KISAH SUFI, SANG KYAI [56]
KISAH SUFI, SANG KYAI [56]
- Pada siri KISAH SUFI, SANG KYAI [55] bahwa Suhandi ditunjukkan oleh dukun yang ditemuinya, bagaimana bisnis Suhandi kedepannya, dan dukun itu memakai alat seperti "lampu ublik" (?), yang memakai sumbu, lalu lampu itu diletakkan di tengah air, dan secara sendirinya katanya si dukun itu kemudian tahu akan apa yang akan dilewati Suhandi dalam mengurus bisnisnya, sehingga bisa memberikan solusi atas apa yang seharusnya dilakukan Suhandi
- Jika seorang dukun bisa melihat masa depan, ternyata dia meninggal di kamarnya dengan orang lain termasuk Anak-Istrinya tak ada yang tahu, kerana sang dukunnya Suhandi itu punya kamar semedi-bertapa sendiri, yang tak siapapun berani masuk, kalau sang dukun sedang menjalani semedi, Eehh, tahu-tahunya sang Dukun sudah meninggal, kerana keluarganya mencium bau busuk, setelah didobrak pintunya. Maka ditemukan dukun itu telah menjadi mayat, bahkan sudah ada singgatnya (sejenis ulat-bahasa Jawa) yang sebesar jari kelingking, sedang memakani-menggerogoti tubuh dukun itu.
- Ditinggal sang Dukun meninggal dunia, mungkin yang paling sedih adalah Suhandi, daripada Istrinya dukun, bukan masalah sedih kerana kasihan atau hiba, tapi kerana kemudian Suhandi tak punya lagi yang akan menunjukkan solusi masalahnya. Itu artinya bisnisnya akan bangkrut lagi. Padahal Suhandi telah terlanjur membuat produk banyak, kerana memperhitungkan kalau sang dukun akan berumur panjang. Dan segala permasalahan dagangnya akan selalu ada yang memberi solusi atas apa yang dilakukannya. Tetapi kenyataannya sang dukun itu manusia, walau dibilang bisa melihat kemasa depan, lha kok umurnya sendiri dia tak tahu bila masa kontraknya di dunia ini habis.
FORTUNA MEDIA-- Orang-orang yang dekat dengan Allah Subhanahu Wa Ta'ala, dan para ahli syurga gemar berdoa kepada-Nya kerana do'a itu adalah perhubungan kasih sayang di antara Tuhan dengan hamba-Nya. Allah Subhanahu Wa Ta'ala. ‘memanjakan’ hamba-Nya dengan membuka pintu doa, tanda kecintaan Allah Ta'ala pada hamba itu.
Allah Azza Wa Jalla menggerakkan pada hati hamba agar berdo’a, lalu Allah Ta'ala memberi anugerah berupa terijabahnya do’a. Dan jika Allah Ta'ala itu menghendaki orang itu jauh dari-Nya maka Allah Ta'ala menjadikan orang itu malas meminta dan berdo’a, dan menimbulkan syak wasangka kalau meminta itu menunjukkan ketamakan. Padahal Allah Ta'ala itu tempat meminta, tanda kekuasaan-Nya adalah mampu mengabulkan semua permintaan bagaimanapun sulitnya. Tetapi hamba yang ingin Allah Ta'ala jauhkan itu seakan tak percaya atau merasa dirinya kotor, atau alasan tertentu sehingga hamba itu di dalam fikirannya jauh untuk bergantung pada Allah Azza Wa Jalla. Jika lisan kita hati kita cenderung meminta pada Allah Ta'ala, berarti Allah Ta'ala itu tengah.menyayangi kita, Sebab tak ada yang berdesir di dalam hati seorang manusia, itu ada dan berdesir lalu menjadi suatu amal ibadah, kecuali Allah Ta'la menjadikan izin untuk terjadi dan berlaku.
