.

Sebenarnya lelah juga walau kelihatannya dalam praktek tidak banyak melakukan gerakan atau kerjaan berat, mengeluarkan penyakit atau Jin, sangat menguras tenaga dan energi, tapi pengalaman sekian waktu sedikit banyak akhirnya tahu bagaimana agar ketika mengeluarkan Jin atau kekuatan jahat dari tubuh s
eseorang tapi tidak banyak menguras energi.

Aku juga masih selalu belajar dan belajar, mengartikan anugerah Allah Ta'ala ini agar bermanfaat untuk menolong sesama, walau jika menolong orang yang kena Jin kiriman, atau menolong orang yang kena santet/santau, aku akan disantet atau diserang dukun yang mengirim Jin.

Jika menolong 10 orang maka akan dikeroyok 10 orang dukun, ya itu resiko, masak ada orang minta tolong lantas ku tolak, Allah Azza Wa Jalla sudah menggerakkan mereka datang kepadaku, artinya juga Allah Azza Wa Jalla pasti memberikan kekuatan padaku yang kenyataannya tidak punya kelebihan apa-apa.

Seperti biasa, setelah memimpin dzikir rezeqi, aku duduk selonjoran di teras rumah, untuk menyelonjorkan kaki biar tidak kena farises kerana dipakai duduk bersila, sekalian sambil buka pesan yang masuk di pesan facebook, tengah santainya, ada dua mobil berhenti, dan seorang penumpang turun, ternyata tetangga belakang rumah yang juga muridku, namanya Kang Ridwan.

“Bersama rombongan, dari mana Kang?” tanyaku setelah kang Ridwan duduk di depanku, dia 
tertawa-tawa, ku tunggu saja selesai tertawanya.

“Kenapa tertawa?” tanyaku, kerana dia makin senyum-senyum penuh rahasia.

 “Ini habis menyidangmu…”(mengadilimu)

“Kok menyidangku, maksudnya apa?” tanyaku hairan.

“Lhoh, kamu tidak mengerti toh kalau telah dibuat ribut di Masjid?” tanyanya makin membuatku bingung.

“Lhoh dibuat ribut soal apa? Aku kan tidak urusan sama Masjid. Apa salahku?”

 “Biasa, itu dari Askan yang memusuhimu…”

“Wah, apalagi masalahnya? Coba ceritakan..” aku makin penasaran.

“Begini ceritanya, kemaren Askan kan mengumpulkan para pengurus Masjid, untuk diajak menyerangmu, Ya, maksudnya kamu kan menyalurkan air dari Masjid, jadi para pengurus diajak untuk mengobrak abrik paralon/pipa yang kamu pasang.”

“Lhoh, itu kan sudah 3 tahunan, selama ini tidak ada masalah apa-apa kok..”

“Ya, pengurus Masjid ada yang terpancing, ada juga yang tidak terpancing, soalnya Askan bilang yang kamu lakukan mengambil air di Masjid itu haram, tidak boleh mengambil apa yang di Masjid termasuk air, itu kata dia..”

“Kok aneh, kan saya izin pada pengurus toh Kang, dan bagaimana orang yang berwudhu di Masjid itu, bukannya mereka semua mengambil air di Masjid, malah Masjidil Haram kan orang dari seluruh dunia datang mengambil air zam-zam, kalau itu salah kan Masjidil Haram itu sudah melarang orang mengambil air zam-zam, bagaimana itu?”

 “Kami orang bodo, makanya kami bingung atas pernyataan dari Askan itu, ya lantas kami tadi menghadap ke Kyai Sofwan, meminta pertimbangannya, tadi kami semua pengurus Masjid menghadap Kyai Sofwan.”

 “Lalu apa kata Kyai Sofwan?” tanyaku.

“Ya, malah Kyai Sofwan, malah bilang tak apa-apa… apalagi air yang kamu pakai kan untuk 
keperluan jamaah, bukan untuk kepentingan diri sendiri, air Masjid itu milik Allah Ta'ala, jadi bebas dipakai siapa saja, asal bukan letriknya, kan kamu tidak memakai letrik Masjid.”

