Ketika Desis Kentoet Menjadi Prestige Issue: "Kisah Para Heobikuni di Zaman Edo-Nipponese"

<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="Ketika Desis Kentoet Menjadi Prestige Issue: "Kisah Para Heobikuni di Zaman Edo-Nipponese">

Ketika Desis Kentoet Menjadi Prestige Issue: "Kisah Para Heobikuni di Zaman Edo-Nipponese"

  • Zaman Edo (1603–1868) adalah masa pemerintahan Keshogunan Tokugawa di Japan -- ketika ibu kota pemerintahan berada di Edo (kini Tokyo).

  • Masa ini ditandai dengan:  Stabiliti politik di bawah sistem feodal Tokugawa. Isolasi nasional (sakoku), Japan menutup diri dari dunia luar selama lebih dari 200 tahun.

  • Kemajuan budaya: seperti seni ukiyo-e, kabuki, dan etiket (etiquette-tata cara adab) yang ketat di kalangan para bangsawan. Munculnya kelas samurai sebagai birokrat, bukan hanya prajurit.

  • Struktur sosial ketat: samurai > petani > pengrajin > pedagang/peniaga. 
  • Singkatnya -- zaman Edo adalah era kemegahan budaya tradisional Japan-- dengan kontrol sosial yang sangat ketat.

FORTUNA MEDIA --  Di balik kemegahan Istana dan keanggunan kimono sutra di zaman Edo -Nipponese. Tersembunyi sebuah praktik unik—bahkan sedikit absurd—dalam tata krama perempuan bangsawan.

  Bayangkan ini: seorang Permaisuri tinggi hati duduk di tengah upacara-majelis minum teh -- tatapannya tenang -- posturnya sempurna. Tiba-tiba -- ada desis halus dari balik lapisan kimono-nya; "Kentoet".

  Tetapi di dunia di mana reputasi lebih berharga daripada emas-- seorang bangsawan tidak boleh 'pernah' kedapatan melakukan hal yang 'tidak elegan' seperti itu. Maka -- lahirlah peranan "heobikuni"—pelayan setia yang tugasnya adalah mengaku sebagai sumber kentoet majikannya!

"Maaf, Itu Saya!"

 Para heobikuni adalah ahli dalam seni "mengambil kesalahan". Ketika sang Permaisuri tidak sengaja mengeluarkan bunyi memalukan -- sang pelayan segera membungkuk dalam-dalam -- wajah penuh penyesalan. Dan berkata,

"Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya! Itu berasal dari saya!"

  Terkadang -- mereka bahkan harus berpura-pura tertekan. Seolah-olah mereka tidak bisa mengendalikan "kebiasaan memalukan" mereka. Beberapa sumber menyebut bahwa heobikuni dilatih untuk bereaksi cepat—bahkan sebelum orang lain sempat mencurigai sang permaisuri.  

  Budaya di Balik Aib

  Praktik ini mungkin terdengar lucu sekarang. Tetapi bagi wanita kelas atas di zaman Edo-- bau dan suara kentoet adalah ancaman bagi keanggunan mereka. Masyarakat Japun saat itu sangat menjunjung tinggi kesopanan-- apalagi di kalangan istana. Seorang wanita yang kedapatan kentoet bisa dicop "tidak terdidik" atau bahkan kehilangan status sosialnya.  

  "Heobikuni" bukan sekadar pelayan—mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang menjaga harga diri majikannya -- meski harus menanggung malu. Gaji mereka mungkin termasuk bonus "wang kehormatan" kerana siap menjadi kambing hitam setiap saat.  

   Akhir dari Tradisi Aneh

  Seiring berakhirnya zaman Edo pada 1868 dan Japan memasuki era moden-- praktik heobikuni pun menghilang. Tetapi kisah ini tetap hidup sebagai bukti betapa jauh manusia bisa pergi demi menjaga gengsi-prestigebahkan untuk hal yang sepenuhnya alami seperti kentoet.  

  Jadi-- lain kali jika Anda tidak sengaja kentoet di depan umum-- ingatlah: 'Anda bisa berterima kasih bahwa Anda tidak hidup di zaman Edo'—di mana Anda memerlukan seorang pelayan khusus hanya untuk menyelamatkan muka! 😄 
______

📝Catatan tambahan📝

Apa maksud "heobikuni"?

“Heobikuni” berasal dari kata:

"Heo" (へお) = kentoet

"Bikuni" (比丘尼) = biarawati (namun dalam konteks ini -- digunakan dengan makna perempuan pelayan atau wanita pengabdi)

Jadi, "heobikuni" secara harfiah berarti "biarawati kentoet". Tetapi sebenarnya merujuk pada seorang pelayan perempuan yang bertugas untuk mengaku sebagai orang yang kentoet di tempat umum agar sang majikan (biasanya wanita bangsawan) tetap terjaga kehormatannya.

Praktik ini terdengar lucu-- tapi menunjukkan betapa reputasi dan kesopanan ekstrem sangat dijunjung tinggi di kalangan Istana zaman Edo. Sampai hal sekecil bunyi tubuh pun diatur agar tidak mencoreng kehormatan.[HSZ]

Sources:  SoraNews24 
Editor: romymantovani

Follow me at;
twitter.com/romymantovani
facebook.com/helmyzainuddin
pinterest.com/hsyamz

 TAGS: heobikuni  japan,  faktaunik,  faktamenarik, fortunapedia,

RELATED POS:


No comments