Suhandi ketika datang padaku pertama kali, wajahnya amat gelap oleh aura syaitan. Walau sekalipun aku tahu apa yang pernah dia lakukan. Maka aku harus bersikap bukan orang yang menghakimi, semua manusia bagiku punya proses perjalanan. Dan jika kita selalu menyalahkan orang lain, atau menvonis salah orang lain dengan segala masa lalunya maka tak akan bisa kita menjadikan manusia lain menjadi benar. Semua orang akan terlihat salah, padahal semua orang itu punya pintasan perjalanan, yang tak selalu baik. Tetapi sekalipun seorang pelacvr, maka tak ada yang bercita-cita menjadi pelacvr. Sekalipun seorang perampok maka tak ada yang bercita-cita menjadi perampok.
“Mas.. saya mahu minta tolong, agar usaha saya bisa maju.” kata Suhandi.
“Ya ikut saja berzikir di sini, nanti juga akan maju. tapi mungkin kamu akan lama.” kataku.
“Kenapa begitu Mas?”
“Ya orang itu kan bisa maju usahanya, bisa melaju cepat sebuah motor, kalau di dalam enjinnya motor itu bersih dari kotoran dan kerak, kalau berkaratan, kotor, tentu jalannya akan lambat. Maka motor harus diservis dulu, apa yang rusak parah harus diganti, kalau bannya (tayar) saja jadi angka delapan lalu motor dipaksa jalan, itu hanya akan menyusahkan yang mengendarai, bisa jadi dari Surabaya ke Jakarta, sepanjang perjalanan motor akan dipikulnya".
"Ya daripada seperti itu lebih baik jangan bawa motor, kalaupun motor terpaksa dibawa maka harus ditumpangkan ke bas, sama dengan sebuah usaha jika kok usaha itu sudah lubang sana-sini, mlebih baik ditinggalkan, mencari usaha baru, walau hasilnya lebih sedikit, setidaknya akan bisa menutup lubang di usaha lama. Tetapi kok usaha sudah remuk, masih dipaksakan jalan, maka bisa dipastikan usaha bukannya akan menemui kebaikan, tapi akan malah makin mengalami kerugian,” jelasku, walau terus terang aku ini zero besar dalam bidang usaha.
“Wah, kalau meninggalkan usahaku yang lama ya sulit Mas…” kata Suhandi.
“Ya, itu terserah sampean, saya juga bukan orang yang mengerti dengan usaha, itu hanya saran saya saja.”
“Ya saya hanya minta do’anya saja Mas.” kata Suhandi.
“Ya sekali lagi ku contohkan motor, biar mudah pembahasannya, ini misal motor setelah tabrakan (eksiden) lalu bannya lepas, dan apa-apanya patah, rantainya juga putus, lalu diletakkan di depan pendo’a yang paling tangguh sekalipun. Maka dido’akan siang malam juga tak akan motor itu kembali seperti semula, artinya tetap saja motor itu hancur. Maksudnya begini, apa yang sudah terlihat jelas di depan mata, maka itu penyelesaiannya dengan cara yang terlihat di depan mata, ya kalau tali putus disambung, tangan kotor dicuci, tak bisa tali putus lantas dido’akan, saranku carilah usaha lain, yang bisa diharap hasilnya walau sedikit, tapi terus menerus sehingga bisa menambal lubang di usaha yang sekarang, tapi tak mahu juga tak apa-pa.” jelasku.
Dan Suhandi masih terus menggeluti usahanya, hutangnya makin membengkak, setiap setoran (deposit) pendapatannya hanya untuk membayar bunganya hutang, dan pendapatannya tak mencukupi untuk sekedar menutup bunga. Tetapi berulang kali Suhandi tak juga mahu meninggalkan usahanya, seakan telah ada keterikatan dengan usaha yang mungkin pernah menjadikan kaya, sehingga Suhandi terseret dalam keterjebakan yang tak berkesudahan, seperti tikus yang mutar-mutar di lubang jebakan, dan telah tak bisa keluar, memang lebih sulit memberi saran seseorang yang telah terjebak oleh hitung-hitungan akalnya, dan selalu mengandalkan hitungan matematik.