 “Lalu bagaimana ini kelanjutannya?”

“Ya kamu boleh mengambil air Masjid, tidak apa-apa….”

“Ya Askan itu selalu berusaha mengerecoki aku, biarkan saja, satu masalah selesai, mencari masalah baru untuk dijadikan masalah, entah mahu membuat saingan mendirikan Majlis tandingan, Ya, aku malah senang saja, kan makin banyak orang yang mendakwahkan Islam, Islam makin subur, tapi seharusnya tidak pakai mengerecoki diriku, bikin saja jamaah sendiri kan beres. Oh ya, kalau dia mengajar mengaji di Masjid itu yang pakai speaker itu yang datang berapa orang?”

“Ya, yang datang paling 4 orang.., orang juga malas datang kalau datangnya selalu malah dijelek-jelekkan di depan jamaah yang lain..” jawab kang Ridwan.

“Ya, sudahlah Kang, tidak usah diperdulikan, biarkan saja apa yang dilakukan…”

 “Iya… tapi ini soal air sampai diadakan sidang berkali-kali oleh pengurus Masjid, Ya, voting gitu, apa saluran paralonmu dibongkar atau bagaimana, Ya, tidak ada dicapai kesepakatan.”

“Ya, kalau nantinya bikin ribut, biarlah nanti ku bongkar.”

“Ya, tidak usah, semua pengurus Masjid tidak apa-apa, juga sudah dijelaskan sama Kyai Sofwan, kalau yang kamu lakukan boleh tidak apa-apa…”

“Ya, nanti kalau misal jadi masalah, lebih baik ku bongkar saja,”

“Sudah jangan difikirkan, kami siap membela…” jelas Kang Ridwan, sambil berdiri dari kursi duduk, dan minta diri.

Soal masalah orang diriku mengambil air di Masjid makin ramai, walau sudah dimintakan batsul masail, dan keputusan menunggu Kyai Sofwan menyiarkan di hari Isnin, sampai akhirnya hari Isnin tiba, para jamaah pengajian banyak yang datang, untuk mendengar 
pengumuman yang akan disiarkan, sekaligus dalil apa yang akan dipakai di keputusan batsul masail.

Dan orang semua menunggu dengan dag-dig-dug. Sementara dari pertama, diriku diributkan, malah aku sendiri tidak tahu menahu kalau diributkan, Ya, kerana di rumahku sendiri tiap hari banyak tetamu, juga kerana aku sudah disibukkan mengurusi pengajian di daerah Pekalongan, Banten, kadang di Jepara, malah mahu ditambah ke Bogor.

Kesibukanku mengurus jamaah, memberi makan ketika jamaah sedang mengadakan dzikir bersama, sudah menyita fikiran dan tenagaku, otomatik aku harus wira-wiri. Dan tak ada waktu lagi mengurusi soal apa yang diributkan oleh Askan.

Kyai Sofwan mengumumkan dengan jelas dan gamblang, di saat pengajian Masjid, juga kitabnya juga disebut dari mana diambil, bahkan kitab cetakan dari mana, dan bila mencetaknya disebut juga.

Menurut cerita orang yang mendatangi pengajian, kerana aku sendiri tak pernah datang ke pengajian Masjid, kerana urusanku beda, urusan pengajian di Masjid Desaku kan 
hanya sebatas, se-Desa saja, seperti Askan saja kalau mengajar di Masjid juga paling yang ikut 5 orang.

Sementara kalau aku memimpin dzikir di Majlis Banten yang datang sampai dari Jakarta, Tangerang, Bekasi, Bogor, Pandeglang, Serang, sampai ke Subang, sedang jamaah yang datang sampai 500-600 orang, kalau hanya urusan iri dengki seseorang lantas aku terseret kefikiran, dan mengenyampingkan jamaah yang ku urusi, kok rasanya aku ini harus belajar lagi menjadi orang yang bisa dipercaya guruku.