Aku hanya menggelengkan kepala jika Suhandi meminta saran, kerana walaupun dia meminta saranku seakan-akan saranku itu hanya seperti angin lalu saja, dia sudah terlanjur terperangkap oleh daya hisap fikirannya sendiri, dan mengejar khayalan yang tak ada bentuknya.
Mengeluarkan orang yang terjebak oleh mimpi dan khayalannya itu lebih sulit, seperti orang yang tengah mabuk pil ekt4si, dibilangi bagaimanapun itu hanya akan melelahkan diri bicara saja. Maka aku hanya berharap Allah Ta'ala memberikan kesadaran dari sisi yang mungkin lebih baik nanti kesudahannya, aku hanya memerintahkan Suhandi rajin sholat, dan menjalankan ibadah, yang selama ini ditinggalkannya. Sebagai orang yang menyampaikan, maka aku hanya wajib menyampaikan, secara penerimaan dan hasil nantinya itu bukan urusanku lagi, aku yakin jika kehendak baik dan disertai suatu kebenaran menyampaikan akan berhasil baik.
Berulang kali aku menyarankan pada Suhandi, dan berulang kali aku juga tahu kalau dia tak akan menerima dengan akalnya, tapi aku tetap tak bosan menyampaikan.
“Apakah nanti usahaku akan membaik ?” tanyanya.
“Dalam usaha dan keseharian, orang itu tak beza dengan ibadah. Jika tak mahu diberi peringatan oleh Allah Ta'ala dengan cara halus. Maka akan diberi peringatan dengan cara kasar.” jelasku.
“Bagaimana itu cara halus, dan bagaimana itu cara kasar?” tanya Suhandi.
“Cara halus seperti puasa, jika tak ingin nanti diperingatkan oleh Allah Ta'la dengan cara kelaparan, sakit perut, kesusahan mendapatkan rezeqi untuk mengisi perut, dan selalu urusan perut itu sangat menyulitkan. Maka lakukanlah puasa, guncangkanlah hati dengan zikir, kejutkan hati dengan lafadz jalalah, agar diri tak diperingatkan Allah dengan gempa bumi dan sambaran petir. Jadi segala sesuatu kita ini mahu mengambil cara halus memperingatkan diri dengan instropeksi. Jjika kita diperingatkan Allah Ta'ala dengan gempa bumi, banjir bandang, badai petir, agar kita mampu membaca setiap gerak dan perbuatan itu semua ada maksudnya, kerana alam ini menunjukkan keberadaan Allah Ta'ala di segala aspek apapun yang wujud.”
“Kamu itu sudah terlalu banyak makan barang haram.” kataku.
“Lha, saya bisnis halal kok Mas.” jawab Suhandi.
“Ya kalau sistem yang kamu pakai, sistem pakai sogok agar dapat pinjaman, lalu mengganti wang senang kerana belum bisa membayar hutang itu tidak dibenarkan dalam Islam, walau itu ada dalam kesepakatan.”
“Berarti itu haram?”
“Iya itu tak boleh.”
“Tapi semua orang menjalankan.”
“Walau semua orang menjalankan, kalau haram ya tetap haram, seperti di suatu daerah misal minuman memabukkan dijual bebas, minuman memabukkan ya tetap haram, atau di kawasan pelacvran, lalu semua orang melacvr, pelacuran ya tetap haram, atau di pantai Pulau Bali, semua orang telanjang, ya telanjang tetap haram, jadi halal haram itu tidak bisa ditentukan oleh sedikit banyak orang seperti pemilihan kepala desa, kalau haram ya selamanya haram, sekalipun semua penduduk di muka bumi menjalankannya.”
“Wah, lalu bagaimana Mas?”
“Makanya itu jadi sulit, jalan satu-satunya kamu bertaubat dengan sungguh-sungguh, ingat setetes minuman memabukkan itu 41 hari ibadah tertolak, walau dalam kewajiban gugur jika menjalankan sholat. Tetapi sholatnya hanya menggugurkan kewajiban, juga makan makanan yang haram. Maka do’nya tertolak, jadi berdo’a tak ubahnya membaca bacaan cersil.” (cersil-cerita silat)
“Wah kok ada yang seperti gitu ya?”
“Ya kalau tidak percaya, sekarang saja di-tes, kamu berdo’a minta hujan, apa hujan akan turun, gampang kan untuk tahu..?”
“Ya saya do’anya jelas tidak diterima Mas.”
“Lha, memangnya Allah terhalang menerima do’a, tidak kan..?”
Allah Subhanahu Wa Ta'ala saja yang mencipta, meletakkan hukum dan peraturan, membagikan rezeki dan lain-lain. Dia,Allah yang menentukan urusan dengan bijaksana dan adil, termasuk urusan mengenai diri kita dan apa yang terjadi pada kita. Kita memandang diri kita dan kejadian yang menimpa kita dalam sekop/ruang yang kecil. Allah Azza Wa Jalla melihat kepada seluruh alam dan semua kejadian, tanpa keliru pandangan-Nya kepada diri kita dan kejadian yang menimpa kita, juga tidak beralih pandangan-Nya dari makhlukNya yang lain. Maha Sempurna Allah suci dari cela.
Bahkan Allah Ta'ala amat memperhitungkan sedetail sampai urusan paling kecil, sampai urusan pigmen di kulit, sehingga orang tak berpenyakit belang kerana pigmen kulitnya tercukupi, juga kelengkapan molekul zat dalam darah, kekurangan dari salah satu zat saja orang akan sakit, juga kelebihan satu saja zat dalam darah orang juga sakit, jadi ukurannya harus konsisten dan saling melengkapi dengan zat lain. Misal gula darah seseorang dalam darah lebih maka seseorang akan sakit juga. jika zat asam. Berarti semua telah diatur Allah sedemikian rupa, agar manusia itu bisa bergerak dengan gerakan yang saling mendukung apa yang di dalam tubuh, dalam pengaturan Allah itu ada pengaturan secala fizikal, dan ada pengaturan secara roh, dan hati, sama dalam pengaturan dalam roh, yang sama sekali tak pernah terlihat itu, tak beza pengaturannya dengan pengaturan lahiriyah.
Cuma dalam pengaturan lahir, badan lahir ini perlu makanan lahir. Jika kita makan maka kecukupan keperluan badan atas zat yang diperlukan sangat mempengaruhi lahiriah seseorang. Maka manusia itu bisa dilihat jika kurang salah satu zat yang diperlukan tubuhnya, dengan sendirinya akan terlihat lemas, sakit, malas. Tak beza dengan pengaturan lahiriah, yang memerlukan asupan/pengambilan makanan lahir,
Maka asupan batiniyah, roh juga memerlukan makanan yang sifatnya tidak membuat roh, dan hati, juga fikiran, menjadi sakit, "walillahi asma’ul khusna fad’uhu biha", yang menjadikan roh itu Allah, yang menjadikan hati itu Allah, yang menjadikan kejernihan fikiran kesihatan hati dan sekaligus yang menempatkan ilham dan aneka macam pengetahuan itu adalah Allah, "la ilma lana illa maa ‘alamtana", tidak ada yang memberi ilmu pengetahuan kecuali Allah yang memberi ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan itu cahaya, cahaya dengan Allah itu tak bisa dipisahkan, kerana Allah itu cahaya itu sendiri, kebijakan, ilmu, dan apa yang memancar dari Allah itu yang menjadi keperluan roh. Makanya dalam diri Allah itu terdapat asma’ul husna, kadang hati itu perlu ketenangan, kesabaran, maka ada nama Allah Assabir, yang diperlukan oleh keperluan hati dan roh atas sabar, lalu sering -seringlah Asma sabar itu kita sebut-sebut, sehingga seperti cahaya yang membekas pada sesuatu yang disinari. Jika diupayakan untuk disinari dan selalu diupayakan, maka hati akan membekas rasa sabar, kerana bekas rasa sabar dari cahaya sabar yang dimilki Allah juga.