Dan keputusan yang diumumkan, berdasarkan batsul masail, bahwa apa yang ku lakukan, sangat boleh dilakukan, dan tidak ada dalil manapun yang melarang, sebab Masjid adalah milik umum, siapa saja boleh mengambil manfaat untuk umum, dan tak ada yang melarang. Ini bukan soal Kyai Sofwan mengenaliku, bahkan Kyai Sofwan bahkan sama sekali tidak mengenalku, jadi dia tak memihak padaku sama sekali atas keputusan yang diambil. Akhirnya permasalahan jelas, semua jamaah pun bernafas lega, yang asalnya pengurus kerana terprovokasi oleh Askan, dan menyalahkanku, kemudian lantas tidak mempermasalahkan.

Paginya Kyai Sofwan, menyiarkan keputusan, sorenya Askan mengundurkan diri dari menjadi Imam Masjid, aneh juga kedengarannya. Imam Masjid kok ada yang mengundurkan diri, seperti jabatan presiden saja, dan itu disiarkan lewat pengeras suara, ya biarlah, yang penting aku bisa berusaha selalu istiqamah mengurusi murid, dan jamaahku, semua diurus masing-masing.

Kadang menulis itu timbul kekambuhan (relapse), dan tidak bisa ditahan rasa ingin menulis. Tetapi kadang jangka waktu lama tidak menulis lantas timbul kemalasan untuk menulis, apalagi menulis hanya dengan dua jari, sudah malas, ee setengah jadi tulisan juga malas lagi meneruskan.

Jadi hairan kadang kalau melihat betapa banyaknya hasil karya Syaikh Nawawi, atau Imam Syafi’i, atau Imam Ghazali, hairan juga kok mereka bisa menulis begitu banyaknya karya, apalagi karya mereka haruslah jauh dari kesalahan, tak seperti karya Kho Ping Ho, atau Wiro Sableng, atau Harry Potter, asal tulis juga tidak akan ada yang komplain, beza dengan karya Imam Syafi’i atau Imam Ghazali yang penuh sarat dengan muatan ilmu, seperti tulisanku yang acak acakan 
ini, juga tidak akan ada yang komplain aku mahu menuulis apa juga.

Zaman dulu sebelum ada internet, atau internet belum begitu buming seperti zaman sekarang. Jadi ingat waktu dimintai karya tulis di Majalah al-Kisah, aku diminta tulisan dikirim lewat email, saat itu mahu bilang terus terang email saja itu apa, aku tidak tahu, aku tidak berani, takut dibilang katrok. Padahal itu tahun 2002-an, ya belum lama, ya aku iyakan saja, nanti karya akan ku kirim lewat email saja.

Saat itu, aku pergi ke warnet (warung internet), masih ingat saat itu warnet juga masih pakai komputer kotak besar model lawas/lama, lha, memegang komputer saja tidak pernah, sampai di warnet tengak-tengok, tolah-toleh seperti orang mencari jarum, padahal tidak kehilangan jarum.

Menghidupkan komputer saja tidak bisa. “Ini menghidupkannya bagaimana Mbak…” kataku pada penjaga warnet, lalu penjaga warnet mendekat dan power komputer dipencet/diklik.

Setelah menyala, aku makin bingung, lhah, mahu bikin apa, apa yang dipencet, walah makin bingung saja. Akhirnya klak-klik sana-sini, tidak karuan juntrungnya, dalam hati menggerutu, kenapa juga Majalah al-
Kisah kok minta hasil karyaku dikirim pakai email segala, lha, ini terus bagaimana kelanjutannya, email itu juga apa… akhirnya hanya bingung saja, dan pulang dengan tangan hampa.