Jika hati memerlukan rezeqi, maka ada Alfatah, yang membuka, ada Al wahab, yang banyak memberi, dan ada Arrazaq, yang memberi rezeqi, "Wama min dzabattin fil ardhi illa ‘alallohi rizqaha", Tidak ada apapun yang berjalan di muka bumi ini kecuali Allah lah yang memberi rezeqi. Maka jiwa memerlukan itu, lalu jiwa harus mencari cahaya atas keperluannya rezeqi. Sekalipun di luar sibuk mencari rezeqi sementara hati sama sekali gelap dari rezeqi, sekalipun dapat rezeqi maka rezeqi itu hanya sesuatu yang tidak bisa dimanfaatkan untuk dunia akhiratnya hanya habis untuk berfoyafoya. Sebab hati gelap dari kefahaman untuk apa kegunaannya rezeqi, kemudian semua hidup hanya sia-sia, sebab tanpa adanya sinkron (selari) antara jiwa dengan badan, tanpa adanya singkron antara enjin motor dengan bodi, juga sama jika enjin motor itu bagus, sementara bannya lepas. Maka motor juga tak akan bisa jalan, seperti manusia juga. Jika yang dalam dan luar tidak saling mendukung dan saling melengkapi. Maka bisa dipastikan manusia itu akan berjalan dalam rel yang tak ada keseimbangan, bisa jadi lelah lahirnya, atau lelah batinnya.
Jika kemudian enjin motor, diberi enjin kereta tentu tidak menyambung, juga roda bisa meledak lalu diganti roda sepeda mini, tentu juga tak akan menyambung, segala sesuatu harus sesuai porsinya, orang dewasa saja disuruh makan makanan bayi tiap hari yang dari pisang dihancurkan dicampur nasi, atau bubur, maka manusia dewasa akan lemas, kerana tak cukup dengan asupan gizinya, begitu juga, motor dinaiki sejak lama, mesinnya tak pernah diservis, oli/minyak hitam tak pernah diganti, bensin/petrol tak pernah diisi, bisa pasti enjinnya akan sendat.
Manusia juga begitu jika hatinya tidak pernah diberi makan dengan zikir, apa yang diperlukan hati sama sekali tak pernah diteliti, lalu asupan gizinya, makanannya yaitu dzikir tak pernah dilakukan. Maka bisa pasti hati itu akan ngadat/suntuk, rosak, suka sekali sombong, suka sekali tamak, rakus, tidak bersyukur, mengeluh, pengumpat, tak sabar, pendengki, kasar, buruk sangka, suka meremehkan orang, tak terima dengan keadaan, dan berbagai macam sifat buruk tumplek bleg,/bertumpul-tumpuk.
Apalagi seperti misal motor yang sudah tahu enjinnya rosak, kok malah dipaksakan jalan, maka akan makin parah rosaknya, hati juga gitu. Jika sudah tahu suka mengumpat, suka mengeluh, suka menghina orang, tapi kok tidak mahu menyadari itu adalah penyakit yang merosakkan hati, kok terus dilanjutkan. Maka akan makin mencari kata-kata paling kotor untuk diumpatkan, itu bukan menunjukkan hebat tapi seperti motor yang suaranya makin keras dan makin memekakkan telinga, itu bukan motor yang benar, tapi yang rosak, sama kok makin hati itu suka mengumpat dengan lisan dan menemukan umpatan yang paling jelek, itu bukan menunjukkan diri makin berilmu, tapi makin rosak.
Orang yang tidak berbekas pada hatinya akan kesempurnaan Allah Subhanahu Wa Ta'ala itu adalah orang dungu.
Dia masih juga merungut tentang perjalanan hukum takdir Ilahi, seolah-olah Tuhan harus tunduk kepada hukum makhluk-Nya. Bagi yang cenderung mengikuti latihan kerohanian perlulah berusaha untuk melenyapkan kehendak diri sendiri dan hidup dalam aturan Allah menjalankan hidup lahir sesuai dengan jalan Allah. Dan menjalankan kehidupan batin dengan memberi asupan-asupan makanan (pengambilan makanan/food intake) bathin yaitu disesuaikan dengan apa yang diperlukan batin agar hati tersinari Nur Ilahiyah.
Rasa syukur menjadi udara, kesabaran jadi air, dan ketenangan jadi bumi pijakannya, kepada siapa saja hati lapang, jauh dari iri, sebab syukur dengan apa yang dimiliki, dan jauh dari mengumpat kerana sabar dengan keadaan yang dihadapi, manusia siapapun pasti yang dicari kebahagiaan dunia juga kebahagiaan akhirat, kebaikan dunia juga kebaikan akhirat, dan keduanya perlu ilmunya, dan keduanya perlu pekerjaannya masing-masing. Jika salah mengambil langkah, maka sekalipun sesal dengan menangis darah itu tak akan membuat waktu yang telah lalu kembali, apalagi jika diri sudah mati.
Jangan sekali-kali mengeluhkan takdir kerana Allah Penentu Takdir tidak pernah berbincang dengan sesiapa pun dalam menentukan arus ketentuan-Nya. Takdir itu tiada siapapun dapat mengubah, kecuali Allah yang sanggup mengubah, jika Allah tak sanggup mengubah, maka namanya bukan ‘Ala kulli syai’ing qodiir, artinya melakukan apapun itu kuasa, jadi Allah itu kuasa melakukan apapun, termasuk merubah taqdir seseorang yang buruk ingin dirobah menjadi baik, kita yang manusia, jika khawatir taqdir buruk ternyata telah dituliskan untuk kita, maka kita tinggal meminta pada Allah agar taqdir yang buruk dirubah menjadi baik, tentunya kita harus mendekatkan diri pada Allah, baru mengajukan permintaan, orang lapor Polis saja harus datang mendekat ke kantor Polis, orang lapor mahu nikah harus mendekat ke kantor urusan agama, Allah sama sekali tak mengharap kita itu mendekat, sebab kita mendekat atau kita menjauh, sama sekali tidak menguntungkan bagi Allah, tapi kita yang memerlukan Allah, bukan Allah Ta'ala yang perlu kita.
Jika kita mahu mengenali Allah Subhanahu Wa Ta'ala kita tidak boleh melihat-Nya pada satu aspek saja. Jika kita melihat Allah al-Ghafur (Maha Pengampun), kita juga harus melihat Allah al-‘Aziz (Maha Keras). Jika kita melihat Allah al-Hayyu (Yang Menghidupkan) kita juga harus melihat Allah alMumit (Yang mematikan).
Jika kita dapat melihat semua Sifat-sifat Allah Subhanahu Wa Ta'la dalam satu kesatuan barulah kita dapat mengenali-Nya dengan sebenar-benarnya siapa itu Allah. Bila Allah Subhanahu Wa Ta'ala dikenali dalam semua aspek, hikmat kebijaksanaan-Nya dalam menentukan sesuatu perkara pada sesuatu masa tidak terlindung lagi dari pandangan mata hati.
Hati yang tidak mahu tunduk kepada Maha Pengatur tidak akan menemui kedamaian.
Seperti orang yang sudah digariskan makan dengan mulut, lalu berusaha makan makanan lewat lubang telinganya, sungguh akan menganiaya dirinya sendiri atau orang yang sudah ditetapkan melihat dengan mata, lalu mencoba melihat dengan lidahnya, pasti akan sulit mengenali barang kerana tidak adanya optik di lidah, juga jika berusaha mengecap makanan dengan matanya pasti akan merasakan perih tak berkesudahan. Jika merasakan sambal, itu merupakan tanda jelas kalau manusia atau haiwan apapun itu tak bisa melepaskan diri dari ketentuan Allah Azza Wa Jalla. Jika berusaha melepas diri dari ketentuan Allah, itu hanya akan menganiaya dirinya sendiri. Waktu, ruang dan kejadian akan membuatnya gelisah kerana nafsunya--tubuhnya, tidak akan mahu diajak memenuhi yang diluar jangkauan, tidak dapat menguasai semua itu. Dia inginkan sesuatu perkara pada satu masa sedangkan Maha Pengatur inginkan perkara lain.