Sekarang, zaman sudah serba internet, dan sudah lazim malah sudah basi kalau main internet tidak dipakai bisnis, bahkan di facebook, komuniti bermacam-macam, dan internet juga dipakai berbuat baik, juga akan menghasilkan kebaikan, dipakai berbuat jahat juga pintu gerbangnya terbuka lebar, lahannya juga subur.

BERDAKWAH lewat internet, dulu aku mulai di tahun 2007, setidaknya sampai tulisan ini ku tulis sudah 6 tahun berjalan. Awalnya para teman seperguruanku sangat menyalahkanku, Ya, yang menyalahkan tentu saja mereka yang sudah beranggapan duluan kalau internet itu p0rno, internet itu tidak benar dll.

Sehingga awalnya juga guruku melarang, sehingga aku sendiri berjalan dengan inisiatifku sendiri, dan ternyata sambutannya sangat bagus, setelah guruku tahu juga akhirnya cara dakwahku juga disokong. Apalagi setelah kemajuannya kedepan, murid-murid internetku lebih unggul dari murid biasa, malah dukungan dari guruku makin kuat, sampai 
beliau sendiri menekankan dengan tertulis, murid internetku adalah sudah diakui sebagai murid guruku.

Sekian lama waktu, tentu saja banyak kejadian-kejadian. Apalagi orang di internet adalah bersifat umum dan bisa dari kalangan mana saja, sehingga hampir tiap hari, ada saja orang internet yang datang ke gubukku, dari mana saja. Tetapi aku sendiri yakin, sekalipun murid dari internet, itu tidak lepas dari kehendak Allah Ta'ala memilihkan mereka menjadi muridku, kerana aku sendiri berdo’a pada Allah Subhanahu Wa Ta'ala untuk memilihkan murid-murid pilihan yang bisa ku andalkan berjuang di jalan Allah Ta'ala.

Walaupun di satu kesempatan berbondong-bondong murid datang, dan nanti akan disortir oleh alam, mereka yang tidak seharusnya menjadi muridku akan perlahan mundur, dan patah di tengah jalan, dan ada yang bertahan yang ku yakin akan memetik buah manisnya ilmu, dan akan mempunyai kelebihan sebagaimana kelebihan yang dianugerahkan Allah Ta'ala padaku, mereka hanya perlu menjalankan amaliyah yang memang sudah ku paket dalam bentuk lelaku bertahap.

Dari berbagai macam orang yang datang dan ingin menjadi muridku, banyak juga yang awalnya hanya ingin keluar dari masalah yang dihadapi atau ingin mencari kebahagiaan hidup, atau alasan alasan lain yang dibawa oleh masingmasing orang, juga banyak latar belakang kehidupan yang mereka lalui.

Sehingga ketika bertemu denganku kemudian memunculkan berbagai cerita dan kisah, sebenarnya akan banyak jika ku tulis, dan akan memakan waktu yang lama.
 Akan ku tulis beberapa semoga ini bisa menjadi pembelajaran juga bisa diambil hikmah di balik kejadian yang terjadi. Maaf jika nama nama mereka mungkin bukan yang sebenarnya, untuk menjaga rahasia masingmasing orang mungkin saja tidak mahu dipublikasi.

Hari masih pagi, sebenarnya kalau pagi, waktuku tidur, kalau orang sekitar rumahku biasanya tidak akan bertamu ke rumahku, kerana mereka tahu waktu pagi aku pasti tidur, kerana semalam suntuk tidak tidur, dan waktuku tidur adalah waktu pagi.
Tetapi, waktu pagi sudah ada tetamu, Istriku membisikiku, kalau ada tetamu dari Semarang, mahu ditemui atau nanti setelah sholat Zuhur.

Sebenarnya mata juga 
baru terpejam, jelas perih, Ah, mending ku temui dulu, mungkin setelah ku temui sebentar, baru aku bisa tidur dengan nyenyak.

“Dari mana?” tanyaku

 “Semarang Mas…, saya Ibeng Mas… yang ada di Facebook.” jawab pemuda berpakaian rapi, ala pegawai negeri.