Kehendak makhluk tidak dapat mengatasi kehendak Tuhan. Jika ingin hati menjadi tenteram usahakan agar hati senantiasa ingat kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. “(yaitu) orang-orang yang beriman dan tenang tenteram hati mereka dengan zikrullah”. Ketahuilah! hanya Dengan “zikrullah” itu, tenang tenteramlah hati manusia.
(Al-Qur'an, Ayat 28 : Surah ar-Ra’d) menunjukkan bagaimanapun tidak bisa tidak manusia kalau ingin bahagia dunia akhirat. Maka harus menyesesuaikan diri dengan aturan yang Allah berikan, lalu redha dan menerima bulat, mensyukurinya seperti Allah tentukan makan makanan dari mulut. Maka itu kita terima, kita syukuri dengan menjaga mulut rajin menyikat gigi, dan menghindari makanan yang membuat gigi pada lepas dan rosak, misal makan sekrup/screw, baut/nut dan koral/batu, atau makan tiang letrik. Sebab ada makanan manusia yang sesuai untuk manusia, Nah, itu yang kita sesuaikan dengan keperluaan, sama dengan hati.
Apa yang tidak menjadi porsinya hati, maka kita hindari dan kita bersihkan, seperti benci, iri dengki, sombong, ujub, itu bukan porsinya hati, juga bukan layak untuk dikonsumsi, seperti mulut mengkonsumsi besi dan koral, konsumsinya hati adalah Zikir.
Berimanlah kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan beriman juga kepada takdir. Lepaskan yang sebab--musabab yang menjadi pagar nafsu menutup hati.
Suhandi datang wajahnya kelihatan sangat keruh sekali. Aku yakin dia pasti sangat banyak masalah.
“Ada masalah lagi…?” tanyaku sambil menyalakan r0k0k LA kesukaanku.
“Iya Mas. Aku mau diciduk Polis.” jawabnya dengan nada khawatir.
“Kenapa mau diciduk?” (diciduk-ditangkap)
“Aku punya banyak hutang Mas, dan orang yang ku banyak berhutang padanya itu melaporkanku ke polis.”
“Ya itu kesalahanmu, harusnya kamu itu jangan bayar hutang dengan berhutang lagi, masak bayar hutang dengan meminta barang dan memberi giro bank kosong, dengan mengatakan nanti mahu dibayar sekalian, lalu setelah jatuh tempo, giro tidak diisi, Malah minta barang lagi dengan alasan kalau itu akan dipakai bayar hutang yang sebelumnya, aku saja mumet/pening dengan cara berfikir yang kamu pakai, kalau aku lebih simpel fikira. Daripada bisnis yang langsung jadi, tidak pakai mutar-mutar, ulur-uluran kertas yang tak ada isinya begitu, Ya, lebih baik jualan pisang goreng, pisang goreng terjual dan wang dipegang, Ya, seperti caramu yang kamu pakai itu bisa saja sukses, tapi menanggung hutang yang segitu banyaknya, Ya, bagiku tak sanggup, bukan tak sanggup menanggung secara tak mahu bayar. Tetapi takutnya aku mati hutangku belum dibayar,
Makanya sekalipun aku ini hidup miskin, makan seadanya, malah kerjaan cuma mengurusi jama’ah, tidak punya kerjaan lain, dan miskin. Tetapi kalau disuruh berhutang terus terang aku takut. Jadi hutang se perak saja aku tidak punya, bagiku hidup itu simpel saja, hidup sederhana, apa adanya, di jalan Allah, hutang tak punya, dan mati tak berat meninggalkan dunia, kerana tak ada tanggungan yang harus ditanggung, Ya, tidak pegang wang tidak apa-apa, yang penting keluarga kecukupan, jadi aku orang yang tak berfikiran muluk-muluk.”
“Tapi kenyataannya aku terlanjur begini, mungkin dulu perhitunganku salah, sehingga aku mengalami seperti ini.”
“Ya menurutku bukan salah lagi, amat salah, kerana apa selama ini yang kamu makan saja sudah menjadikan rezeqi yang kamu terima tidak berkah.”