“Ada perlu apa?”

 “Ya, pertama silaturahmi, kedua saya ingin minta dibersihkan dari gangguan Jin yang ada di tubuh saya.”

“Sudah mengamalkan zikir pondasi dariku?” tanyaku, kerana selama ini sepengalamanku, kalau orangnya belum menjalankan zikir pondasi, pengeluaran Jin, biasanya akan lebih menguras tenagaku, kerana Jin di dalam tubuh orang yang belum mengamalkan pondasi dariku biasanya di dalam masih kerasan/betah kerana di dalam tubuhnya tidak panas sama sekali. Jadi kalau mahu dikeluarkan harus menggunakan melulu tenagaku, dan kalau Jinnya sampai 40 atau 50, aku cukup lelah.

“Alhamdulillah sudah Mas…, tapi anehnya tiap mengamalkan amalan zikir pondasi seperti ada yang berjalan di dalam tubuhku, kayak ular gitu, juga di punggungku kayak diglayuti sesuatu, jadi tubuh serasa berat..”

 “Ooo begitu..” Ku ambil air lalu ku tiup doa minta Jin dikeluarkan dari tubuh orang itu, dan ku suruh menempelkan jari di fotoku, selang beberapa saat tubuhnya mulai mengejang dan menggereng-gereng seperti suara macan, ku biarkan saja, lalu ku dekati ku tempel tanganku di punggungnya, dia mulai mengeluh panas, panas dengan suara yang bukan lagi suara lelaki itu tapi sudah berubah suara berat, tanda Jin dalam tubuhnya sudah menguasi sebagian kesadarannya.

Berulangkali ku tanya, Jinnya menjawab dia tidak tahu kenapa dia sampai ada di dalam, kerana tidak ku dapat jawaban jelas, lantas saja ku tarik keluar, daripada kelamaan kerana mataku juga lagi ngantuk-ngantuknya, setelah 3 Jin ku keluarkan ku rasa sudah tidak ada lagi,


“Dulu pernah mengikuti pengisian?” tanyaku pada Ibeng.

“Iya Mas Kyai…, tapi sudah lama sekali..”

“Pengisian pakai apa?”

“Saya disuruh menelan pelvru oleh orang yang mengisiku, ya waktu itu lagi musim ada ninja-ninja itu, jadi untuk jaga-jaga, saya diajak teman untuk mengikuti pengisian. “

“Oo begitu rupanya?’

“Iya Mas, apa sekarang sudah bersih..?”

“Sepertinya sudah,”

“Rasanya bagaimana”

“Ya rasanya sudah entengan/ringan Mas Kyai, juga rasa berat di punggung juga sudah tak ada.”

“Ya sudah, silahkan dipakai istirahat dulu, saya tinggal tidur dulu ya, soalnya saya belum tidur.”

 “Saya mahu sekalian mohon diri saja Mas Kyai, maaf sudah mengganggu..”

“Lhoh, tidak istirahat dulu?” tanyaku.

“Tidak Mas, soalnya saya juga ada perlu urusan lain..”

“Ooo ya sudah kalau begitu…, kalau kesini waktu habis dzuhur saja…, soalnya kalau pagi saya biasanya masih tidur.” kataku sambil mengantarnya sampai pintu, 
[HSZ] 

 To be Continued...

Peringatan; Dilarang Keras meng-copy, mem-posting, menyalin secara keseluruhan artikel ini. tanpa izin Admin Blog ini. Jika terjadi pelanggaran tersebut Anda akan ditindak mengikut Undang-Undang yang berlaku di negara Anda.
@Copyright by Cakrawala News

WARNING; It is forbidden to copy, post, copy this article entirely without Admin Blog permission. In case of any such violation you will be prosecuted following the applicable laws of your country.
@ Copyright by 
Cakrawala News

#indonesia, misterinusantara, #KisahKyaiLentik   KisahSangKyai, #KisahSufi, #SangKyai, 


No comments

Cakrawala News Logo