“Lha, terus solusinya bagaimana Mas?” tanya Suhandi.
“Ya solusinya kamu harus taubat, mandi taubat tiap jam dua belas malam ke atas.”
“Lalu masalah aku mahu ditangkap Polis bagaimana Mas..”
“Ya dihadapi dengan jantan, kan kamu berani melakukan harus berani menanggung akibatnya.”
“Tapi saya dibantu do’a Mas, biar saya selamat.”
“Ya, kalau soal itu aku do’akan kamu selamat.” kataku sambil menyalakan rokok yang kedua.
“Sebenarnya siapa orang yang melaporkanmu ke Polis?”
“Ini orang Kajen Mas, yang melaporkanku kakaknya yang punya urusan hutang denganku.” jawab Suhandi.
“Lho kok bisa kakaknya yang melaporkan?”
“Iya Mas, malah kalau aku ke tempat orang yang punya hutang padaku itu, kakaknya itu yang selalu marah-marah padaku, dan seakan ingin memaksaku.”
“Ya coba nanti aku lihat bagaimana, yang penting kamu itu banyak-banyak bertaubat, dan banyak-banyak mendekatkan diri pada Allah, agar ditolong oleh Allah, kalau aku sendiri cuma bisanya mendo’akan, kalau kamu sendiri tak mahu mendekatkan diri pada Allah, Ya, aku percuma saja mendo’akan. Ya, kayak menyiram air bersih ke comberan/longkang. Berapa kali disiram juga air bersihnya akan ikut menjadi comberan, kerana selama ini salah jalan. Menjalankan hal yang dilarang agama, seperti suka pergi ke dukun, belum lagi makanan yang kamu makan adalah makanan yang haram dari riba. Jadi apa-apa sudah ditolak oleh Allah. Tetapi kalau kamu serius, sungguh-sungguh, Allah itu juga Zat yang penuh kasih sayang, pintu taubatnya lebih luas dari bumi dan seisinya. Jangan lupa wirid yang ku beri dijalankan dengan tekun.”
“Wah aku wiridnya tak pernah selesai Mas, malah baru dapat bismillah seratus juga sudah ketiduran.”
“Ya kalau gitu, kamu pantas ditangkap Polis.”
“Lho, kok gitu Mas?”
“Ya iya, lha, kalau mahu disuruh menjalankan peringatan halus supaya mendekat dengan Allah, dengan cara zikir, kamu malah tidur, Ya, kalau diingatkan secara halus tak mengindahkan, Ya Allah akan menjadikanmu ditangkap Polis, mungkin dengan di penjara kamu akan sadar.”
“Oalah kok malah gitu toh Mas, mbok saya dido’akan toh Mas biar tak dipenjara.”
“Ya kamu kalau tidak mahu dimasukkan penjara, Ya zikirnya diperkuat, jangan malas, kalau tidur, anak kecil juga bisa. Semua orang juga senang, lha, kamu kan punya masalah, kok malah lebih memilih tidur, ya nanti tidur saja di penjara kan lebih banyak waktu.”
"Waduh bagaimana Mas, saya tak mahu dipenjara.”
“Ya kalau tak mahu dipenjara, zkir yang ku beri itu dituntaskan, kan selama ini zikirmu tak ada yang tuntas,”
“Tapi kan sudah aku bayar besoknya Mas.”
“Kalau besoknya tak tuntas, kan itu namanya sama saja hutang dibayar hutang, Ya, sepertinya memang kamu itu sudah terlanjur kebiasaan diri membayar hutang pakai hutang, masak sampai zikir saja dihutang, dan dibayar dengan hutang.” Wallahu A'lam bissawab. [HSZ]
To be Continued.....
Untuk Anda yang belum baca siri ini yang sebelumnya,
Anda boleh baca disini ; KISAH SUFI, SANG KYAI
Ilustrasi Image; Doc, Fortuna Media
#indonesia, #misterinusantara, #KisahKyaiLentik #KyaiLentik, #KisahSangKyai, #KisahSufi, #SangKyai,
No comments
Post a Comment